Ratu Tanpa Mahkota

Ratu Tanpa Mahkota

Bab 1 Pernikahan Kerajaan

Puteri Gita dari Kerajaan Watu Ijo telah tiba di istana Kerajaan Elfian. Setelah melewati gerbang istana yang tinggi dan dijaga oleh para pengawal berseragam dinas berwarna putih, kereta kuda yang dinaikinya kini melintasi halaman yang luas dan panjang dengan dinaungi pohon-pohon palem di kiri kanan jalan.

Bangunan megah dengan pilar-pilar berwarna putih itu sudah mulai terlihat dari kejauhan, sebuah penampakan istana yang mengagumkan.

Setelah beberapa menit melintasi halaman yang panjang itu, akhirnya dia sampai juga di istana megah ini, istana Elfian, rumah calon suaminya.

Di tempat asalnya, Puteri Gita memang sudah terbiasa melihat bangunan istana yang megah, namun hal itu tidak bisa dibandingkan dengan istana ini. Istana di hadapannya sekarang ini terlihat puluhan kali lebih indah dan mewah.

Istana ini berupa bangunan kokoh berwarna putih dan bertingkat. Terlihat banyak sekali jendela yang menghadap ke luar. Beberapa menara pengawas yang puncaknya di hiasi bendera Kerajaan Elfian terlihat menjulang dengan indah.

Dari luar saja sudah mengagumkan apalagi di dalamnya, begitu pikirnya.

Kedatangan Puteri Gita disambut oleh beberapa pengawal dan staf kerajaan yang berdiri berjajar di depan pintu istana yang besar.

Wajah mereka semua terlihat sangat rupawan. Mereka memiliki kulit yang seputih salju.Telinga mereka yang agak runcing menandakan bahwa Bangsa Elfian masih keturunan peri.

Puteri Gita turun dari keretanya dibantu oleh seorang pengawalnya. Ketika gadis itu menjejakkan kakinya, para pengawal dan staf kerajaan membungkuk hormat.

Puteri Gita kemudian berjalan hendak mengikuti mereka, namun dia tiba-tiba berhenti sejenak lalu berbalik ke belakang melihat rombongannya tadi.

"Adrian,apa kau tak mau menemaniku?" Puteri Gita bertanya pada salah satu pengawal berkuda yang tadi mengantarnya.

"Tidak Tuan Puteri, saya diperintahkan agar langsung kembali setelah anda sampai." Jawab Adrian dengan membungkuk hormat.

"Begitukah?" Sang Puteri mengangguk maklum.

Rombongan itu kemudian segera pergi meninggalkan istana Elfian diiringi tatapan dingin Puteri Gita.

Puteri Gita kembali mengikuti langkah staf kerajaan yang tadi sengaja menunggunya. Mereka memasuki koridor yang luas dengan langit-langit yang tinggi, beberapa lampu gantung besar yang terbuat dari kristal menjuntai indah.

Berbagai perabotan antik dan mewah terpajang di sana. Patung-patung dan lukisan-lukisan karya seniman terkenal juga menghiasi dindingnya. Semuanya terlihat indah dan mahal, tanpa sadar lidah gadis itu berdecak kagum.

Setelah melewati lorong yang panjang itu, mereka akhirnya sampai di ruang terbuka yang menakjubkan. Sebuah taman istana yang luas dan dipenuhi beraneka jenis bunga-bunga dan pepohonan yang indah.

Puteri Gita kemudian di arahkan ke sebuah gazebo mewah dengan kanopi berwarna biru muda yang terletak di depan rimbunan bunga-bunga tulip berwarna putih.

Gazebo yang memiliki empat tiang berukir dan langit-langit yang melengkung itu, terlihat sangat elegan dengan hiasan bunga-bunga segar dan kain satin kualitas terbaik berwarna putih dan biru langit.

Di sana dia melihat seorang pemuda berparas sangat tampan dengan rambut perak yang panjang sampai ke pinggang, sedang berpose sambil memegang pedang.

Pakaian yang dikenakan oleh pemuda itu berwarna putih dengan panjang selutut dan celana panjang putih. Pakaian itu terlihat mewah dengan hiasan permata jernih bertaburan di bagian dada dan ada sebuah mahkota yang bertengger di kepalanya.

