Selesai menghabiskan sarapannya, Sovia dibantu oleh Guntur, akhirnya menjalankan pekerjaan rumah yang diberikan oleh ibunya Guntur. Sovia yang sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah saat masih tinggal bersama keluarganya, menjalani tugas yang diberikan oleh mertuanya dengan perasaan senang hati. Apalagi dia dibantu oleh lelaki yang baru tiga hari menjadi suaminya.
"Mas, terima kasih atas perhatian dan bantuannya. Walaupun kita sebelumnya tidak saling mencintai, tapi sekarang Aku sangat bahagia bila berada didekatmu Mas! Aku sangat bersyukur bisa mempunyai suami sepertimu Mas!" Ucap sovia sambil menyapu halaman depan. Keringatnya mengucur deras diwajahnya.
"Jangan ucapkan terima kasih segala Dek! Sebagai seorang suami, mana tega Aku membiarkan Kamu beres-beres rumah sendirian!" Balas Guntur yang sedang mengepel lantai teras depan rumah.
"Iya Mas." Katanya.
"Sekarang kan semua pekerjaan rumah hampir selesai. Aku mau minta imbalan sama Kamu ya Dek! Aku kan sudah membantumu bersih-bersih!" Pinta Guntur. Mendengar ucapan suaminya, Sovia mendadak terkejut.
"Imbalan apa Mas?" Tanyanya dengan mata melotot.
"Imbalannya Aku minta jatah Dek!" Balasnya.
"Jatah apa Mas?" Sovia menjadi bingung.
"Jatah seperti tadi malam Dek!" Jawabnya.
"Tapi Mas! Tadi malam kan sudah tiga kali! Pertama sebelum Kita tidur. Kedua sewaktu Aku sudah tidur, Mas minta lagi! Terus tadi sehabis shalat shubuh, Mas minta lagi!" Ucapnya dengan perlahan.
"Tapi Mas sekarang pengin lagi Dek! Seorang istri kan wajib melayani suaminya. Kamu tahu kan Dek?" Balasnya.
"Tapi kalau nanti Ibu mencari Kita, gimana Mas?" Tanya Sovia yang bingung.
"Kan semua pekerjaan sudah selesai. Ibu juga pasti mengerti dan memaklumi Kita sebagai pengantin baru. Jadi Kamu nggak perlu khawatir dengan perasaan Ibu." Jawabnya.
"Iya Mas." Balasnya.
"Ya sudah, sekarang Aku mau mengepel lantai dalam rumah dulu. Kamu lanjutkan menyapu halamannya." Ucapnya.
"Iya."
Setelah Guntur dan Sovia selesai menyelesaikan semua pekerjaan rumah, mereka pun kembali masuk kedalam kamar tidur mereka untuk melakukan hubungan suami istri.
Disaat mereka sedang melampiaskan hasrat dan gairah yang terpendam dalam diri, tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di carport depan rumah Guntur. Ketiga pintu mobil itu pun terbuka. Terlihat seorang perempuan kurang dari setengah abad, keluar dari pintu sebelah depan kanan. Dia bukan lain adalah ibu kandungnya Guntur. Orang yang keluar dari pintu depan sebelah kiri adalah seorang perempuan berparas cukup cantik yang berpakaian blus batik berwarna merah. Sedangkan orang yang keluar dari pintu samping kiri bagian belakang, ialah seorang perempuan muda berwajah cantik, berkulit putih, dan bertubuh langsing. Perempuan itu memakai pakaian berwarna merah muda.Begitu turun dari mobil, mereka bertiga pun berjalan menuju pintu depan rumah.
"Mari Bu Hamidah, Wina!" Ajak ibunya Guntur. Perempuan muda yang bernama Wina dan ibunya yang bernama Bu Hamidah pun berjalan dibelakang ibunya Guntur.
Begitu sampai didepan pintu, ibunya Guntur langsung memegang handle pintu dan menekannya kearah bawah. Pintu yang tidak terkunci itu pun langsung terbuka.
"Mari masuk Wina, Bu Hamidah!" Pintanya.
"Sepi Bu Maya. Guntur kemana?" Tanya Bu Hamidah saat melangkah masuk kedalam rumah.
"Tadi pagi sih di rumah. Soalnya hari ini kan toko masih tutup. Saya tinggal dulu ya Bu!" Katanya.
"Iya Bu." Balas Bu Hamidah. Bu Maya pun berjalan menuju kamar tidurnya Guntur dan Sovia. Begitu berdiri didepan pintu kamarnya Guntur, Bu Maya melihat pintu itu dalam keadaan tertutup.
