KASIH BERSEMI DARI REUNI
“Ayo, kita reuni, biar bisa ketemu teman-teman.”
“Iya ...., aku setuju.”
“Sudah kangen, pengin ketemu. Tidak cuman di WhatshApp grup.”
“Iya .... Biar kita bisa ngobrol kayak waktu SMA dulu.”
“Wah ..., kalau kita bisa reunian, pasti seru!”
Group WhatshApp Alumni SMA yang ada di telpon genggam milik Rini, berkali-kali muncul chat yang membahas reuni. Maklum, sudah sekitar tiga puluh tahun semenjak perpisahan kelulusan SMA, orang-orang yang ada dalam grup alumni seangkatan di masa SMA tersebut sangat jarang berjumpa, bahkan ada yang tidak pernah ketemu sama sekali, karena tempat tinggalnya yang sangat jauh. Seperti Brun misalnya, yang sekarang tinggal di Negeri Kincir Angin, dia tidak pernah pulang ke Indonesia. Meski di profil WA ada yang memajang fotonya, atau bahkan mereka sering posting foto selfinya, tetapi perubahan guratan kulit pipi dan dahi di wajahnya, perkembangan besarnya badan selama tiga puluh tahun, telah menghilangkan imutnya raut wajah dan merubah bodi dari kecil menjadi besar, yang jauh berbeda di saat SMA dulu. Entah seperti apa wajah asli mereka. Entah seperti apa gemuknya badan mereka. Kelulusan SMA itu telah benar-benar memisahkan siswa seangkatan. Beruntung ada WA yang bisa kembali menyatukan para siswa tersebut, sehingga satu persatu bisa kembali menyatu. Berterimakasih kepada orang yang telah membuat aplikasi WhatshApp, sudah memberikan ruang bersatunya kembali teman-teman lama.
Rini, gadis manis berambut panjang yang saat SMA sempat menjadi “Princes” tentu banyak siswa lelaki yang mendekat. Tidak bisa dipungkiri, pastilah laki-laki yang mendekat itu punya niat untuk menjadi pacarnya. Namun seperti pepatah, setiap orang punya takdirnya sendiri-sendiri. Seperti halnya Rini, bunga kampus masa SMA itu, setelah lulus SMA tidak melanjutkan kuliah. Dia memilih menikah dengan laki-laki mapan yang sudah menunggu kelulusannya. Meski waktu SMA dulu, tidak seorang teman pun yang tahu kalau Rini sudah terikat janji dengan perjaka yang sudah bekerja di perusahaan swasta yang cukup besar. Nasib perempuan pada masa itu, menikah adalah kewajiban sebagai bakti seorang anak kepada orang tuanya. Apalagi Hamdan, laki-laki yang mempersunting Rini, adalah laki-laki mapan dengan gaji besar. Tentu Rini tidak mengelak. Apa sih yang mau dicari dalam berkeluarga kalau bukan harta? Saat itu teman-temannya jarang yang memiliki kendaraan, tetapi Hamdan, sudah punya mobil dan rumah sendiri. Tentu banyak wanita yang siap mendampingi. Beruntunglah Rini yang menjadi pilihan Hamdan.
Teman-temannya tentu kaget ketika tahu Rini secepat kilat menikah setelah lulus SMA. Namun juga iri, khususnya teman-teman perempuan ketika tahu suami Rini adalah lelaki gagah dan ganteng serta kaya raya. Pasti nanti Rini menjadi wanita yang hidup bahagia. Tetapi bagi teman laki-laki, langsung balik kanan. Tidak punya modal untuk bersaing dengan suami Rini. Maklum, anak-anak waktu SMA hanya modal dengkul. Tidak punya harta maupun benda yang bisa dipamerkan.
Chat pada WA grup Alumni SMA kembali muncul. Rini membuka pesan.
“Ayo, kapan reuni? Di mana?”
"Akhir tahun, ya ...."
“Direncanakan dulu.”
“Pokoknya aku ikut!”
“Sabar ....”
“Reuni ...? Beneran, nich ...?!”
