Bab 5 Fitnah

Ratu Gita sudah berada di perpustakaan selama dua jam. Wanita itu sedang menekuni sebuah buku bersampul kulit yang berisi pengetahuan tentang kebudayaan bangsa Elfian. Di meja juga terdapat beberapa buku yang berkaitan dengan bangsa peri seperti mitos, kesenian, herbal dan juga sihir.

Seorang staf perpustakaan yang mulai akrab dengan Ratu, membantu menemukan buku-buku referensi yang diinginkan Ratu Gita.

Staf perpustakaan itu tidak terlihat seperti Bangsa Elfian lainnya, dia seorang pria yang bertubuh tinggi melebihi ukuran normal para Elfian. Telinga runcingnya tampak lebih panjang, wajahnya berbentuk hati dan ujung hidungnya lancip. Namun begitu, seperti Bangsa Elfian lainnya, pria itu berwajah sangat rupawan. Rambut perak pria itu panjang dan dikepang rapi. Sebuah kacamata berbingkai perak bertengger di hidungnya membuat matanya yang semerah batu ruby terlihat bercahaya jika tersorot lampu.

Selain membantu mencarikan buku, pria bernama Eldrige itu juga tak segan memberi penjelasan tentang berbagai hal yang tidak dimengerti Sang Ratu.

"Eldrige, apakah menurutmu sihir itu benar-benar ada?" Tanya Ratu Gita dari tempat duduknya, kepalanya mendongak menatap Eldrige yang sedang berdiri di atas tangga yang menempel di rak buku. Pria itu sedang menata buku-buku di rak paling atas. Mendengar pertanyaan Sang Ratu, dia segera menghentikan kegiatannya.

"Ya, tentu saja." Jawabnya sambil tersenyum tipis.

"Apakah kau pernah melihatnya? Eh, maksudku apa kau pernah punya pengalaman tentang sihir sebelumnya?" Ratu bertanya lagi.

Eldrige melangkah turun, kemudian menggeser tangga ke pojok. Dengan kepala mengangguk pelan dia mendekat.

"Ya, saya pernah." Ucap Eldrige.

"Apa kau tidak takut?" Wanita berparas manis itu semakin penasaran.

"Tidak." Eldrige menjawab singkat.

"Bukankah praktek sihir dilarang di Kerajaan ini?" Wanita itu kembali bertanya.

"Ya, namun dengan beberapa pengecualian." Pria itu mengibaskan bajunya yang panjang lalu duduk di kursi di seberang Ratu.

"Ya, aku sudah membacanya." Ratu menggoyang-goyangkan buku ditangannya sambil tersenyum lebar.

Eldrige tersenyum melihat wanita yang beberapa hari ini terlihat murung itu kini tampak gembira.

"Apa yang Ratu cari sebenarnya?" Tanya Eldrige sambil melepas kacamatanya dan menaruhnya dimeja.

"Kalau ada, aku ingin mencari mantra yang bisa merubah hidupku menjadi lebih bahagia." Jawab Ratu sambil tersenyum menyedihkan.

Mata Eldrige menyorot prihatin, dia bisa merasakan aura kesedihan yang mendalam dari wanita yang sedang duduk di hadapannya.

"Tidak ada hal yang semacam itu di dunia ini. Kalaupun ada orang yang mengklaim bisa melakukannya dengan mantra sihir, saya khawatir itu hanyalah ilusi." Jawab Eldrige.

"Ha..ha.. Berarti aku betul-betul sudah tidak ada harapan ya?" Ratu tertawa getir.

"Tidak, harapan akan selalu ada Yang Mulia Ratu. Kita hanya perlu mempercayainya!" Ucap pria itu tulus.

Ratu Gita menatap mata merah yang indah di hadapannya itu dengan perasaan putus asa. Rasanya dia ingin mempercayai ucapan penjaga perpustakaan itu, namun batinnya menolak karena kenyataan hidup sering menghianatinya.

Tanpa sepengetahuan mereka, ada sepasang mata yang mengawasi dari balik rak buku. Dengan diam-diam, mata-mata itu mencuri dengar pembicaraan mereka dan mencari tahu buku-buku yang dibaca oleh Ratu. Kemudian tanpa suara dia pergi untuk melaporkan hasil pengamatannya.

*****

Di sebuah ruangan yang indah, seorang wanita cantik menyeringai senang mendapat laporan dari mata-mata utusannya. Sambil menyibakkan rambutnya yang keemasan dan bergelombang, ditatapnya pantulan wajahnya di cermin. Wajah cantik seorang Selir Utama dari Kerajaan Elfian.

