Ratu Tanpa Mahkota
Puteri Gita dari Kerajaan Watu Ijo telah tiba di istana Kerajaan Elfian. Setelah melewati gerbang istana yang tinggi dan dijaga oleh para pengawal berseragam dinas berwarna putih, kereta kuda yang dinaikinya kini melintasi halaman yang luas dan panjang dengan dinaungi pohon-pohon palem di kiri kanan jalan.
Bangunan megah dengan pilar-pilar berwarna putih itu sudah mulai terlihat dari kejauhan, sebuah penampakan istana yang mengagumkan.
Setelah beberapa menit melintasi halaman yang panjang itu, akhirnya dia sampai juga di istana megah ini, istana Elfian, rumah calon suaminya.
Di tempat asalnya, Puteri Gita memang sudah terbiasa melihat bangunan istana yang megah, namun hal itu tidak bisa dibandingkan dengan istana ini. Istana di hadapannya sekarang ini terlihat puluhan kali lebih indah dan mewah.
Istana ini berupa bangunan kokoh berwarna putih dan bertingkat. Terlihat banyak sekali jendela yang menghadap ke luar. Beberapa menara pengawas yang puncaknya di hiasi bendera Kerajaan Elfian terlihat menjulang dengan indah.
Dari luar saja sudah mengagumkan apalagi di dalamnya, begitu pikirnya.
Kedatangan Puteri Gita disambut oleh beberapa pengawal dan staf kerajaan yang berdiri berjajar di depan pintu istana yang besar.
Wajah mereka semua terlihat sangat rupawan. Mereka memiliki kulit yang seputih salju.Telinga mereka yang agak runcing menandakan bahwa Bangsa Elfian masih keturunan peri.
Puteri Gita turun dari keretanya dibantu oleh seorang pengawalnya. Ketika gadis itu menjejakkan kakinya, para pengawal dan staf kerajaan membungkuk hormat.
Puteri Gita kemudian berjalan hendak mengikuti mereka, namun dia tiba-tiba berhenti sejenak lalu berbalik ke belakang melihat rombongannya tadi.
"Adrian,apa kau tak mau menemaniku?" Puteri Gita bertanya pada salah satu pengawal berkuda yang tadi mengantarnya.
"Tidak Tuan Puteri, saya diperintahkan agar langsung kembali setelah anda sampai." Jawab Adrian dengan membungkuk hormat.
"Begitukah?" Sang Puteri mengangguk maklum.
Rombongan itu kemudian segera pergi meninggalkan istana Elfian diiringi tatapan dingin Puteri Gita.
Puteri Gita kembali mengikuti langkah staf kerajaan yang tadi sengaja menunggunya. Mereka memasuki koridor yang luas dengan langit-langit yang tinggi, beberapa lampu gantung besar yang terbuat dari kristal menjuntai indah.
Berbagai perabotan antik dan mewah terpajang di sana. Patung-patung dan lukisan-lukisan karya seniman terkenal juga menghiasi dindingnya. Semuanya terlihat indah dan mahal, tanpa sadar lidah gadis itu berdecak kagum.
Setelah melewati lorong yang panjang itu, mereka akhirnya sampai di ruang terbuka yang menakjubkan. Sebuah taman istana yang luas dan dipenuhi beraneka jenis bunga-bunga dan pepohonan yang indah.
Puteri Gita kemudian di arahkan ke sebuah gazebo mewah dengan kanopi berwarna biru muda yang terletak di depan rimbunan bunga-bunga tulip berwarna putih.
Gazebo yang memiliki empat tiang berukir dan langit-langit yang melengkung itu, terlihat sangat elegan dengan hiasan bunga-bunga segar dan kain satin kualitas terbaik berwarna putih dan biru langit.
Di sana dia melihat seorang pemuda berparas sangat tampan dengan rambut perak yang panjang sampai ke pinggang, sedang berpose sambil memegang pedang.