"Jangan bohong, ya ...."
Seharian, chat pada WA grup Alumni SMA tersebut membahas masalah reuni. Ya, reuni secara harfiah berarti bertemu kembali, berkumpul bersama lagi, mengulang kembali masa lalu. Tentu, bagi sekelompok orang yang telah lama berteman akrab dan tidak pernah ketemu dalam jangka waktu yang lama, maka pertemuan bersama kembali adalah hal yang sangat diharapkan. Seperti halnya yang dialami orang-orang yang tergabung dalam grup alumni SMA ini. Tentu, rasa kangen menjadi semakin besar ketika ada harapan akan diselenggarakan reuni. Rasa ingin bertemu itu terasa semakin menggebu, terutama bagi mereka yang dulu sangat akrab atau menjadi sahabat karib. Bahkan ada juga yang pada masa SMA dulu, pacaran dengan teman sekelas, berangkat bareng, pulang pun bersama. Tidak mau dipisahkan. Walaupun akhirnya setelah lulus SMA mereka berpisah. Katanya belum jodoh.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa masa SMA adalah masa-masa yang penuh kenangan. Di grup alumni SD, obrolan dan candaan terasa biasa saja. Mungkin disaat SD tidak ada cerita yang istimewa. Temannya tetangga semua, setiap hari selalu ketemu. Demikian juga grup SMP, belum juga ada rasa yang sangat mengikat. Walau masa SMP itu ada kenakalan anak-anak yang mulai menyimpang. Sangat berbeda dengan masa SMA. Tidak ada yang semenarik pada kenangan masa SMA. Entah itu pengalaman lucu saat bercanda, kenangan takut tapi ingin tertawa saat mengunci kelas mengerjain guru agar tidak bisa masuk ke kelas, kenangan membolos bersama-sama satu kelas, bahkan juga kenangan makan di kantin sekolah sampai kenyang tetapi bayarnya sedikit. "Hahaha ..., itu jangan dilakukan lagi." Dulu kelakuan ini dikenal dengan istilah "lima ratus kenyang", hanya dengan membayar uang lima ratus rupiah, makan minum sampai kenyang, hitungannya ngawur, pokoknya bayar lima ratus rupiah. Tentu ini merugikan yang jualan di kantin. Kalau ada reuni membahas masalah makan di kantin, pasti geger ..., saling tuduh, lantas tertawa terbahak-bahak. Ketahuan siapa yang nakal dan suka ngutil saat makan di kantin.
Berbagai kenangan indah itu menyeruak kembali dalam ingatan, tatkala teman-teman waktu SMA mengusik dan menceritakan lagi dalam grup WA. Itulah yang selalu menarik, kenapa reuni SMA jadi sangat seru. Dan tentu, semua berminat untuk diajak reuni SMA. Katanya, masa SMA adalah masa-masa terindah. Kenangannya yang tidak bisa dilupakan.
Tubuh Rini telentang pada sofa panjang di ruang keluarga rumahnya. Hanya mengenakan daster dari kain batik. Walaupun modelnya sederhana tapi harganya lumayan mahal. Maklum, pembeliannya juga di butik terkenal. Meski usia sudah tidak muda lagi, ia masih terlihat cantik, dan agak seksi dengan daster yang dikenakan itu. Ya, Rini memang dari dulu terkenal cantik. Pantas kalau mendapat julukan bunga kampus.