"Perempuan bodoh itu rupanya masih mencari cara untuk mendekati kekasihku. Tidak tahu saja dia, kalau aku sudah mengikat hatinya." Dia terkekeh dengan mata berkilat.

"Aku akan membuatmu terlihat semakin buruk di mata Raja, aku akan membuat lelakiku itu membencimu!" Wanita itu berteriak sambil menggebrak meja riasnya.

Malam harinya Selir Mayang diam-diam menemui seseorang di gedung serbaguna yang sudah lama terbengkalai. Gedung itu terletak agak jauh, hampir sampai ke tembok belakang istana. Patroli penjaga keamanan istana yang berjalan melewati tempat itu tidak menyadari keberadaan mereka yang bersembunyi di dalam ruangan yang gelap.

Orang yang ditemuinya adalah seorang anggota Staf Kerajaan. Dia adalah seorang pria berambut merah tergerai sepinggang.Tampak pria itu memberikan sebuah bungkusan kepada Selir Mayang. Wanita itu tersenyum licik, kemudian memberikan instruksi kepada pria itu. Setelah membungkuk hormat, pria itu segera pergi dan menghilang di kegelapan.

*****

Besoknya, Ratu dikejutkan dengan kedatangan Selir Mayang yang tiba-tiba berkunjung ke kediamannya.

"Ada perlu apa kau kemari?" Tanya Ratu sedikit curiga.

"Aku hanya ingin mengunjungimu, bukankah selama ini kau merasa kesepian?" Selir Mayang tersenyum mengejek.

"Itu bukan urusanmu dan aku tidak butuh ditemani olehmu." Jawab Ratu Gita.

Selir Mayang berjalan masuk ke ruang tamu yang dikelilingi jendela-jendela besar dengan tirai putih tipis. Dengan angkuh Selir itu berkeliling mengamati ruangan sederhana namun bernuansa elegan itu, seperti sedang menilai.

"Ngomong-ngomong, apa kau tidak ingin menyuguhiku sesuatu? Aku haus." Ucap Selir Mayang sambil mendudukkan tubuhnya di kursi tamu yang empuk. Dagunya agak terangkat, jari-jarinya yang lentik berkuku panjang dan dicat merah itu mengetuk-ngetuk sandaran kursi di sebelahnya.

Ratu Gita memberi isyarat kepada pelayannya untuk menghidangkan minuman. Tak lama kemudian, seorang gadis pelayan yang memakai celemek putih berenda datang menghidangkan teh hijau dalam cangkir porselen putih bermotif bunga-bunga dan sepiring kue kering di atas meja.

"Silakan." Ratu mempersilakan madunya itu untuk menikmati hidangannya.

Dengan anggun Selir Mayang mengambil cangkir dan meminum tehnya.

"Kudengar kau suka berkebun?" Selir Mayang menaikkan satu alisnya.

"Ya, aku suka menanam bunga." Jawab Ratu.

"Oh ya? Apakah bunga-bunga cantik di jambangan itu, kau sendiri yang memetiknya?" Selir Mayang terlihat tertarik.

"Bukan, itu pelayanku yang melakukannya. Tapi jika kau mau, aku akan memetiknya untukmu." Ratu tersenyum tulus. Dalam hatinya mengira bahwa Selir Mayang ingin berbaikan dengannya.

"Ya, aku mau." Jawab Selir Mayang.

Dengan gembira Ratu Gita mengajak Selir Mayang ke kebun, di sana bunga-bunga sedang bermekaran dengan indah. Ratu kemudian menghampiri rimbunan bunga mawar. Jari-jarinya dengan cekatan memotong tangkai-tangkai mawar merah dan membuang durinya dengan gunting. Lalu dengan hati-hati menaruhnya dalam dekapannya. Setelah dirasa cukup, Ratu meminta pelayannya untuk membungkus bunga itu dengan wrapping paper berwarna putih dan mengikatnya dengan pita emas.

Ratu menyerahkan buket bunga itu kepada Selir Mayang. Selir menerimanya dengan wajah gembira. Diciuminya bunga-bunga itu. Namun tiba-tiba Selir terpekik, jarinya berdarah.

"Apa kau sengaja melakukannya?" Selir berteriak histeris.

"Apa maksudmu?" Tanya Ratu Gita heran.

"Lihat! Jariku tertusuk duri. Pasti kau sengaja melakukannya!" Teriak Selir Mayang.

"Tapi tadi aku sudah menghilangkan durinya." Jawab Ratu membela diri.

Ratu segera mendekati Selir Mayang dan dengan panik menyeka darah di jari wanita itu dengan sapu tangannya yang berwarna putih dan bersulam bunga mawar.