Ada perasaan rendah diri yang tiba-tiba menyerang gadis itu. Apakah itu calon suaminya? Apakah pantas gadis biasa seperti dirinya mendampingi pria yang ketampanannya terlihat tidak manusiawi itu?

" Yang Mulia, Puteri Gita dari Kerajaan Watu Ijo telah tiba!" Seorang staf yang berambut emas mengabarkan kedatangan Puteri Gita.

Raja yang sedang berpose karena sedang dilukis itu melirik sekilas pada Puteri Gita. Dalam hatinya dia mengutuk perjodohan ini yang memaksanya untuk menerima gadis jelek itu menjadi permaisurinya.

"Kau sudah datang? Baiklah, istirahatlah di wisma yang sudah disediakan!" Raja yang bernama Satria itu berkata tanpa memandang calon istrinya.

"Baik Yang Mulia." Gadis itu membungkuk sekilas, kemudian dia segera pergi mengikuti langkah Staf Kerajaan.

Staf Kerajaan itu mengantarnya menuju ke sebuah bangunan yang menyerupai istana kecil yang sangat indah. Di sana dia disambut oleh beberapa pelayan wanita berparas cantik.

Gadis bangsawan itu bukannya tidak menyadari bahwa calon suaminya itu tidak menyukainya. Namun Puteri Gita tidak mau ambil pusing karena dia juga tidak tertarik padanya. Baginya kesempurnaan fisik bukan jaminan seseorang untuk bisa jatuh cinta.

Lagipula, tipe pria idamannya adalah pemuda sederhana yang humoris dan rendah hati.

Puteri Gita melemparkan dirinya ke kasur empuk berisi bulu angsa. Seprei yang halus lembut bermotif bunga-bunga berwarna biru seakan menariknya ke alam mimpi.

Tanpa disadarinya hari sudah beranjak malam, lampu kamar yang temaram terlihat memperindah kamar yang luas ini. Dua orang pelayan perempuan berambut merah membantunya mandi dan berpakaian. Mereka bahkan memolesnya dengan sedikit make up hingga membuat penampilannya lebih cantik.

Kemudian Puteri Gita diantar ke ruang perjamuan yang luas dengan meja yang panjang. Hanya ada dirinya dan calon suaminya. Pria itu memandangnya dengan tatapan malas dari seberang sana. Dari jarak itu matanya yang berwarna ungu muda tampak berkilat.

"Apa kau betah di sini, Puteri?" Tanya Raja Satria dengan sedikit seringai di bibirnya yang semerah ceri.

"Entahlah." Jawab gadis itu tak acuh yang membuat Raja menjadi kesal.

"Persiapkan dirimu karena besok pernikahan kita akan digelar. Tapi aku heran, kenapa belum ada perwakilan dari kerajaanmu yang datang?" Raja bertanya dengan nada mencela.

"Entahlah." Jawab gadis itu lagi yang semakin membuat kesal Raja.

"Apa kau tak perduli kalau tak ada satupun kerabat dan perwakilan dari kerajaanmu yang menghadiri upacara pernikahanmu besok?" Tanya Raja mulai emosi.

"Tidak." Jawab gadis itu singkat.

Raja terkekeh diseberang sana sambil mengiris daging panggangnya dengan geram. Gadis dihadapannya ini entah bodoh atau kurang ajar yang pasti sudah membuatnya marah. Namun pernikahan mereka sungguh tidak bisa dibatalkan.

"Baiklah gadis bar-bar, tunggu saja hukuman dariku!" gumam Raja.

*****

Besoknya pernikahan kerajaan digelar dengan upacara yang sakral di aula istana. Pernikahan itu dihadiri oleh semua Dewan Kerajaan, tamu-tamu kehormatan dari kerajaan sahabat, pejabat-pejabat dan kerabat kerajaan. Namun sama sekali tak nampak perwakilan dari Kerajaan Watu Ijo, pihak dari mempelai wanita.

Setelah upacara pernikahan selesai, acara langsung dilanjutkan dengan penobatan Ratu baru dengan pemberian gelar dan pemasangan mahkota.

Ratu Gita tampak cantik mengenakan gaun pengantin kerajaan yang megah. Senyum terkembang dari bibirnya meskipun sebenarnya hatinya menjerit tatkala menyadari tak ada satupun kerabatnya yang hadir.

