Di rumah kakek

Sesampainya mereka ke rumah kediaman Alexander, Citra segera turun dari mobil dan pada saat itu, William menghampirinya dan merangkul pinggangnya.

"Ingat mainkan peranmu dengan baik!" ucap William.

Citra hanya mengangguk dan mengikuti langkah William memasuki rumah, dia juga tidak membantah saat William semakin menempelkan tubuh mereka.

William segera membawa Citra ke halaman belakang karena dia tahu ibu dan kakeknya ada di sana dan ketika melihat kedatangan mereka, Sisilia terlihat senang apalagi mereka terlihat mesra begitu juga dengan sang kakek.

"Kami sudah datang, Kakek," ucap William seraya membawa istrinya menghampiri mereka.

"Aku kira kau tidak akan datang," ucap Kakeknya.

"Aku sudah berjanji pada Kakek maka aku pasti akan datang," jawab William.

"Kemarilah, Sayang," Sisilia memanggil menantunya.

Citra mengangguk dan segera menghampiri ibu dan kakek William. Mereka duduk bersama dan Sisilia meminta pelayan membuatkan minuman untuk menantunya.

"Bagaimana kabarmu, Sayang? Apa William bersikap kasar padamu semalam?" tanya Sisilia.

Bagaimanapun semalam adalah pertemuan pertama mereka jadi dia takut putranya akan bersikap kasar pada istrinya karena dia tahu watak putranya.

Citra tersenyum, sedangkan William tampak khawatir karena dia takut Citra salah bicara.

"Dia sangat baik, Ma. Jadi kalian tidak perlu khawatir," jawab Citra.

"Baguslah, aku senang mendengarnya," ucap Sisilia dan William tampak lega.

"Jika dia berani memperlakukanmu dengan kasar, jangan ragu untuk mengatakannya padaku," ucap sang kakek.

"Pasti, Kakek," jawab Citra sambil tersenyum.

"Ayah kemana, Ma? Dari tadi aku lihat melihatnya," tanya William.

"Ayahmu sudah ke kantor l, Sayang. A

Katanya ada sedikit masalah di sana," jawab ibunya.

"Kenapa tidak memberi tahu aku? Aku akan pergi ke sana sekarang."

"Tidak bisa!" cegah sang kakek.

''Aku meminta kalian datang karena ada hal penting yang ingin aku bicarakan pada kalian!" ucap sang kakek lagi.

"Apa, Kakek?" tanya William.

"Kami ingin membicarakan masalah pernikahan kalian, Sayang. Kapan kalian berencana mengadakan resepsi pernikahan? Kalian memang sudah terdaftar di catatan sipil dan secara hukum kalian sudah sah menjadi suami istri tapi kami ingin kalian mengadakan acara pernikahan dan bersumpah di depan pendeta agar kalian sah menjadi suami istri di depan Tuhan," ucap ibunya.

"Apa ini tidak terlalu cepat, Ma? Kami baru saja bertemu tapi kalian sudah ingin kami membahas masalah resepsi pernikahan. Beri kami waktu untuk saling mengenal dan masalah resepsi bisa kita bahas nanti," ucap William.

Dia tidak mau keluarganya mengadakan resepsi untuk pernikahan konyolnya karena bagaimanapun yang ingin dia nikahi adalah Lena bukan wanita itu.

William melirik ke arah citra dan memberi isyarat kepada Citra agar menolak ide dari ibu dan kakeknya, sedangkan Citra hanya bisa menarik nafasnya dengan berat.

"Benar, Ma. Biarkan kami saling mengenal terlebih dahulu dan setelah itu, kalian bisa merencanakan resepsi pernikahan kami setelah kami dekat," ucap Citra.

Sang ibu dan kakek tampak kecewa tapi apa yang diucapkan oleh mereka ada benarnya, bagaimanapun mereka butuh waktu untuk beradaptasi.

Mereka masih berbincang dan pada sat itu, sang kakek mendaptkan sebuah ide dan dia merasa ide itu sangat bagus untuk mendekatkan mereka berda.

"Aku punya ide bagus," ucap sang kakek.

"Ide apa, Ayah?" tanya sisilia.

"Bagaimana jika mereka peergi berbulan madu? itu bisa membuat hubungan mereka semakin dekat," jawab sang kakek.

"Ide bagus," ucap Sisilia.

"Tidak, aku tidak mau!" tolak William.

