Didalam kamar mandi, Citra mencuci wajahnya dan menenangkan dirinya. Jadi pria tadi adalah suaminya? Dia tidak menyangka jika mereka akan bertemu dengan cara seperti ini tapi dia sangat ingat jika semalam dia tidur sendiri tapi kenapa pria itu ada di kamarnya?
Apa pria itu masuk ke dalam kamarnya secara diam-diam? Atau jangan-jangan dia yang salah kamar. Apapun itu, dia sungguh tidak menyangka jika mereka akan bertemu dengan cara seperti ini.
Citra memandangi wajahnya di cermin, "Oh, Tidak! Aku baru saja menendangnya," ucapnya dengan pelan.
"Bagaimana ini? Aku sungguh tidak tahu jika dia adalh suamiku," ucap Cira lagi.
Tapi sudah terlanjur dan sebaiknya dia segera mandi dan kabur dari kamar itu. Dia akan pindah kamar nanti karena dia tidak mau tidur di sana lagi.
Citra membuka piyama yang dia pakai tapi pada saat itu, pintu terbuka dan William masuk ke dalam. Citra berteriak dan segera memakai piyamanya kembali dengan cepat.
"Wah ... wah ... aku kira tidak ada orang," ucap William pura-pura.
"Apa? Apa kau tidak melihatku masuk tadi?" Citra sudah mengepalkan kedua tangannya.
"Sorry, aku tidak lihat," William cuek saja dan melihat Citra dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Keluar!" teriak Citra Marah sambil melemparkan botol sabun yang dia raih dari atas wastafel.
William menangkap botol sabun yang dilemparkan Citra ke arahnya dan tampak marah. Hampir saja benda itu mengenai wajahnya dan beraninya wanita itu melemparnya?
"Beraninya kau melemparku?" wajah Wiiliam menggelap karena dia benar-benar marah.
"Kau menerobos masuk sembarangan padahal kau tahu aku sedang di dalam jadi keluar!" Citra juga tidak mau kalah.
asar cewek bar-bar! Entah apa yang Kakek lihat darimu sehingga menjodohkan au de
"Hey, Nona! Ini rumahku, kamarku dan kamar mandiku jadi terserah aku mau masuk apa tidak! Aku tidak perlu ijin darimu dan lagi pula, siapa yang menyuruhmu tidur di kamarku? Apa kau ingin menggodaku?"
"Mbak Siti bilang aku boleh tidur di mana saja jadi mana aku tahu jika ini adalah kamarmu? Seharusnya kau membuat tulisan di depan pintu dengan bunyi, 'Awas, ini kamar anjing gila!' dan aku tidak akan tidur di sini jika aku melihat tulisan itu!"
"Apa kau bilang? Kau mengganggap aku anjing gila?" William semakin marah. Dia tidak menyangka jika wanita yang dia nikahi begitu berani melawannya.
William melangkah maju mendekati Citra, sedangkan Citra tampak mucur ke belakang. Apa yang mau dilakukan oleh pria itu?
"Ma-mau apa kau?" tanya Citra dengan gugup.
"Memberimu pelajaran, Nona," jawab Wiliam dan dia semakin mendekati Citra.
Citra semakin melangkah mundur dan tampak panik karean William sudah semakin dekat, dia semakin mundur tanpa sadar jika dia sudah terpojok di tembok kamar mandi.
"Ja-jangan coba-coba!" ucap Citra saat William menghimpit tubuhnya.
Citra semakin ciut ketika William menangkap kedua tangannya sambil berkata, "Kau harus diberi pelajaran supaya kau tahu, siapa kau sebenarnya!"
"Hey, aku minta maaf!" Citra berteriak kesakitan ketika kedua tangannya dikunci oleh William di atas kepalanya.
"William, aku salah. Tolong maafkan aku dan jangan seperti ini," mohon Citra ketakutan.
"Sekarang kau tahut?" William mengangkat dagu Citra dan menatapnya dengan tajam.
"Aku yang salah jadi aku minta maaf. Tolong lepaskan tanganku, ini sakit."
"Ini hanya peringatan dan awas jika kau berani mengulanginya lagi! Aku tidak akan segan melemparmu keluar dari jendela!" ucap Wiliam dengan dingin.