Setetes air mata jatuh di pipinya kala teringat almarhum ibunya yang tidak bisa menyaksikan pernikahannya. Namun saat gadis itu teringat ayahnya yang telah menyingkirkannya sejak kecil, hatinya seakan disiram air es. Seketika hatinya menjadi beku.

Gelar Puteri yang tak dianggap tersemat padanya sejak kecil. Ibunya hanyalah seorang wanita persembahan dari kerajaan musuh untuk menghindari peperangan. Ibunya menjadi Selir yang kedudukannya lebih rendah dari Sang Ratu.

Dan nasib buruk tampaknya masih berlanjut. Takdirnya sebagai wanita persembahan dan simbol perdamaian dua kerajaan, kini berada di pundaknya.

Kini pasangan baru kerajaan itu, Raja dan Ratu duduk berdampingan di singgasana dengan senyum terus mengembang.

"Dansa perdana kerajaan oleh Yang Mulia Raja dan Ratu!" Seorang staf kerajaan mengumumkan dansa perdana untuk kedua mempelai.

Dengan sopan Raja mengulurkan tangan kepada Ratu dan disambut oleh wanita itu dengan anggun. Musik segera dimainkan dan tepukan meriah para hadirin memenuhi ruangan ketika pasangan kerajaan itu mulai berdansa.

Tak bisa dipungkiri Raja Satria sangat luwes berdansa dan pandai membimbing Ratu untuk mengikuti gerakannya. Semua yang memandangnya dibuat terpesona, seolah mereka melihat pasangan dewa dewi dari khayangan.

Namun tampaknya tidak semua setuju dengan hal itu. Karena di sudut ruangan, terlihat seorang wanita cantik berambut keemasan memandang benci pada pasangan itu.

Sampai-sampai wajahnya yang putih dan telinganya yang runcing itu menjadi merah padam. Dia berkali-kali menenggak minuman yang disediakan sampai beberapa gelas.

Sementara itu Raja Satria diam-diam mengagumi kelincahan pasangan dansanya itu. Gadis berparas manis itu ternyata mampu mengimbangi tariannya, seolah-olah mereka telah lama berlatih bersama.

Wajah gadis itu sedikit merah namun ekspresinya tak berubah. Bahkan pada saat musik diganti dan lagu gubahan terbaru dimainkan, gadis itu tetap bisa mengimbanginya.

"Ternyata kau lumayan juga," Bisik Raja di telinga Ratu, yang membuat istrinya itu merinding karena geli. Melihat reaksi gadis itu, Raja langsung bisa menebak bahwa dia adalah laki-laki pertama yang berada begitu dekat dengannya. Membayangkan hal itu secara tidak sadar membuat bibirnya tersenyum.

"Kau juga lumayan." Balas gadis itu dengan wajah yang semakin merah.

"Apa sekarang kau sudah jatuh cinta padaku?" Tanya Raja penuh percaya diri. Tatapan matanya mengintimidasi gadis itu.

"Jangan berhayal, ya!" Jawab Ratu sambil menginjak kaki Raja dengan keras, membuat pria tampan itu seketika meringis kesakitan.

"Dasar gadis bar-bar!" Rutuk Raja dalam hati.

