Kecewa

  Ketika jam dinding menunjukkan pukul 19.14 WIB, seorang mobil berhenti di carport depan rumah mewah berwarna putih. Tidak berapa lama, terlihat dua orang turun dari mobil tersebut. Yang satu adalah seorang perempuan yang bukan lain adalah Bu Hamidah. Dan yang satunya lagi adalah seorang laki-laki berkumis berumur sekitar setengah abad. Dia bukan lain adalah suami dari Bu Hamidah.

  Terlihat mereka berdua berjalan menuju pintu depan rumah itu. Begitu sampai didepan pintu, mereka pun bergegas membuka pintu yang tidak terkunci dan melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.

  "Ibu sama Bapak kok baru pulang?" Tanya seorang anak perempuan yang sedang menonton TV.

  "Iya nih Lala! Soalnya tadi tokonya rame! Jadi Bapak sama Ibu harus bantuin karyawan disana!" Jawab Bu Hamidah.

  "Kamu sudah makan malam belum Lala?" Tanya suaminya Bu Hamidah.

  "Sudah Pak!" Balasnya.

  "Mba Wina mana? Biasanya nonton TV bareng Kamu!" Tanya Bu Hamidah.

  "Di kamar Bu. Sejak pulang kerja belum keluar kamar." Jawabnya.

  "Kenapa Wina Bu?" Tanya bapaknya Wina.

  "Nggak tahu Pak. Biar Ibu samperin!" Balasnya. Bu Hamidah pun berjalan menuju kamar tidurnya Wina. Sedangkan suaminya mengikuti dibelakangnya.

  Tokkk...tokkk...

  "Win, gimana keadaanmu? Apa masih mual-mual?" Tanya Bu Hamidah begitu sampai didepan pintu.

  "Nggak Bu!" Balas Wina yang berada didalam kamar.

  "Ibu boleh masuk?" Tanyanya.

  "Boleh Bu nggak dikunci!" Jawabnya. Bu Hamidah pun perlahan membuka pintu kamar itu. Begitu pintu itu terbuka, ia melihat anak sulungnya sedang menyisir rambutnya didepan cermin.

  "Kamu mau pergi kemana Wina?" Tanyanya.

  "Mau ke rumah teman Bu!" Jawabnya.

  "Apa Kamu sudah enakan badannya? Kata Lala dari tadi Kamu di kamar!" Tanya bapaknya Wina.

  "Sudah Pak." Balasnya.

  "Tapi Kamu belum makan malam kan Win?" Tanya Bu Hamidah.

  "Belum Bu. Biar nanti Wina makan diluar aja! Kalau begitu Wina pergi dulu ya Pak, Bu!" Ucapnya sambil mengambil tas selempang berukuran kecil.

  "Hati-hati di jalan ya sayang!" Pinta Bu Hamidah.

  "Iya Bu." Balasnya sambil berjalan keluar kamar. Wina berjalan dengan cepat menuju mobilnya. Ia berusaha untuk tidak terlihat sedih didepan keluarganya. Begitu sudah menaiki mobilnya, air matanya tidak dapat dibendung lagi. Wajahnya yang berkulit putih kembali basah oleh air matanya. Setelah beberapa saat ia meratapi nasibnya, Wina pun menyalakan mesin dan menginjak pedal gas dengan kuat. Seketika mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi menuju suatu tempat.

  Sekitar 40 menit didalam perjalanan, akhirnya Wina sampai didepan tempat yang ditujunya, yaitu sebuah rumah yang terletak di perkampungan. Namun rumah sederhana itu terlihat rapi dan bersih. Tanpa membuang waktu lagi, Wina bergegas turun dari mobil dan berjalan menuju depan rumah yang pintunya sedikit terbuka. Tanpa mengucapkan salam, Wina membuka pintu depan rumah itu dengan keras.

  Bbbrrraaaaakkkkk...

  "Bobby dimana Kau???" Teriak Wina begitu menginjakkan kakinya didalam rumah. Karena tidak ada suara jawaban sama sekali, Wina kembali berjalan dengan cepat menuju salah satu kamar tidur yang berada didepan ruang keluarga. Saat sampai didepan kamar itu, Wina melihat pintu kamar dalam keadaan tertutup. Tanpa ragu-ragu dan dalam keadaan penuh amarah, Wina membuka pintu kamar dengan sangat kencang.

  Bbbrrraaaaakkkkk...

  Begitu pintu itu terbuka, Wina melihat pemandangan yang sangat menjijikkan baginya. Dia melihat dua orang laki-laki dan perempuan sedang asyik bercumbu mengarungi kenikmatan duniawi, layaknya sepasang suami istri.