Pakaian yang dikenakan oleh pemuda itu berwarna putih dengan panjang selutut dan celana panjang putih. Pakaian itu terlihat mewah dengan hiasan permata jernih bertaburan di bagian dada dan ada sebuah mahkota yang bertengger di kepalanya.
Ada perasaan rendah diri yang tiba-tiba menyerang gadis itu. Apakah itu calon suaminya? Apakah pantas gadis biasa seperti dirinya mendampingi pria yang ketampanannya terlihat tidak manusiawi itu?
" Yang Mulia, Puteri Gita dari Kerajaan Watu Ijo telah tiba!" Seorang staf yang berambut emas mengabarkan kedatangan Puteri Gita.
Raja yang sedang berpose karena sedang dilukis itu melirik sekilas pada Puteri Gita. Dalam hatinya dia mengutuk perjodohan ini yang memaksanya untuk menerima gadis jelek itu menjadi permaisurinya.
"Kau sudah datang? Baiklah, istirahatlah di wisma yang sudah disediakan!" Raja yang bernama Satria itu berkata tanpa memandang calon istrinya.
"Baik Yang Mulia." Gadis itu membungkuk sekilas, kemudian dia segera pergi mengikuti langkah Staf Kerajaan.
Staf Kerajaan itu mengantarnya menuju ke sebuah bangunan yang menyerupai istana kecil yang sangat indah. Di sana dia disambut oleh beberapa pelayan wanita berparas cantik.
Gadis bangsawan itu bukannya tidak menyadari bahwa calon suaminya itu tidak menyukainya. Namun Puteri Gita tidak mau ambil pusing karena dia juga tidak tertarik padanya. Baginya kesempurnaan fisik bukan jaminan seseorang untuk bisa jatuh cinta.
Lagipula, tipe pria idamannya adalah pemuda sederhana yang humoris dan rendah hati.
Puteri Gita melemparkan dirinya ke kasur empuk berisi bulu angsa. Seprei yang halus lembut bermotif bunga-bunga berwarna biru seakan menariknya ke alam mimpi.
Tanpa disadarinya hari sudah beranjak malam, lampu kamar yang temaram terlihat memperindah kamar yang luas ini. Dua orang pelayan perempuan berambut merah membantunya mandi dan berpakaian. Mereka bahkan memolesnya dengan sedikit make up hingga membuat penampilannya lebih cantik.
Kemudian Puteri Gita diantar ke ruang perjamuan yang luas dengan meja yang panjang. Hanya ada dirinya dan calon suaminya. Pria itu memandangnya dengan tatapan malas dari seberang sana. Dari jarak itu matanya yang berwarna ungu muda tampak berkilat.
"Apa kau betah di sini, Puteri?" Tanya Raja Satria dengan sedikit seringai di bibirnya yang semerah ceri.
"Entahlah." Jawab gadis itu tak acuh yang membuat Raja menjadi kesal.
"Persiapkan dirimu karena besok pernikahan kita akan digelar. Tapi aku heran, kenapa belum ada perwakilan dari kerajaanmu yang datang?" Raja bertanya dengan nada mencela.
"Entahlah." Jawab gadis itu lagi yang semakin membuat kesal Raja.
"Apa kau tak perduli kalau tak ada satupun kerabat dan perwakilan dari kerajaanmu yang menghadiri upacara pernikahanmu besok?" Tanya Raja mulai emosi.
"Tidak." Jawab gadis itu singkat.
Raja terkekeh diseberang sana sambil mengiris daging panggangnya dengan geram. Gadis dihadapannya ini entah bodoh atau kurang ajar yang pasti sudah membuatnya marah. Namun pernikahan mereka sungguh tidak bisa dibatalkan.
"Baiklah gadis bar-bar, tunggu saja hukuman dariku!" gumam Raja.
*****
Besoknya pernikahan kerajaan digelar dengan upacara yang sakral di aula istana. Pernikahan itu dihadiri oleh semua Dewan Kerajaan, tamu-tamu kehormatan dari kerajaan sahabat, pejabat-pejabat dan kerabat kerajaan. Namun sama sekali tak nampak perwakilan dari Kerajaan Watu Ijo, pihak dari mempelai wanita.