Tokkk...tokkk...tokkk...
"Guntur...!!! Apa Kamu didalam?" Tanya Bu Maya dengan keras. Mendengar ketukan pintu dan teriakkan ibunya, Guntur dan Sovia yang masih menikmati hubungan suami istri mendadak kaget sekali dibuatnya.
"Betul kan Mas, Ibu mencari-cari Mas!" Ucap Sovia dengan perlahan.
"Ada apa Bu?" Tanya Guntur dengan keras.
"Ada teman Ibu! Dia pengin ketemu Kamu! Kamu temui Dia ya!" Balas Bu Maya di balik pintu.
"Iya sebentar!!! Lagi tanggung nih!!!" Seru Guntur. Mendengar ucapan anaknya, Bu Maya sedikit terkejut.
"Jangan lama-lama! Kasihan teman Ibu menunggu!!" Pintanya. Bu Maya pun pergi meninggalkan kamar anaknya dan berjalan menuju dapur.
Begitu sampai di dapur, Bu Maya membuat tiga gelas es sirup rasa orange dan membawanya ke ruang tamu.
"Silahkan diminum dulu Bu Hamidah, Wina! Gunturnya lagi mandi. Baru bangun tidur!" Ucap Bu Maya sambil duduk diatas sofa.
"Istrinya emang dimana Bu?" Tanyanya.
"Di kamar Bu! Sebenarnya Aku nggak setuju, Guntur nikah dengan Sovia. Tapi Aku terpaksa menyetujui permintaan almarhum suamiku saat sedang dirawat di rumah sakit!" Jawabnya.
"Andai saja almarhum suamimu masih sehat. Mungkin Kita sudah menjadi besanan ya Bu!" Ucap Bu Hamidah. Perempuan itu pun mengambil gelas berisi es sirup rasa orange lalu meminumnya.
"Ya Bu. Sayang sekali Kita baru ketemu lagi sekarang! Padahal Guntur dan Wina sangat serasi! Bibit bebet bobotnya juga cocok!" Balasnya.
"Nasi sudah menjadi bubur Bu Maya! Semua sudah terjadi!" Ucap Bu Hamidah.
"Mungkin Mas Guntur bukan jodoh Saya Bu!" Ucap Wina sambil menengok kearah ibunya yang berada disebelah kirinya.
"Bisa saja Kalian masih jodoh Wina! Walaupun Guntur sudah menikah, tapi kan semua belum berakhir! Guntur bisa saja bercerai! Mereka kan menikah juga karena dijodohkan! Bukan karena landasan cinta! Jadi kemungkinan Guntur untuk bercerai sangat besar!" Balas Bu Maya. Mertua Sovia itu pun mengambil gelas dihadapannya. Disaat belum ada lagi yang berbicara, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang bukan lain adalah Guntur. Terlihat pula Sovia berdiri disampingnya.
"Umur panjang Kamu Gun! Lagi diomongin, eh datang juga!" Seru Bu Maya tersenyum bahagia.
"Ngomongin apa Bu?" Tanya Guntur.
"Ya ngomongin tentang Kamu! Oh ya kenalin, ini Bu Hamidah kawan SMA Ibu! Sama Wina anaknya!" Jawabnya. Mendengar ucapan ibunya, Guntur pun bersalaman dengan Bu Hamidah.
"Guntur! Sekarang sudah gede ya! Tambah ganteng ya!" Puji Bu Hamidah sambil menyambut tangan kanan Guntur.
"Makasih Tante!" Balasnya.
"Terakhir ketemu Kamu kan sewaktu Kamu sunatan! Masih kecil banget!" Ucapnya.
"Iya Tante!" Balasnya. Guntur pun perlahan melepaskan tangannya.
"Ini anak Saya, Guntur!" Ucapnya.
"Guntur!" Suami Sovia memperkenalkan diri sambil bersalaman dengan Wina. Kedua matanya menatap wajah perempuan cantik dihadapannya.
"Wina!" Balas Wina sambil bersalaman dengan Guntur. Wina yang baru pertama kali bertemu dengan Guntur, menatapnya dengan tatapan berbinar-binar. Jantungnya mendadak berdegup dengan kencang. Telapak tangan kanannya menggenggam erat telapak tangan Guntur. Disaat mereka berdua masih saling terpaku melihat wajah orang yang baru dikenalnya, Sovia yang berada disamping kiri Guntur langsung memberi isyarat dengan pura-pura batuk.