  "Lelaki jahanam!!! Perbuatanmu sangat menjijikkan!!!" Teriak Wina sangat marah.

  "Wina!!! Apa Kamu mau gabung??? Sudah lama Kita nggak tidur bersama!!! Apa Kamu datang kesini karena kangen denganku???" Tanya lelaki yang bernama Bobby.

  "Najis Aku tidur dengan lelaki kotor dan busuk sepertimu!!!" Balasnya.

  "Setelah Kita putus kemarin, Kamu bilang Aku lelaki kotor dan busuk? Apa Kamu anggap dirimu suci? Apa Kamu masih merasa perawan?" Tanya Bobby dengan keras. Mendengar ucapan Bobby, Wina hanya terdiam sesaat. Namun ia kembali bersuara.

  "Menyesal sekali Aku pernah menjadi pacar lelaki sepertimu!!!" Hina Wina dengan berani.

  "Apa Kamu pikir Aku senang pernah menjadi pacarmu? Apa Kamu kira Aku nggak tahu, sebelum Kamu pacaran denganku, Kamu suka gonta-ganti pacar? Berapa lelaki yang pernah tidur bareng denganmu? Kamu memang anak orang kaya dan cantik. Tapi bukan karena itu Aku mendekati dirimu! Tapi karena Aku ingin merasakan nikmatnya tubuhmu. Walaupun Aku tahu Kamu sudah nggak perawan lagi!!!" Bobby balas menghina Wina. Senyum lebar terpancar dari wajahnya. Tangan kanannya yang memeluk tubuh perempuan yang padat berisi. Dengan mesra ia mengusap-usap rambutnya yang berwarna hitam dan panjangnya sebahu. Begitu mendengar hinaan mantan pacarnya sedemikian rupa, hati dan perasaan Wina seolah hancur berkeping-keping. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan air matanya didepan mantannya itu.

  "Setan laknat!!!" Maki Wina.

  "Mau apa sebenarnya Kamu datang kesini? Lebih baik sekarang pergi dari sini!!! Aku sudah nggak membutuhkan dirimu lagi!!!" Bobby kembali membalas hinaan Wina. Mendengar ucapan Bobby, Wina membalikkan badannya dengan cepat. Anak sulung Bu Hamidah itu pun berlari menuju mobilnya dengan berderaian air mata yang tidak dapat dibendung lagi.

  "Nggak!!! Nggak mungkin Aku berterus terang pada Bobby, kalau Aku hamil anaknya!!!" Seru Wina dalam hati.

  "Tapi pada siapa Aku minta pertanggungjawaban atas kehamilan ini? Aku yakin kalau janin yang diperutku adalah anaknya Bobby! Tapi Aku nggak mau mempunyai suami seperti Dia!" Seru Wina yang telah berada didalam mobilnya.

  Setelah menangis didalam mobilnya yang masih berada didepan rumahnya Bobby, Wina pun bergegas menyalakan mesin mobilnya dan menginjak pedal gas dengan kuat. Dengan cepat Wina meninggalkan rumah Bobby. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, air mata Wina terus menerus mengalir dipipinya.

  Setelah sekitar 35 menit didalam perjalanan, akhirnya Wina sampai didepan rumahnya. Begitu memarkirkan mobilnya di carport depan rumah, Wina bergegas turun dari mobil dan berlari menuju pintu depan rumahnya. Wina pun kembali membuka pintu rumahnya dengan kencang. Bu Hamidah dan suaminya yang sedang makan malam, kaget sekali begitu mendengar suara beradunya pintu dengan tembok.

  Bbbrrraaaaakkkkk...

  Wina kembali berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Saat melihat kakaknya berlari sambil menangis, Lala hanya terdiam sambil memandanginya. Sedangkan Bu Hamidah ketika melihat Wina berlari sambil menangis, langsung bergegas bersuara.

  "Ada apa Wina? Kok pulangnya cepat? Tadi katanya main ke rumah teman? Sekarang malah pulang-pulang menangis!" Tanya Bu Hamidah. Tanpa memperdulikan pertanyaan ibunya, Wina terus berlari menuju kamarnya. Kembali terdengar keras suara pintu kamar Wina, ketika ia menutupnya dengan sangat kencang.

  "Sebenarnya Wina kenapa Bu? Nggak biasanya Wina sejak tadi kelihatan sedih!" Tanya suaminya Bu Hamidah yang bernama Pak Vendy.

  "Ibu juga nggak tahu Pak." Jawabnya.

  "Lebih baik sekarang Ibu temui saja, Wina! Mungkin perlahan Dia mau cerita sama Ibu!" Pintanya.

  "Iya Pak." Balasnya. Bu Hamidah pun bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar tidur anak pertamanya itu.

  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!