Look At Me, My Wife!

Look At Me, My Wife!

Menikah?

Hari ini langit begitu cerah. Matahari sudah naik keperaduannya sejak bulan mengucapkan selamat tinggal. Sinarnya sangat terang. Aura panasnya mulai membakar permukaan kulit. Burung-burung yang sedari tadi pagi berkicau diatas pepohonan, dan saling bersahutan kini mulai berterbangan satu persatu. Embun pagi yang menetes setitik demi setitik, perlahan mulai hilang tanpa jejak.

Pagi itu, seorang wanita paruh baya tengah sibuk berkutat didapur. Aroma masakan sudah mulai terasa menyeruak kedalam indera penciuman bagi siapa saja yang menginjakan kaki disana. Tangannya lihai memainkan sebilah pisau. Mencacah satu persatu sayuran yang akan dimasak. Lidahnya pun tidak berhenti mencecapi masakan lain yang tengah dibuatnya. Mengecek apakah rasanya sudah pas atau belum.

"Ahh, sepertinya ini sudah pas!" gumamnya setelah dirasa tidak ada yang kurang.

Satu jam pun sudah berlalu. Semua masakan sudah siap. Bu Widia mulai menaruh sayuran dan lauk yang tadi diolahnya ke dalam wadah masing-masing. Lalu membawanya ke meja makan.

"Ayah! Raisa! Ayo kemari makanannya sudah siap!" Teriak Bu Widia memanggil suami dan anaknya.

Seorang lelaki paruh baya, yang tengah duduk di teras sambil ditemani secangkir kopi hitam, segera melipat koran harian yang dibacanya. Merasa terpanggil oleh sang istri lelaki itu pun masuk kedalam meninggalkan sesapan terakhir dicangkir kopinya.

"Wah, sepertinya enak nih Bu!" pujian dilontarkan Pak Rahman pada istrinya sembari menarik kursi lalu duduk.

"Pasti dong! Istrinya siapa dulu!" Ibu mengedipkan matanya. Pak Rahman terkekeh.

"Kemana Raisa bu? Apa dia belum bangun?" Tanya Pak Rahman.

"Entahlah, sepertinya semalam dia bergadang lagi. Makanya jam segini belum terlihat batang hidungnya." Sahut Ibu yang sudah tak heran dengan kebiasaan anaknya.

"Coba panggil bu, kita makan bersama! Sekalian Ayah ingin bicara padanya."

"Eh, Ayah mau bicara soal apa? Soal perjodohan itu?" Tanya Ibu.

"Ya. Kita harus memberitahu Raisa secepatnya Bu. Lagipula aku sudah berjanji pada Danu untuk menikahkan putra-putri kami saat dirasa umurnya cukup." Jelas Ayah.

Bu Widia tertegun menatap suaminya. "Tapi yah, apa tidak apa-apa jika Raisa kita jodohkan?" Ibu sedikit ragu dengan rencana suaminya.

"Bu, tenanglah! Ayah sudah mengenal baik keluarga Danu. Mereka keluarga baik-baik. Kita juga sudah pernah bertemu bukan dengan puteranya? Dia tampan, mapan, baik, dan sopan. Jadi Ibu tidak perlu khawatir." Ucap Ayah meyakinkan sembari menggenggam tangan Ibu.

"Tapi yah.."

"Sudah Bu. Ayo cepat panggilkan Raisa perutku sudah lapar! Kalau kita bicara terus nanti makanannya keburu dingin, kan mubazir kalau dianggurin, sudah capek-capek dimasak oleh istriku yang cantik ini!" Kelakar Ayah sambil mencubit hidung Ibu.

"Ih Ayah." Ibu tertawa kecil, menepuk pundak Ayah lalu pergi untuk memanggil Raisa.

Tok..tok..tok

"Raisa ayo bangun! Kita makan nak!" Panggil ibu, tangannya membuka handle pintu.

Ibu yang melihat anak kesayangannya masih meringkuk dikasur hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Ya tuhan, anak ini, jam segini masih bergelut dengan selimut?!"

"Raisa, ayo bangun!" Teriak ibu sambil menggoyang-goyangkan tubuh putrinya.