"Dasar kau wanita jahat! Kau pasti sangat membenciku!" Selir berteriak marah dan mendorong Ratu hingga terhuyung. Kemudian dia melempar buket bunganya ke tanah, lalu menginjak-injaknya.

Para pelayan Ratu melihat kelakuan Selir kesayangan Raja itu dengan heran karena wanita itu berani berteriak dan bersikap kasar kepada Sang Ratu. Pengawal pribadi Ratu sudah bersiap-siap menghalau Selir Mayang jika wanita itu menyerang Ratu lagi, namun tiba-tiba Selir cantik itu ambruk dan tubuhnya yang lemas segera ditangkap oleh dua orang pengawal pribadinya yang dari tadi hanya diam mengikutinya.

Ratu Gita kaget melihat Selir itu pingsan. Para pengawal Selir Mayang membawa majikannya itu kembali ke Wisma Selir Utama.

*****

Sementara itu Raja Satria yang sedang mengadakan pertemuan dengan beberapa Staf dan Dewan Kerajaan di ruang kerjanya, tiba-tiba diganggu oleh sebuah interupsi.

"Ada apa?" Raja bertanya dengan nada kesal kepada seorang pelayan wanita yang diketahuinya bekerja melayani Selir Utama.

Wajah wanita itu terlihat cemas dan ketakutan, dia segera mendekat dan mengatakan sesuatu kepada Raja. Mendengar ucapan pelayan itu, Sang Raja segera menghentikan rapatnya. Dengan langkah tergesa pria tampan itu menuju Wisma Selir Utama. Rambut peraknya yang dikepang kecil sebagian, berkibar-kibar tertiup angin seiring langkahnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Raja cemas ketika melihat Selir Mayang terbaring dengan wajah ditutupi kain sutra merah. Dengan tidak sabar tangan pria itu menarik kain penutup itu tanpa menghiraukan larangan pelayan pribadi Selir Mayang.

Mata ungu Sang Raja terbelalak melihat wajah kekasihnya bengkak disertai bintik-bintik merah. Diperiksanya tubuh wanita cantik yang terbaring lemah itu dan melihat bintik-bintik serupa juga menyebar di sekujur tubuhnya.

"Kenapa bisa seperti ini?" Raja bertanya geram.

"Maaf Yang Mulia Raja, tadi Selir Utama tiba-tiba pingsan dan menjadi seperti ini ketika berkunjung ke Wisma Ratu." Jawab seorang pelayan.

"Apa kalian sudah memanggil tabib istana?" Raja kembali bertanya, wajahnya tampak cemas.

"Tabib sudah memeriksa tetapi belum menemukan penyebabnya." Pelayan itu berbicara takut-takut.

Raja mengelus rambut selirnya dengan perasaan cemas. Kemudian wanita itu perlahan membuka matanya.

"Yang Mulia, wanita itu sudah mencelakaiku!" Ucap Selir Mayang dengan suara lirih.

"Siapa yang berani mencelakaimu?" Tanya Raja penuh emosi.

"Ratu Gita." Sahut Selir Mayang.

"Apa?" Raja terperanjat mendengar penuturan kekasihnya.

Selir menceritakan kepada Raja bahwa dia mengunjungi Ratu dengan maksud untuk berbaikan dan berteman dengannya. Namun di sana Ratu malah menyindirnya dan mendorong nya hingga jatuh. Bahkan Ratu tega melukai jarinya dengan duri mawar yang dipajang di ruang tamunya. Selir menunjukkan luka dijarinya tadi.

"Kurasa wanita itu sudah tidak waras!" Seru Raja marah.

Tidak menunggu lama, Raja langsung mendatangi Ratu di kediamannya. Ketika itu dilihatnya Sang Ratu sedang duduk memandangi kebun bunga.

"Ratu Gita, apa yang sudah kau lakukan pada Selir Utama?" Tanya Raja dengan suara keras.

"Apa yang kulakukan padanya? Tidak ada." Jawab Ratu datar.

"Selir Utama kesakitan, sekujur tubuhnya bengkak dan merah-merah. Apa kau tak merasa bersalah?" Raja mulai tidak sabar menghadapi istrinya.

"Kenapa aku harus merasa bersalah?" Tanya Ratu.

"Pasti tadi kau menganiaya Selir Utama! Atau jangan-jangan kau sudah meracuninya?" Tuduh Raja.

"Buat apa aku melakukan itu?" Ratu mulai terbawa emosi.

"Kau pasti cemburu karena aku lebih menyayanginya." Raja berbicara dengan merendahkan suaranya di dekat telinga Ratu.

Hati Ratu Gita bergetar mendengar tuduhan Raja. Ucapan Raja barusan juga merupakan pengakuan bahwa selama ini yang ada di dalam hatinya hanyalah Selir Mayang. Matanya seketika berembun namun dipaksanya untuk tetap tegar. Ditatapnya mata ungu suaminya yang penuh amarah itu.

