menjalankan rencana

William Alexanders paling benci dengan perjodohan tapi kenapa keluarganya menjodohkannya dengan gadis yang tidak dia kenal?

Dia tidak bisa menentang keputusan kakeknya dan hanya bisa menerima pernikahan yang sudah diputuskan oleh keluarganya dan dia tidak perduli wanita mana yang harus dia nikahi nanti karena dia sudah punya kekasih.

Beruntungnya saat ini dia sedang melakukan perjalanan bisnis di inggris, dia sangat bersyukur karena tidak perlu hadir ke acara perjodohan itu.

William menghela nafasnya dengan berat. Dia telah mencari tahu seluk beluk keluarga Pratama. Mereka memiliki dua orang putri, satu putri angkat yang satunya lagi putri kandung.

Dia tidak tertarik dengan putri kandung mereka yang menurut kabar, putri kandung mereka agak nakal di luar sana tapi putri angkatnya? Dia tidak tahu.

William tampak frustasi, siapapun yang menjadi istrinya nanti dia tidak peduli. Dia akan memperlakukannya dengan kasar dan membuatnya pergi sehingga mereka berpiah dan setelah itu, dia akan menikahi pacarnya.

Kedua orangtuanya telah mengatur pernikahannya sedemikian rupa sehingga dia tidak perlu terburu-buru untuk kembali ke indonesia.

Mereka akan mendaftarkan pernikahannya kecatatan sipil terlebih dahulu dan setelah dia akan kembali ke indonesia, mereka akan mengadakan pesta pernikahan yang tidak dia inginkan.

William sungguh tidak perduli dengan semua ini tapi dia sudah tidak sabar untuk kembali untuk melihat siapa yang dia nikahi dan tentunya dia akan membuatnya istrinya menderita selama besama dengannya.

"Tunggu saja istriku, Sayang. Sebentar lagi aku akan kembali dan kau akan merasakan akibatnya," ucap William sambil tersenyum sinis.

.

.

.

.

Setelah satu minggu rencana pernikahannya dengan William, keluarga Alexanders telah mendaftarkan pernikahan Citra dan William kecatatan sipil.

Hari ini Citra sedang mengemasi barang-barangnya siap untuk pindah kerumah suaminya. Semula dia ragu saat Sisilia memintanya untuk pindah kerumah William tapi setelah dia pikirkan, tidak ada lagi alasan untuknya berada di rumah Pratama apalagi ibu angkatnya mulai mengusirnya secara halus.

Saat itu setelah acara lamaran selesai, ibu angkat Citra berkata, "Jangan lama-lama lagi kamu tinggal di sini karena kami tidak mau menampungmu lagi! Begitu Nyonya Alexander mengajakmu tinggal di rumahnya maka kamu harus segera pergi dan ingat jangan pernah membuat malu keluarga pratama!"

Citra menghela nafasnya berat ketika mengingat perkataan ibu angkatnya. Dia kembali menahan air matanya, benarkah keluarga Pratama tidak pernah menyayanginya walau sedikit?

Dia menghapus air matanya yang jatuh perlahan. Apakah mengangkatnya menjadi anak begitu buruk? Jika memang demikian, mengapa mereka mengadopsinya?

Setelah barang-barangnya sudah selesai dibereskan telepon citra berdering, dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan yang entah dari siapa.

"Halo, dengan siapa ini?" tanya Citra.

"Aku William, suamimu!" jawab seorrang pria dari seberang sana.

"William?" Citra tertegun.

"Hey, kau! Kenapa diam saja?" bentak William kesal.

"I-iya, kenapa ya?" tanya Citra dengan gugup.

"Jika kau sudah selesai membereskan barangmu segera bawa turun, aku ada di bawah menunggu. Ingat aku tidak punya banyak waktu jadi bergegaslah!" ucap William dengan nada tinggi.

Citra jadi kesal dibuatnya, "Baiklah, tunggu sebentar," pintanya.

Dia segera mematikan teleponnya, mengambil koper dan setelah itu, Citra melangkah keluar sambil melihat kamarnya untuk yang terakhir kalinya. Setelah merasa cukup, dia segera bergegas turun sambil membawa koper kecilnya.

Di bawah dia hanya mendapati Mbak Sri, saja jadi dia hanya berpamitan dengan Mbak Sri. Ibu angkatnya pasti tidak perduli dengan kepergiannya, sungguh sangat menyedihkan tidak ada yang melepas kepergiannya.

Citra menatap sebentar rumah besar itu lalu segera menuju keluar mencari keberadaan William. Sudah setengah jam Citra menunggu tapi dia tidak melihat siapapun di sana, hanya ada sebuah mobil terparkir di halaman rumah tetangga dan dia tidak tahu itu punya siapa.

Sekian lama menunggu, Citra mulai jenuh. Dia mulai membanting koper kecilnya dan memaki, " Apa yang sebenarpanya diinginkan oleh pria ini? Bukankah dia memintaku untuk bergegas tapi mana dia? Batang hidungnya saja tidak aku temukan dan jika memang sudah pergi, kanapa tidak mengatakannya padaku?"

Citra terus memaki sedangkan dibdalam mobilnya, William memperhatikan Citra dengan seksama. Gadis yang cantik tapi sayang, dia tidak suka.

"Aku akan memulai memainkan peranku untuk meyiksamu nona manis," ucap William sambil tersenyum jahat.