"Akh ibu, aku masih ngantuk!" sahut Raisa dari balik selimut dengan suara khas orang bangun tidur.

"Kau tau ini sudah jam berapa?!"

"Aku libur bu!" Raisa menjawab sembari terus menarik selimutnya menutupi seluruh bagian tubuh.

"Ya, ibu tau hari ini kau libur! Tapi kau itu seorang gadis. Tidak baik jika seorang gadis bangun terlalu siang!" Dengan sekuat tenaga ibu menarik kembali selimut yang membungkus tubuh Raisa.

"Ayo cepat bangun! Ayahmu sudah menunggu! Jika kau tidak segera bangun, ibu berjanji tidak akan memberimu makan dan uang saku lagi!" Senjata andalan ibu keluar. Ibu tahu jika Raisa diancam seperti itu dia tidak akan bisa berkutik.

"Akh Ibu,, baiklah ibu menang!" Akhirnya Raisa membuka selimutnya. Wajahnya merengut menatap sang ibu.

"Nah gitu dong, ini baru namanya anak ibu!" Ibu tersenyum penuh kemenangan. Tangannya menjawil pipi Raisa yang masih cemberut. "Ibu tunggu dimeja makan dalam waktu lima menit! Kalau kau tidur lagi lihat saja akibatnya nanti!" Ancam ibu sambil menunjuk kening Raisa, lalu berjalan keluar meninggalkan kamar.

Aaaaaaa.... Ibu kenapa selalu mengancamku seperti itu sih! Dasar ibu kejam!

Raisa masih terus menggerutu diatas tempat tidur sambil mengacak-acak rambutnya. Tapi mengingat waktu yang diberikan ibu ia segera bangkit dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Setelah selesai dari kamar mandi Raisa bergegas ke ruang makan. Ayah dan ibu sudah menunggu.

"Kenapa lama sekali nak?! Perut ayah sudah sangat lapar!" Protes Ayah.

"Maaf yah aku kesiangan!" Raisa segera duduk,mengambil piring dan menyendok nasi.

"Apa kau bergadang lagi semalam?" Tanya ayah sambil menyendokan makanan kemulutnya.

"Hehe iya yah. Semalam aku tidak bisa tidur lalu menelpon Nadia. Karena keasyikan aku jadi lupa waktu." Jawab Raisa dengan wajah tanpa dosa.

"Jangan dibiasakan bergadang, karena itu tidak baik!" Ayah memberi nasehat.

"Iya yah."

Raisa makan dengan lahap. Karena hari ini ibu memasak makanan kesukaannya. Sementara ayah dan ibu saling lirik seolah memberi isyarat. Akhirnya ayah memutuskan untuk angkat bicara.

"Ehem...Raisa!" Ayah membuka pembicaraan.

"Iya yah, ada apa?" Raisa melirik dan bertanya sembari mengunyah makanan dimulutnya.

"Ayah, ingin kau menikah!"

"Uhukk..Uhuk.." Raisa tersedak mendengar kalimat ayahnya barusan.

Ibu dan ayah yang melihat Raisa terbatuk pun jadi panik dan segera memberikan air.

"Pelan-pelan nak!" Ucap ibu tangannya mengelus dan menepuk nepuk punggung Raisa.

Raisa memukul pelan dadanya. Menarik nafas perlahan lalu membuangnya. Setelah baikan, Raisa menatap sang Ayah.

"Apa yah? Menikah?!" Raisa memelototkan matanya mengulangi perkataan sang ayah barusan, berharap dirinya salah dengar dan ayahnya salah berucap.

Namun sayang harapannya semu. "Ya, ayah ingin kau menikah!" Ujar Ayah mantap.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mayrima Najma

Mayrima Najma

kk suka tulisan mu sangat rapi, nyaris tidak tepo yg jelek.. semangat

2022-03-12

0

Mayrima Najma

Mayrima Najma

kk suka tulisan mu sangat rapi, nyaris tidak tepo yg jelek.. semangat

2022-03-12

0

Mayrima Najma

Mayrima Najma

kk suka tulisan mu sangat rapi, nyaris tidak tepo yg jelek.. semangat

2022-03-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!