Televisi seratus inch di ruang keluarga yang besar tersebut menyala dengan suara agak keras, menyiarkan Drama Korea. Namun rupanya Drakor di stasiun televisi swasta tersebut hanya sekedar menemani wanita yang sedang melamun. Mata Rini tidak melihat televisi, tetapi menerawang jauh entah memandang apa. Lamunan apalagi kalau bukan tentang reuni SMA. Lamunan bayang-bayang teman-temannya yang ceria waktu sekolah dulu. Lamunan senda-gurau kala berkumpul di kantin. Lamunan kegembiraan di kelas saat jam pelajaran kosong. Dan, yang paling terkenang adalah ketika Rini selalu didekati oleh teman laki-laki, ada yang mendekat tapi takut-takut untuk duduk di sampingnya, ada yang sekedar ngeledek, ada yang curhat, ada yang iseng pinjam catatan, dan yang tidak pernah terlupakan adalah rayuan-rayuan gombal yang selalu ia dengar setiap hari. Ia teringat pada semua teman sekelasnya, ingat guru-gurunya. Bahkan ia ingat betul sama Pak Uuk, guru matematika yang selalu memberi nilai baik, padahal Rini paling tidak bisa pelajaran matematika. Usut punya usut, ternyata Pak Uuk suka sama Rini, tapi tidak berani bilang.
Rini memang perempuan beruntung. Walau tidak bisa melanjutkan kuliah karena harus menikah, tetapi ia mendapatkan suami yang tidak sekedar kaya, tetapi betul-betul berada. Kalau orang sekarang disebut keluarga sultan. Maka Rini pun hidup bahagia dengan bergelimang harta benda. Mau butuh apa saja tinggal bilang, maka apa yang diingini sudah ada di depan mata. Enak sekali.
"Tuliliiing tuloliliiiing .... Tuliliiing tuloliliiiing ...!" HP Rini berdering, ada panggilan.
Rini mengangkat HP, "Haloo .... Selamat siang, siapa, ya?" tanya Rini.
"Halo, Rin .... Ini aku, Anik." terdengar suara perempuan dari HP.
"Anik siapa, ya?" tanya Rini.
"Halah, lupa ya. Ini aku, Anik, temanmu SMA dulu." jawab penelepon, yang mengaku bernama Anik.
"Ya ampun ..., Anik ...! Halo, Nik .... Gimana kabarnya?!" tanya Rini pada orang dibalik telepon.
"Walah, sombongnya ....! Lupa sama teman-temannya!" kata Anik lewat telepon.
"Enggak, ya ....!" sahut Rini.
"Halah ..., nggak mau kenal lagi ya sama teman-teman SMA." kata Anik.
"Enggak, Nik. Aku gak sempat WA-nan." sahut Rini.
"Gak sempat apa gak boleh?!" cecar Anik.
"Ya ampun, Nik .... Betul!" sergah Rini.
"Ini teman-teman mau ngadakan reuni. Kamu ikut, lho ya!" kata Anik.
"Kapan ...? Kemana ...?" tanya Rini.
"Ini masih dibahas. Rencananya mau ke Jogja, lho. Makanya WA dibuka. Beri masukan untuk teman-teman." kata Anik.
"Wuaaah ..., asyik banget!" kata Rini dengan nada gembira.
"Makanya ikutan. Sekalian jalan-jalan ke Kota Gudeng, Kota Budaya, Kota Wisata." kata Anik.
"Maaf, Nik.Kadang gak sempat bepergian." sahut Rini.
"Sekali-kali piknik bareng teman-teman!" kata Anik.
"Iya .... Pengin banget. Tapi ..., bisa nggak, ya?!" kata Rini.
"Pokoknya kamu ikut, lho ya! Biar ramai." kata Anik.
"Ya, coba, nanti aku tanya suamiku dulu." jawab Rini.
"Boleeeh .... Pasti dibolehkan!" sahut Anik.
Rini terdiam. Tidak bisa memberi kepastian. Hatinya gundah, sangat ingin untuk ikut reuni. Kumpul lagi dengan teman-temannya. Apalagi mendengar kata Jogja, reuni akan diadakan di kota Jogja, pasti sesuatu banget. Tetapi yang bergelanyut dalam pikirannya, apakah suaminya mau diajak bepergian ke Jogja. Apakah Rini bisa ikut reuni bersama teman-temannya?
Reuni di Jogja, pasti mengasyikkan. Kota Jogja .... Kota Budaya, Kota Wisata, kota yang selalu siang, malam pun ramai seperti siang hari. Kota Seribu Mimpi. Kota Kenangan.
Ah, kok ada reuni ke Jogja ...?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments