Nafkah Batin Yang Terbagi
Pagi itu matahari sudah menampakkan dirinya sekitar satu jam lebih. Cahayanya yang menyinari bumi memberi semangat manusia-manusia mengawali harinya.
Didalam sebuah kamar yang berada didalam salah satu rumah, cahaya matahari menyinari kamar itu melewati ventilasi yang berada diatas jendela kamar. Cahayanya mengenai kedua wajah orang yang terlihat sedang tidur dengan nyenyak diatas ranjang. Sepasang kekasih itu terlihat tidur dengan berpelukan tanpa mengenakan pakaian menutupi tubuhnya dibagian atas. Namun selembar selimut tebal menutupi tubuh mereka dari bagian dada sampai ujung kaki. Disaat laki-laki dan perempuan itu belum terbangun dari tidurnya, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu kamar itu dengan cukup keras.
Tokkk...tokkk...tokkk...
"Guntur...!!! Sovia...!!! Bangun!!! Hari sudah pagi!!! Sarapan dulu!!!" Seru seorang perempuan di balik pintu kamar itu. Begitu mendengar teriakkan seseorang yang berdiri di depan kamarnya, kedua mata perempuan yang bernama Sovia langsung terbuka. Perempuan itu langsung menatap tajam kearah jam dinding yang berada didalam kamarnya. Sovia langsung terperanjat dari tidurnya, ketika melihat jarum jam menunjukkan pukul 08.22 WIB. Ia pun langsung berseru menjawab ucapan perempuan yang berdiri di balik pintu.
"Iya Bu...!!!"
"Ya sudah, kalau begitu Ibu tunggu di meja makan ya! Soalnya Ibu juga mau pergi kondangan!" Seru perempuan yang di balik pintu yang dipanggil Ibu.
"Ibu sarapan duluan nggak apa-apa! Soalnya Saya dan Mas Guntur belum mandi!" Balasnya.
"Ya sudah kalau begitu! Tapi nanti habis mandi, Kalian langsung sarapan ya! Mumpung masih pagi!" Pintanya.
"Iya Bu!" Balasnya. Mendengar jawaban Sovia, perempuan yang berdiri didepan pintu kamar itu pun melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Sedangkan Sovia langsung membangunkan lelaki tampan berkulit kuning langsat, yang masih terlelap tidur disampingnya.
"Mas...! Bangun Mas!" Ucapnya sambil memegang lengan kiri lelaki yang bukan lain adalah suaminya itu.
"Masih ngantuk Dek!" Balas lelaki yang bernama Guntur, dengan kedua matanya yang masih terpejam.
"Sudah jam tujuh lebih Mas! Tadi Ibu juga sudah menyuruh Kita sarapan!" Ucapnya. Begitu mendengar ucapan istrinya, Guntur langsung membukakan kedua matanya dengan perlahan.
"Ya sudah, ayo Kita mandi bareng!" Ajak Guntur.
"Nggaklah Mas! Nanti nggak jadi mandi!" Balasnya.
"Ya sudah, Kamu aja yang duluan mandi!" Pintanya.
"Iya Mas." Balasnya. Sovia pun bergegas turun dari atas tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang berada didalam kamarnya.
Sekitar sepuluh menit berlalu, akhirnya Sovia keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan handuk. Begitu melihat tubuh istrinya, Guntur langsung bangkit berdiri dan menghampiri istrinya. Kedua tangannya hendak memeluk tubuh istrinya. Sedangkan bibirnya didekatkan kearah wajahnya. Namun sebelum niatnya kesampaian, Sovia dengan cepat melangkahkan kakinya kebelakang, menjauhi tubuh suaminya.
"Kenapa sayang?" Tanya Guntur merasa sedikit kecewa.
"Mandi dulu Mas! Terus Kita sarapan pagi! Ibu sudah menunggu!" Balasnya.
"Ya sudah kalau itu maumu!" Balasnya. Guntur pun melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mandi. Ketika suaminya sedang membasahi tubuhnya, Sovia bergegas memakai pakaian.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, Guntur dan Sovia keluar dari dalam kamarnya menuju ruang makan. Namun begitu sampai didepan meja makan, mereka tidak melihat Ibu sedang sarapan.