Setelah upacara pernikahan selesai, acara langsung dilanjutkan dengan penobatan Ratu baru dengan pemberian gelar dan pemasangan mahkota.
Ratu Gita tampak cantik mengenakan gaun pengantin kerajaan yang megah. Senyum terkembang dari bibirnya meskipun sebenarnya hatinya menjerit tatkala menyadari tak ada satupun kerabatnya yang hadir.
Setetes air mata jatuh di pipinya kala teringat almarhum ibunya yang tidak bisa menyaksikan pernikahannya. Namun saat gadis itu teringat ayahnya yang telah menyingkirkannya sejak kecil, hatinya seakan disiram air es. Seketika hatinya menjadi beku.
Gelar Puteri yang tak dianggap tersemat padanya sejak kecil. Ibunya hanyalah seorang wanita persembahan dari kerajaan musuh untuk menghindari peperangan. Ibunya menjadi Selir yang kedudukannya lebih rendah dari Sang Ratu.
Dan nasib buruk tampaknya masih berlanjut. Takdirnya sebagai wanita persembahan dan simbol perdamaian dua kerajaan, kini berada di pundaknya.
Kini pasangan baru kerajaan itu, Raja dan Ratu duduk berdampingan di singgasana dengan senyum terus mengembang.
"Dansa perdana kerajaan oleh Yang Mulia Raja dan Ratu!" Seorang staf kerajaan mengumumkan dansa perdana untuk kedua mempelai.
Dengan sopan Raja mengulurkan tangan kepada Ratu dan disambut oleh wanita itu dengan anggun. Musik segera dimainkan dan tepukan meriah para hadirin memenuhi ruangan ketika pasangan kerajaan itu mulai berdansa.
Tak bisa dipungkiri Raja Satria sangat luwes berdansa dan pandai membimbing Ratu untuk mengikuti gerakannya. Semua yang memandangnya dibuat terpesona, seolah mereka melihat pasangan dewa dewi dari khayangan.
Namun tampaknya tidak semua setuju dengan hal itu. Karena di sudut ruangan, terlihat seorang wanita cantik berambut keemasan memandang benci pada pasangan itu.
Sampai-sampai wajahnya yang putih dan telinganya yang runcing itu menjadi merah padam. Dia berkali-kali menenggak minuman yang disediakan sampai beberapa gelas.
Sementara itu Raja Satria diam-diam mengagumi kelincahan pasangan dansanya itu. Gadis berparas manis itu ternyata mampu mengimbangi tariannya, seolah-olah mereka telah lama berlatih bersama.
Wajah gadis itu sedikit merah namun ekspresinya tak berubah. Bahkan pada saat musik diganti dan lagu gubahan terbaru dimainkan, gadis itu tetap bisa mengimbanginya.
"Ternyata kau lumayan juga," Bisik Raja di telinga Ratu, yang membuat istrinya itu merinding karena geli. Melihat reaksi gadis itu, Raja langsung bisa menebak bahwa dia adalah laki-laki pertama yang berada begitu dekat dengannya. Membayangkan hal itu secara tidak sadar membuat bibirnya tersenyum.
"Kau juga lumayan." Balas gadis itu dengan wajah yang semakin merah.
"Apa sekarang kau sudah jatuh cinta padaku?" Tanya Raja penuh percaya diri. Tatapan matanya mengintimidasi gadis itu.
"Jangan berhayal, ya!" Jawab Ratu sambil menginjak kaki Raja dengan keras, membuat pria tampan itu seketika meringis kesakitan.
"Dasar gadis bar-bar!" Rutuk Raja dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Yiyin Rafifa
up
2022-10-07
1
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
2022-07-10
2
Elwi Chloe
hai kak
jejak like komen favorit ya
2022-02-17
1