Terpopuler

Comments

Yiyin Rafifa

Yiyin Rafifa

up

2022-10-07

1

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘

2022-07-10

2

Elwi Chloe

Elwi Chloe

hai kak

jejak like komen favorit ya

2022-02-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pernikahan Kerajaan
2 Bab 2 Kenyataan Pahit
3 Bab 3 Menerima Nasib
4 Bab 4 Hanya Seorang Simbol Kerajaan
5 Bab 5 Fitnah
6 Bab 6 Menjadi Tahanan
7 Bab 7 Hukuman Dicabut
8 Bab 8 Kecewa
9 Bab 9 Ciuman Pertama
10 Bab 10 Sihir Jahat
11 Bab 11 Makhluk Menyeramkan
12 Bab 12 Doppelganger
13 Bab 13 Aroma Kematian
14 Bab 14 Berjuang Untuk Hidup
15 Bab 15 Menutupi Kejahatan
16 Bab 16 Bertemu Pegasus
17 Bab 17 Dalam Persidangan
18 Bab 18 Diasingkan
19 Bab 19 Di Hutan
20 Bab 20 Malam Yang Menakutkan
21 Bab 21 Memasuki Hutan Lucshire
22 Bab 22 Kunjungan Tak Terduga
23 Bab 23 Melepas Rindu
24 Bab 24 Kembali Berpisah
25 Bab 25 Godaan
26 Bab 26 Hampir Saja
27 Bab 27 Pelaku Yang Sebenarnya
28 Bab 28 Teror Di Istana
29 Bab 29 Rahasia Yang Terkuak
30 Bab 30 Bulan Baru
31 Bab 31 Bertemu Penjahat
32 Bab 32 Berjumpa Kawan Lama
33 Bab 33 Pertarungan Di Dunia Iblis
34 Bab 34 Upacara Pembatalan Perjanjian
35 Bab 35 Kembali Dari Pengasingan
36 Bab 36 Berita Gembira
37 Bab 37 Situasi Tak Terduga
38 Bab 38 Pertempuran Di Istana
39 Bab 39 Ancaman Sihir Asing
40 Bab 40 Mempertahankan Istana
41 Bab 41 Mayat Hidup
42 Bab 42 Membunuhnya Sekali Lagi
43 Bab 43 Pesta Di Istana
44 Bab 44 Lahirnya Seorang Penerus
45 Bab 45 Ikatan Darah
46 Bab 46 Kedatangan Orang Asing
47 Bab 47 Kencan
48 Bab 48 Mencari Jejak
49 Bab 49 Kehidupan Baru
50 Bab 50 Berhadapan Dengan Orang Asing
51 Bab 51 Petunjuk
52 Bab 52 Semakin Dekat
53 Bab 53 Tiga Pria Dan Seorang Bayi
54 Bab 54 Perjumpaan Di Pagoda Putih
55 Bab 55 Menyelinap
56 Bab 56 Meloloskan Diri
57 Bab 57 Membebaskan Tawanan
58 Bab 58 Menyelesaikan Misi
59 Bab 59 Sepasang Ular dari Baiyun
60 Bab 60 Bertemu Musuh
61 Bab 61 Malam Yang Panas Di Istana Baiyun
62 Bab 62 Naga Emas
63 Bab 63 Di Akhir Malam
64 Bab 64 Pulang
65 65 Pasangan Selanjutnya
66 Bab 66 Insiden Di Kedai Makan
67 Bab 67 Pembunuhan
68 Bab 68 Penyelidikan
69 Bab 69 Bertambahnya Daftar Korban
70 Bab 70 Menggali Petunjuk
71 Bab 71 Melanjutkan Penyelidikan
72 Bab 72 Rusalqa
73 Bab 73 Menghadapi Makhluk Penghuni Rawa
74 Bab 74 Situasi Berbahaya
75 Bab 75 Kembalilah!
76 Bab 76 Kembalinya Kawan Lama
77 Bab 77 Memperebutkan Pasangan
78 Bab 78 Siapa Pemenangnya?
79 Bab 79 Berakhirnya Sebuah Penantian
80 Bab 80 Babak Baru
81 Bab 81 Bahaya Yang Terselubung
82 Bab 82 Ditaklukkan
83 Bab 83 Karma
84 Bab 84 Awal Baru
85 Bab 85 Memulai
86 Bab 86 Sekolah Baru
87 Bab 87 Menyesuaikan Diri
88 Bab 88 Menonton Pertandingan
89 Bab 89 Apa Itu?
90 Bab 90 Bukan Mimpi
91 Bab 91 Sakit
92 Bab 92 Strix
93 Bab 93 Tugas Tambahan
94 Bab 94 Kunjungan Di Malam Hari