"Aku tidak akan mengulanginya lahi, aku berjanji," jawab Citra.
"Bagus! Hari ini ikut aku pergi menemui Kakek dan ingat, kau harus bersikap baik dan kau harus berpura-pura tidak terjadi apapun di antara kita! Jika Kakek tahu apa yang terjadi maka aku tidak akan segan melemparmu!"
"Baik," jawab Citra sambil menunduk.
Sepertinya dia harus berpura-pura menjadi istri yang di cintai di depan kakek William nanti dan sepertinya dia hatur membohongi pria tua itu.
William segera keluar, sedangkan Citra segera mandi dengan terburu-buru. Dia bahkan mengambil pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi lagi karena William maish ada di kamar itu.
William hanya melihatnya sejenak, dia benar-benar tidak perduli dengan wanita itu. Setelah selesai memakai bajunya, Citra segera keluar dari kamar dan masuk ke dapur di mana Mbak Siti sedang menyiapkan sarapan.
"Pagi, Mbak Siti," sapa Citra sambil tersenyum dengan manis.
"Pagi, Nyonya," jawab Mbak Siti.
"Jangan panggil aku Nyonya, Mbak. Panggil aku Non aja kayak kemarin," pinta Citra.
"Aduh, Nyonya 'kan istri Tuan Muda jadi sudah seharusnya aku memanggil dengan sebutan Nyonya," jawab Mbak Siti.
Citra hanya tersenyum dan pada saat itu, William masuk ke dalam dapur dan segera duduk di depan Citra. Citra melihat suaminya tanpa berkedip dan jujur saja, walaupun menyebalkan tapi William terlihat tampan.
"Hm!" William mendehem karena mendapati istrinya sedang memperhatikannya.
"Sudah puas melihatnya? Apa aku begitu tampan sampai membuatmu tidak bisa melepaskan pandanganmu padaku?"
Citra segera membuang wajahnya yang memerah ke samping sambil mengerutu, "Ck, tidak perlu narsis! Yang lebih tampan darimu lebih banyak!"
Mereka berdua hanya diam saja dan segera sarapan, dan setelah selesai William segera keluar sedangkan Citra mengikutinya dari belakang.
William segera mengeluarkan mobilnya dan mereka segera pergi ke rumah kakeknya. Selama diperjalanan tidak akan yang bersuara dan mereka memilih diam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Jangan lupa kita harus berpura-pura mesra di depan Kakek nanti," ucap William memecah keheningan di antara mereka.
Citra memandanginya sejenak dan mengangguk, dia hanya bisa mengikuti permintaan William saat ini.
"Dan ingat, aku tidak ingin ada acara pernikahan di antara kita karena aku tidak ingin menikah denganmu karena dan kau harus tahu, aku sudah punya kekasih!"
Citra melirik kearah William sejenak dan teringat perkataan Mbak Siti bahwa William sudah mempunyai seorang kekasih.
"Kalau kamu tidak mau menikah denganku lalu kenapa kamu menyetujui perjodohan ini? Apa kamu tidak bisa menolaknya?" tanya Citra.
"Tidak semudah itu, Nona. Kalau aku bisa menolak tentu saja aku sudah menolak dan menikah dengan kekasihku. Sedangkan kamu bagaimana? Kenapa kamu tidak menolak perjodohan ini?" tanya william sambil melirik ke arah Citra.
"Aku tidak berdaya," jawab Citra sambil menunduk.
"Sepertinya kau tumbal yang dikorbankan oleh keluarga Pratama. Mereka sungguh memalukan dan mata duitan," ucap William sambil mendengus.
Citra tersenyum tipis, tumbal? Ya, dia memang sudah seperti tumbal tapi dia tidak akan menyesali apapun karena dia sudah bebas dari keluarga Pratama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
gia gigin
Paling juga William yg bucin duluan 😏
2022-06-07
0
Asfar
aku lebih suka citra pergi dr hidup William berjumpa belahan jiwanya...dan hidup bahagia
2022-05-30
0
Uti
❤❤❤❤❤❤❤👍👍👍
2022-03-12
0