"Mana Ibu Dek? Katanya sudah menunggu?" Tanya Guntur.
"Tadi Aku menyuruh Ibu untuk sarapan duluan! Katanya mau pergi kondangan!" Balasnya.
"Tahu begitu, kan Aku nggak perlu buru-buru bangun!" Gerutunya.
"Makanya Aku bilang kalau Ibu menunggu! Biar Mas mau sarapan! Mas kan sudah kehilangan tenaga banyak, tadi malam!" Ucap Sovia dengan perlahan. Mendengar ucapan istrinya, Guntur pun membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Oh ya betul banget Kamu sayang! Aku memang harus sarapan. Biar tenagaku kembali lagi!"
"Ada apa nih, pakai bisik-bisik segala?" Seru perempuan yang bukan lain adalah Ibu. Mendengar ucapan ibunya, Guntur hanya tersenyum malu-malu.
"Nggak ada apa-apa kok Bu! Ibu mau kondangan dimana? Cantik banget!" Tanyanya.
"Di daerah Sukmajaya! Pelanggan Ibu, anaknya nikah!" Jawab perempuan yang terlihat cantik dengan memakai konde. Perempuan itu memakai kebaya berwarna merah dibagian atas, rok panjang berwarna merah dengan belahan disamping kiri. Dan dilengkapi dengan sandal high heels berwarna emas.
"Hati-hati di jalan Bu!" Pinta Sovia.
"Tanpa Kamu minta, Ibu juga akan hati-hati! Kalian sarapan dulu ya!" Ucapnya.
"Iya Bu!" Balas Guntur dan Sovia berbarengan.
"Oh ya, Sovia! Nanti tolong pakaian Ibu yang di ember Kamu cuci ya! Soalnya mesin cuci rusak! Itu perabotan kotor di cuci juga! Terus lantai disapu dan dipel! Halaman juga disapu! Soalnya banyak daun-daunan!" Perintahnya.
"Baik Bu!" Jawabnya.
"Tapi Bu! Sovia ini kan istriku! Bukan pembantu di rumah ini!" Seru Guntur.
"Siapa yang bilang Sovia pembantu, Guntur? Ibu kan cuma menyuruh istrimu melakukan pekerjaan rumah yang wajar dilakukan oleh seorang perempuan! Bukankah Sovia biasa melakukan semua pekerjaan itu di rumah? Masih mending di rumah ini nyucinya didalam rumah! Biasanya kan istrimu nyuci pakaian di sungai yang lumayan jauh dari rumahnya! Betul kan Sovia?" Tanya perempuan yang bukan lain adalah ibu kandungnya Guntur.
"Betul Bu!" Jawabnya.
"Tapi kan kasihan Sovia Bu!" Guntur menimpalinya.
"Sebagai seorang istri, Sovia kan bukan cuma berbakti pada suaminya. Tapi harus berbakti pada mertuanya juga! Kamu tidak keberatan melakukan pekerjaan yang diperintahkan Ibu, kan Sovia?" Tanyanya.
"Nggak Bu. Di rumah Sovia juga sudah terbiasa melakukan semua pekerjaan rumah!" Jawabnya sambil tersenyum.
"Ya sudah, kalau begitu Ibu pergi dulu! Assalamu'alaikum!" Salamnya.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Guntur dan istrinya berbarengan. Ibunya Guntur pun dengan cepat pergi meninggalkan rumah menggunakan mobil berwarna hitam.
"Kamu yang sabar ya sayang, atas semua tingkah laku dan ucapan Ibuku!" Pinta Guntur sambil menatap dalam-dalam wajah istrinya.
"Iya Mas. Ibu Mas sama sekali nggak salah kok!" Jawab Sovia dengan membalas menatap wajah suaminya.
"Terima kasih ya sayang! Aku sangat bersyukur bisa mempunyai istri sepertimu! Ayo Kita sarapan dulu! Nanti Aku bantuin deh, beres-beres rumahnya!" Ucapnya. Mereka pun langsung bergegas menikmati sarapan pagi yang sudah tersaji di atas meja makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Martifahsoemarno
aku mampir, tertarik ceritanya
2022-01-22
1