95 Bab 95 Penyusup
96 Bab 96 Perbincangan Para Gadis
97 Bab 97 Salah Paham
98 Bab 98 Bersatu
99 Bab 99 Pertandingan
100 Bab 100 Hari Yang Tidak Biasa
101 Bab 101 Terhempas
102 Bab 102 Tentang Kepercayaan
103 Bab 103 Rumah Budak
104 Bab 104 Menemukan Tuan Puteri
105 Bab 105 Meninggalkan Rumah Lelang
106 Bab 106 Sang Penyelamat
107 Bab 107 Waspada
108 Bab 108 Musuh Dalam Selimut
109 Bab 109 Memaafkan
110 Bab 110 Situasi Memanas
111 Bab 111 Mengungsi
112 Bab 112 Pergolakan
113 Bab 113 Pertemuan Rahasia
114 Bab 114 Menuju Peperangan
115 Bab 115 Teman Dalam Kesusahan
116 Bab 116 Pertempuran Berlanjut
117 Bab 117 Kedatangan Sang Penyelamat
118 Bab 118 Menolong Musuh
119 Bab 119 Sebuah Pilihan
120 Bab 120 Pergolakan
121 Bab 121 Penghianatan
122 Bab 122 Kematian
123 Bab 123 Tuduhan
124 Bab 124 Putusan
125 Bab 125 Hari Eksekusi
126 Bab 126 Jatuh
127 Bab 127 Pertolongan tak terduga
128 Bab 128 Sisi Tersembunyi
129 Bab 129 Pertemuan Tak Terduga
130 Bab 130 Pergi
131 Bab 131 Rumah Baru
132 Bab 132 Egois
133 Bab 133 Dibalik Kebohongan
134 Bab 134 Kelahiran Dan Kematian
135 Bab 135 Sebuah Awal
136 Bab 136 Keluarga Yang Hilang
137 Bab 137 Mencari Sang Puteri
138 Bab 138 Pencarian Eldrige
139 Bab 139 Serangan Di Tengah Malam
140 Bab 140 Rintangan
141 Bab 141 Menolak Lamaran
142 Bab 142 Ukuran Derajat Seseorang
143 Bab 143 Buntu
144 Bab 144 Pertemuan
145 Bab 145 Mulai Terungkap
146 Bab 146 Sudah Ditakdirkan
147 Bab 147 Restu Dari Nenek
148 Bab 148 Mencari Informasi
149 Bab 149 Pertandingan Berburu
150 Bab 150 Peserta Baru Sayembara
151 Bab 151 Mengenali Musuh
152 Bab 152 Pertandingan Memanah
153 Bab 153 Pertarungan Malla
154 Bab 154 Pemenang Sayembara
155 Bab 155 Mengambil Alih Istana
156 Bab 156 Situasi Tak Terduga
157 Bab 157 Hilangnya Sang Puteri
158 Bab 158 Garis Darah
159 Bab 159 Membawa Kembali Sang Puteri
160 Bab 160 Sang Awatara
161 Bab 161 Waktu Yang Hilang
162 Bab 162 Kilasan Ingatan
163 Bab 163 Pertemuan Kembali
164 Bab 164 Menghidupkan Mandala
165 Bab 165 Ditolak
166 Bab 166 Penjelasan nenek
167 Bab 167 Mencari Mangal Arti
168 Bab 168 Menemukan Mangal Arti
169 Bab 169 Upacara Di Bukit
170 Bab 170 Koalisi Busuk
171 Bab 171 Uma Dan Mandala
172 Bab 172 Dilema
173 Bab 173 Bersama Mandala
174 Bab 174 Kedatangan Eldrige
175 Bab 175 Pertarungan Eldrige dan Mandala
176 Bab 176 Akhir Kisah Mandala dan Uma
177 Bab 177 Beranjak
178 Bab 178 Di Sekolah Baru
179 Bab 179 Ingin Bebas
180 Bab 180 Perjodohan
181 Bab 181 Bertemu Eldrige
182 Bab 182 Penolakan
183 Bab 183 Rencana
184 Bab 184 Pergi Ke Pulau
185 Bab 185 Hadiah Dan Hukuman
186 Bab 186 Menolak
187 Bab 187 Cinta Yang Rumit
188 Bab 188 Perubahan Sikap
189 Liburan Berakhir
190 Bab 190 Undangan
191 Bab 191 Hal Aneh
192 Bab 192 Bertambah Aneh
193 Bab 193 Malam Harinya
194 Bab 194 Apakah Rinduku Yang Memanggilmu?
Episodes