William meraih ponselnya dan menelepon gadis cantik yang tak jauh darinya.

"Aku telah pergi! Aku bosan menunggumu jadi aku pergi. Aku akan mengirimkan alamat rumah dan kau pergilah menggunkan taksi," setelah berkata demikin William menutup telephonnya dan mengirim alamat rumahnya kepada Citra.

Citra sungguh tidak percaya mendengarnya, sudah setengah jam dia di sana tapi mana pria itu? Orangnya saja tidak kelihatan tapi sekarang dia bilang sudah pergi? Sungguh lelucon yang tidak lucu.

Rasanya ingin menangis tapi dia berusaha menahan air matanya. Citra menarik nafasnya dengan berat dan setelah itu, dia mencari sebuah taksi. William tersenyum melihatnya dan ini baru permulaan karena gadis itu, dia harus datang ke sana.

William mendengus kesal mengingat kejadian tadi pagi, begitu sampai di Indonesia, ibu dan kakeknya memintanya untuk menjeput istrinya. Padahal dia telah berjanji untuk menemui pacarnya dan sekarang, dia sangat puas.

William segera menyalakan mobil karena dia mau pergi ke rumah kekasihnya. Dia tidak perduli dengan Citra, bahkan alamat yang dia berikan cuma ada pembantu di sana.

Saat itu, hari sudah sore dan Citra masih berputar putar mencari rumah yang dia tuju. Dia bingung dengan alamat yang diberikan oleh suaminya. Krena ongkos taksi yang begitu mahal akhirnya dia turun dan berjalan kaki didaerah komplek perumahan mewah itu.

Dia sudah bertanya pada penjaga pintu gerbang perumahan, di mana rumah william dan satpam di sana menunjuk ke sebuah rumah yang tidak jauh darinya.

Citra terlihat bingung dan berjalan mondar mandir disebuah rumah. Apa itu rumah suaminya?

Dia sudah tampak kesal karena kakinya sudah mulai terasa sakit. Dia bahkan memaki dalam hatti dan awas saja jika bertemu nanti.

Pada saat itu, seorang wanita keluar dari pagar sebuah rumah dan berteria memanggilnya.

"Non ... Non Citra bukan ya?" teriak wanita itu.

Citra langsung menoleh mengangguk, dia segera mendekati wanita itu sambil berkata, "Ini rumah William?"

"Iya Non, saya Mbak Siti pembantu Tuan William. Tadi Tuan William berpesan kalau melihat perempuan mondar mandir nyari rumah dipanggil aja. Karena Non dari tadi cuma bolak balik jadi saya pikir pasti Non Citra," ucap Mbak Siti.

"Iya, saya Citra. Alamatnya gak jelas jadi saya mondar mandir deh," ucapnya sambil tersenyum terpaksa.

"Ya udah Non ayo masuk udah sore nih," ajak Mbak Siti.

Citra mengangguk dan mengikuti mbak Siti masuk ke dalam rumah dan setelah di dalam, Citra diam saja tidak tahu mau melakukan apa.

"Kata Tuan, Non bisa pakai kamar yang mana aja," ucap Mbak Siti.

"Baik mbak, saya beresin barang dulu ya."

"Iya Non, kalau sudah selesai keluar untuk makan ya Non," pinta Mbak Siti.

Citra mengangguk dan berjalan masuk ke dalam salah satu kamar. Dia membereskan barang-barangnya dengan cepat dan setelah selesai dia segera keluar dan menghampiri Mbak Siti yang sedang menyiapkan makanan.

"Mbak, William kapan pulang?" tanyanya

"Tuan Muda jarang pulang Non. Kadang-kadang aja pulangnya dan kalau pulangpun pasti sama Non Lena pacarnya," Jelas mbak siti.

Citra terbelakak kaget mendengar penjelasan Mbak Siti, "Apa Mbak?" William sudah punya pacar? Dan sering dibawa pulang?"

Mbak Siti tiba-tiba menjadi takut, dia takut salah bicara, "Aduh itu Non, maksud saya itu dulu, sekarang tuan sudah menikah sama Non udah pasti Tuan udah putus sama pacarnya," jelas Mbak Siti dengan cepat.

Citra melihat Mbak Siti dan menghela nafasnya, dia seperti istri yang cemburu padahal dia belum bertemu dengan suaminya itu. Lalu kenapa memangnya jika William punya pacar? Dari awal mereka hanya orang asing yang tidak saling mengenal.

"Baiklah Mbak, aku paham kok," ucap Citra sambil tersenyum.

"Maaf, Non. Aku sudah salah bicara dan semoga Non tidak menganggap serius ucapanku," pinta Mbak Siti.

Citra hanya tersenyum kecil dan setelah makan dia langsung masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Dia harap pernikahan ini bisa berakhir sehingga dia bisa pergi dari sana.

#Mungkin yang awal baca bingung gimana nikahnya, aku memang ngak nulis secara rinci prosesnya tapi mereka udah didaftar dicatatan sipil dan soal tandatangan sudah pasti mereka lakukan apalagi William sudah balik.#

Terpopuler

Comments

MakBarudakh

MakBarudakh

Istilah nya mah, proses tersebut diringkas ya thor...
Lanjut thor...

2023-11-08

0

Dewie

Dewie

hahaha iya ya thor... genre sinetron😅
gpp beda dr suasana smith.. refresh..

2022-06-15

0

gia gigin

gia gigin

Miris juga jadi citra 😭

2022-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!