"Kenapa? Dengan pergi berbulan madu kalian akan saling mengenal, jika kalian tidak bersama bagaimana kalian bisa dekat?" tanya kakeknya.

"Tapi, Kek. Biakan kami saling mengenal terlebih dahulu," pinta William.

"Tidak! Kau tinggal pilih, pergi berbulan madu atau acara pernikahan kalain akan digelar dalam satu minggu lagi!"

William sangat kaget medenganya begitu juga dengan Citra. Tapi dia hanya bisa diam saja karena dia tidak punya wewenang untuk berbicara.

"Apa tidak ada pilihan lain, Kakek?" William tampak putus asa.

"Tidak ada William,"jawab kakek dan ibunya serempak.

"Tunggulah kabar dariku. Aku dan ibumu akan segera mencari tempat bagus untuk kalian berbulan madu dan kau tidak perlu memikirkan masalah pekerjaan karena ayahmu yang akan mengambil kendali. Nikmati waktu kalian berdua dan aku harap hubungan kalian bisa semakin dekat," ucap sang kakek.

Meraka hanya bisa pasrah tanpa bisa membantah dan William pikir ini kesempatan yang bagus untuk menendang wanita itu selama mereka pergi berbulan madu nanti.

Mereka kembali berbincang dan setelah itu mereka berpamitan karena William ingin pergi menemui Lena. Dia sudah tidak taahn mendengar ide- ide gila dari kakeknya.

"kenapa tidak tinggal untuk makan siang dulu?" tanya ibunya.

"Tidak, Ma. Ada hal penting yang ingin aku lakukan dan kami akan mampir ke restoran nanti," jawab William.

"Bailah, hati-hati, Sayang," Sisilia memeluk menantunya sejenak dan setelah itu mereka pergi.

Selama diperjalanan pulang, mereka diam saja dan William membawa mobilnya dengan capt dan tampak kesal.

"kenapa kau tidak menolak tadi?" tanya William memecah keheningan di antara mereka.

"Apa, menolak apa?"

"Tentu saja menolak rencana bulan madu yang dibuat kakek. Kenapa kamu diam saja dan tidak membantuku menolaknya? Apa jangan-jangan kamu sangat ingin pergi bebulan madu denganku?"

"Apa aku sudah gila mau dekat denganmu?" tanya Citra dengan sinis.

"Lalu kenapa kau hanya diam saja padahal kau bisa membantuku menolah rencana itu!"

"Aku kira kamu bisa membujuk kakekmu, tpi sepertinya kamu cucu penurut yang tidak bisa membantah" ejek Citra.

"Dengar ya Nona! Keluargaku adalah segalanya bagiku dan kau bukan apa-apa! Kau tahu bukan jika aku punya pacar? jadi sebaiknya kau berkaca karena sampai matipun aku tidak mau berhubungan denganmu!" bentak William marah.

"Oh ya? Jika kau sudah punya kekasih kenapa kamu tidak menolak perjodohan kita? Apa jangan-jangan kekasihmu itu begitu jelek sehingga keluargamu tidak menyukainya?" kata Citra mengejek.

Air muka William tiba-tiba berubah, dia tidak suka ada orang yang menghina kekasihnya apalagi di depannya. Dia segera menghentikan laju mobilnya sehingga mobil itu berhenti mendadak.

"Sudah gila ya! kenapa kau menghentikan mobilnya tiba tiba?" pekik Citra marah.

William meraih tangan citra dan berkata, "Dengar! Jangan pernah kau menghina atau menjelek-jelekkan Lena. Dia jauh lebih baik darimu dan lebih baik kau turun dari mobilku, sekarang!" ucapnya dengan dingin.

"Apa, aku tidak tahu ini di mana, bagaimana aku bisa pulang nanti?"

"Naik taksi!"

"Tapi tidak bawa uang! Antarkan aku sampai ke rumah."

"Tidak ada tawar menawar denganku jadi cepat keluar!" bentak William.

Citra tampak ketakutan dan William kembali membentak bahkan mengancam akan menarik Citra keluar. Karena tidak punya pilihan, Citra keluar dari mobil William sedangkan William meninggalkannya begitu saja.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

😅😅😅😅
good Citra 👏👏👏👏

2023-08-24

0

Jam'ah Sublie

Jam'ah Sublie

rasain tu Lena
sudah tau org dak suka
mulut seperti ember bocor

2023-05-27

0

gia gigin

gia gigin

Aku nikmatin aja Alurnya Kak 🤭

2022-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!