Updated 194 Episodes

1
Bab 1 Pernikahan Kerajaan
2
Bab 2 Kenyataan Pahit
3
Bab 3 Menerima Nasib
4
Bab 4 Hanya Seorang Simbol Kerajaan
5
Bab 5 Fitnah
6
Bab 6 Menjadi Tahanan
7
Bab 7 Hukuman Dicabut
8
Bab 8 Kecewa
9
Bab 9 Ciuman Pertama
10
Bab 10 Sihir Jahat
11
Bab 11 Makhluk Menyeramkan
12
Bab 12 Doppelganger
13
Bab 13 Aroma Kematian
14
Bab 14 Berjuang Untuk Hidup
15
Bab 15 Menutupi Kejahatan
16
Bab 16 Bertemu Pegasus
17
Bab 17 Dalam Persidangan
18
Bab 18 Diasingkan
19
Bab 19 Di Hutan
20
Bab 20 Malam Yang Menakutkan
21
Bab 21 Memasuki Hutan Lucshire
22
Bab 22 Kunjungan Tak Terduga
23
Bab 23 Melepas Rindu
24
Bab 24 Kembali Berpisah
25
Bab 25 Godaan
26
Bab 26 Hampir Saja
27
Bab 27 Pelaku Yang Sebenarnya
28
Bab 28 Teror Di Istana
29
Bab 29 Rahasia Yang Terkuak
30
Bab 30 Bulan Baru
31
Bab 31 Bertemu Penjahat
32
Bab 32 Berjumpa Kawan Lama
33
Bab 33 Pertarungan Di Dunia Iblis
34
Bab 34 Upacara Pembatalan Perjanjian
35
Bab 35 Kembali Dari Pengasingan
36
Bab 36 Berita Gembira
37
Bab 37 Situasi Tak Terduga
38
Bab 38 Pertempuran Di Istana
39
Bab 39 Ancaman Sihir Asing
40
Bab 40 Mempertahankan Istana
41
Bab 41 Mayat Hidup
42
Bab 42 Membunuhnya Sekali Lagi
43
Bab 43 Pesta Di Istana
44
Bab 44 Lahirnya Seorang Penerus
45
Bab 45 Ikatan Darah
46
Bab 46 Kedatangan Orang Asing
47
Bab 47 Kencan
48
Bab 48 Mencari Jejak
49
Bab 49 Kehidupan Baru
50
Bab 50 Berhadapan Dengan Orang Asing
51
Bab 51 Petunjuk
52
Bab 52 Semakin Dekat
53
Bab 53 Tiga Pria Dan Seorang Bayi
54
Bab 54 Perjumpaan Di Pagoda Putih
55
Bab 55 Menyelinap
56
Bab 56 Meloloskan Diri
57
Bab 57 Membebaskan Tawanan
58
Bab 58 Menyelesaikan Misi
59
Bab 59 Sepasang Ular dari Baiyun
60
Bab 60 Bertemu Musuh
61
Bab 61 Malam Yang Panas Di Istana Baiyun
62
Bab 62 Naga Emas
63
Bab 63 Di Akhir Malam
64
Bab 64 Pulang
65
65 Pasangan Selanjutnya
66
Bab 66 Insiden Di Kedai Makan
67
Bab 67 Pembunuhan
68
Bab 68 Penyelidikan
69
Bab 69 Bertambahnya Daftar Korban
70
Bab 70 Menggali Petunjuk
71
Bab 71 Melanjutkan Penyelidikan
72
Bab 72 Rusalqa
73
Bab 73 Menghadapi Makhluk Penghuni Rawa
74
Bab 74 Situasi Berbahaya
75
Bab 75 Kembalilah!
76
Bab 76 Kembalinya Kawan Lama
77
Bab 77 Memperebutkan Pasangan
78
Bab 78 Siapa Pemenangnya?
79
Bab 79 Berakhirnya Sebuah Penantian
80
Bab 80 Babak Baru
81
Bab 81 Bahaya Yang Terselubung
82
Bab 82 Ditaklukkan
83
Bab 83 Karma
84
Bab 84 Awal Baru
85
Bab 85 Memulai
86
Bab 86 Sekolah Baru
87
Bab 87 Menyesuaikan Diri
88
Bab 88 Menonton Pertandingan
89
Bab 89 Apa Itu?
90
Bab 90 Bukan Mimpi
91
Bab 91 Sakit
92
Bab 92 Strix
93
Bab 93 Tugas Tambahan
94
Bab 94 Kunjungan Di Malam Hari
95
Bab 95 Penyusup
96
Bab 96 Perbincangan Para Gadis
97
Bab 97 Salah Paham
98
Bab 98 Bersatu
99
Bab 99 Pertandingan
100
Bab 100 Hari Yang Tidak Biasa