Uhuuuk...uhuuuk...uhuuuk...
Begitu mendengar suara batuk Sovia, Guntur dan Wina seolah baru tersadar dari pengaruh hipnotis. Sontak mereka berdua pun langsung melepaskan telapak tangan masing-masing.
"Oh ya Wina, Bu! Kenalin ini istri Saya!" Ucap Guntur sambil menatap wajah istrinya dan tersenyum manis padanya. Mendengar ucapan suaminya, Sovia bergegas mengulurkan tangan kanannya kehadapan Wina. Dengan sedikit ragu-ragu, Wina menyambut tangan kanan Sovia.
"Sovia!" Ucap istri Guntur itu sambil tersenyum manis.
"Wina." Balasnya. Perempuan itu pun segera melepaskan tangannya. Lalu Sovia dengan ramah mengajak bersalaman dengan Bu Halimah. Bu Halimah pun menyambut tangan kanan Sovia dengan muka masam.
"Sovia Bu!" Ucapnya.
"Bu Halimah! Ibunya Wina! Ngomong-ngomong rumahmu dimana?" Tanya Bu Halimah dengan ketus. Ia pun segera melepaskan tangannya.
"Di Cimahi Bu!" Jawabnya.
"Kok bisa kenal dengan Guntur yang kaya dan ganteng ini?" Tanyanya lagi.
"Bapak Saya bekerja jadi sopir mobil pick up yang mengangkut sayuran dari kebun milik almarhum Pak Handoko! Jadi Bapak Saya sudah lama kenal baik dengan almarhum." Balasnya dengan tersenyum.
"Oh! Anaknya supir! Kirain anak orang kaya! Senang ya Kamu, bisa mempunyai suami kaya! Sekarang Kamu jadi orang kaya mendadak dong!" Seru Bu Hamidah.
"Maaf Bu! Tolong jaga ucapannya! Walaupun Sovia bukan dari keluarga kaya, tapi Sovia adalah seorang perempuan yang baik dan shalihah!" Balas Guntur dengan berani.
"Maaf ya Guntur! Bukan maksudku menghina istrimu! Aku cuma kaget saja! Kok bisa almarhum Bapakmu mau-maunya menjodohkan Kamu yang ganteng dan kaya, dengan Sovia yang jelas-jelas berbeda kasta dengan keluargamu! Kamu itu cocoknya sama perempuan yang sepadan dengan keluargamu. Wina misalnya!" Bu Halimah mencoba menyangkal.
"Almarhum Bapakku sudah tahu dan mengenal Sovia dan Bapaknya adalah orang baik! Makanya Bapakku menjodohkanku dengan Sovia! Terlebih lagi, Sovia adalah perempuan yang ditakdirkan oleh Allah menjadi pasangan hidupku! Walaupun Kami sebelumnya tidak saling mengenal dan mencintai. Tapi semenjak malam pertama, Kami saling mencintai dan menyayangi! Bagiku, Sovia adalah pasangan dunia sampai akhirat! Bukankah begitu istriku?" Tanya Guntur sambil menengok kearah Sovia. Sovia pun menganggukkan kepalanya. Mendengar ucapan Guntur dan melihat adegan dihadapannya, Bu Halimah merasa seolah dihina. Darahnya seketika langsung mendidih. Wajahnya merah padam.
"Wina!!! Ayo Kita pulang!!! Tidak ada gunanya Kita datang ke rumah ini!!!" Teriak Bu Halimah sambil memegang lengan kanan anaknya. Mereka pun berjalan dengan cepat menuju pintu depan rumah.
"Tapi Bu, Kita masih bicarakan dengan baik-baik!" Bu Maya mencoba mengejarnya keluar rumah.
"Menyesal Aku datang ke rumahmu! Mukaku seperti dilempar kotoran busuk! Tidak pernah Aku merasa dihina begini rupa!" Teriak Bu Halimah begitu menengok kebelakang.
"Tapi Aku tahu, Guntur tidak bermaksud menghina Bu Halimah!" Balasnya.
"Wina masih sangat mudah mendapatkan suami yang lebih dari segalanya dari anakmu!!!" Balasnya Bu Halimah dengan keras. Mereka berdua pun pergi meninggalkan rumah Bu Maya menuju jalan raya untuk menaiki taksi yang lewat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
musuh pelakor
hamidah jadi halimah?
2024-04-22
0
pipi gemoy
aneh kelakuan Bu Halimah 😒
2022-08-31
1
Martifahsoemarno
bikin senam jantung
2022-01-22
1