101
Bab 101 Terhempas
102
Bab 102 Tentang Kepercayaan
103
Bab 103 Rumah Budak
104
Bab 104 Menemukan Tuan Puteri
105
Bab 105 Meninggalkan Rumah Lelang
106
Bab 106 Sang Penyelamat
107
Bab 107 Waspada
108
Bab 108 Musuh Dalam Selimut
109
Bab 109 Memaafkan
110
Bab 110 Situasi Memanas
111
Bab 111 Mengungsi
112
Bab 112 Pergolakan
113
Bab 113 Pertemuan Rahasia
114
Bab 114 Menuju Peperangan
115
Bab 115 Teman Dalam Kesusahan
116
Bab 116 Pertempuran Berlanjut
117
Bab 117 Kedatangan Sang Penyelamat
118
Bab 118 Menolong Musuh
119
Bab 119 Sebuah Pilihan
120
Bab 120 Pergolakan
121
Bab 121 Penghianatan
122
Bab 122 Kematian
123
Bab 123 Tuduhan
124
Bab 124 Putusan
125
Bab 125 Hari Eksekusi
126
Bab 126 Jatuh
127
Bab 127 Pertolongan tak terduga
128
Bab 128 Sisi Tersembunyi
129
Bab 129 Pertemuan Tak Terduga
130
Bab 130 Pergi
131
Bab 131 Rumah Baru
132
Bab 132 Egois
133
Bab 133 Dibalik Kebohongan
134
Bab 134 Kelahiran Dan Kematian
135
Bab 135 Sebuah Awal
136
Bab 136 Keluarga Yang Hilang
137
Bab 137 Mencari Sang Puteri
138
Bab 138 Pencarian Eldrige
139
Bab 139 Serangan Di Tengah Malam
140
Bab 140 Rintangan
141
Bab 141 Menolak Lamaran
142
Bab 142 Ukuran Derajat Seseorang
143
Bab 143 Buntu
144
Bab 144 Pertemuan
145
Bab 145 Mulai Terungkap
146
Bab 146 Sudah Ditakdirkan
147
Bab 147 Restu Dari Nenek
148
Bab 148 Mencari Informasi
149
Bab 149 Pertandingan Berburu
150
Bab 150 Peserta Baru Sayembara
151
Bab 151 Mengenali Musuh
152
Bab 152 Pertandingan Memanah
153
Bab 153 Pertarungan Malla
154
Bab 154 Pemenang Sayembara
155
Bab 155 Mengambil Alih Istana
156
Bab 156 Situasi Tak Terduga
157
Bab 157 Hilangnya Sang Puteri
158
Bab 158 Garis Darah
159
Bab 159 Membawa Kembali Sang Puteri
160
Bab 160 Sang Awatara
161
Bab 161 Waktu Yang Hilang
162
Bab 162 Kilasan Ingatan
163
Bab 163 Pertemuan Kembali
164
Bab 164 Menghidupkan Mandala
165
Bab 165 Ditolak
166
Bab 166 Penjelasan nenek
167
Bab 167 Mencari Mangal Arti
168
Bab 168 Menemukan Mangal Arti
169
Bab 169 Upacara Di Bukit
170
Bab 170 Koalisi Busuk
171
Bab 171 Uma Dan Mandala
172
Bab 172 Dilema
173
Bab 173 Bersama Mandala
174
Bab 174 Kedatangan Eldrige
175
Bab 175 Pertarungan Eldrige dan Mandala
176
Bab 176 Akhir Kisah Mandala dan Uma
177
Bab 177 Beranjak
178
Bab 178 Di Sekolah Baru
179
Bab 179 Ingin Bebas
180
Bab 180 Perjodohan
181
Bab 181 Bertemu Eldrige
182
Bab 182 Penolakan
183
Bab 183 Rencana
184
Bab 184 Pergi Ke Pulau
185
Bab 185 Hadiah Dan Hukuman
186
Bab 186 Menolak
187
Bab 187 Cinta Yang Rumit
188
Bab 188 Perubahan Sikap
189
Liburan Berakhir
190
Bab 190 Undangan
191
Bab 191 Hal Aneh
192
Bab 192 Bertambah Aneh
193
Bab 193 Malam Harinya
194
Bab 194 Apakah Rinduku Yang Memanggilmu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!