"Kalau benar aku yang bersalah maka buktikanlah! Jatuhkanlah hukuman kepadaku sesuai kehendak hatimu!" Ucap Ratu dengan berani.

"Baik, kalau itu keinginanmu."

Raja kemudian memerintahkan para pengawalnya untuk memeriksa Wisma Ratu dengan seksama, jangan sampai ada satupun hal mencurigakan yang terlewat.

Setelah beberapa waktu para pengawal sibuk mencari, akhirnya salah satu dari mereka melaporkan penemuan sesuatu hal yang aneh berada di bawah ranjang Sang Ratu.

Raja pergi untuk memeriksanya diikuti oleh Ratu. Di sana, di bawah ranjang Sang Ratu terdapat gambar Bintang di dalam lingkaran. Simbol bintang itu biasa disebut Pentagram. Biasanya Pentagram digunakan untuk ritual sihir. Di tengah gambar bintang itu tergeletak sapu tangan putih dengan noda darah.

"Apa itu?" Raja memalingkan wajahnya ke arah Ratu yang ekspresinya terlihat kebingungan.

"Aku tidak tahu."

"Jangan mengelak lagi, kau terbukti mempraktekkan sihir untuk mencelakai Selir Utama!"

"Aku bersumpah tidak melakukannya!" Ratu berusaha membela diri.

"Ini sapu tanganmu?"

"Ya"

"Ini darah Selir Mayang?"

"Ya"

"Berarti jelas kau pelakunya! Sungguh perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang Ratu!"

Raja terlihat marah sekaligus kecewa pada istrinya itu. Terlebih wanita itu tetap teguh untuk tidak mengakui kesalahannya.

"Yang Mulia Raja, kami menemukan ini!" Seorang pengawal yang mencari di kebun datang membawa sebuah buku.

"Kitab Pikatriz!" Raja berseru kaget karena buku yang ada di hadapannya ini adalah buku terlarang karena berisi mantra-mantra sihir jahat.

"Dimana buku ini ditemukan?" Tanya Raja.

"Kami menemukannya di bawah rumpun mawar." Jawab pengawal itu.

"Kau menyembunyikan Buku Iblis ini agar tidak ketahuan 'kan?" Raja mengacungkan buku itu ke depan wajah istrinya.

"Itu bukan milikku!" Ratu menjawab dengan tegas sambil menatap mata suaminya.

"Kau masih belum sadar rupanya. Apakah kau tahu hukuman apa yang diberikan pada orang yang ketahuan menyimpan buku ini? Hah, apa kau tahu?" Raja berkata sambil menunjuk-nunjuk di depan wajah Ratu.

"Hukuman mati!"

Perkataan Raja sontak membuat hati Ratu bergetar. Tubuhnya menggigil tanpa bisa dikendalikan. Bibirnya kelu tanpa mampu mengucap sepatah kata.

Raja memandang wajah istrinya yang seketika pucat dan melihat tubuhnya menggigil. Sejenak Raja bagaikan melihat binatang buruan yang terluka dan terjebak dalam perangkap pemburu. Antara perasaan marah dan iba berkecamuk di dadanya. Tiba-tiba dia merasa menyesal telah melontarkan kata-kata yang kejam pada wanita itu. Dan entah mengapa saat ini Raja justru ingin sekali memeluk dan menenangkannya.

"Bagaimanapun juga aku harus tetap memberimu hukuman!" Raja memalingkan wajahnya sambil menelan ludah.

Ratu terdiam pasrah, air mata menetes membasahi pipinya tanpa bisa dicegah. Percuma saja dia mencoba membela diri, Raja yang sudah dibutakan cinta itu pasti tidak akan mempercayainya. Tidak akan ada keadilan yang bisa diperolehnya. Tidak akan ada keadilan bagi orang yang terbuang seperti dirinya. Ini memang sudah takdir hidupnya.

"Ibu.. jika memang aku ditakdirkan mati di tangan suamiku, biarlah aku menyusulmu ke akhirat dengan tenang." Batin Ratu Gita.

Terpopuler

Comments

خويرون

خويرون

duh sedih bnget bacanya kasihan ratu hidupnya gk pernah bahgia udah di buang sama keluarga bahkan tidak di cintai suami nya pula dan jga di fitna sama selirnya sunggu malang nian nasibmu ratu😭🤧

2023-01-14

1

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

iiiih. pingin tk bejek2 tuh satria😤😤😤

2022-01-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pernikahan Kerajaan
2 Bab 2 Kenyataan Pahit
3 Bab 3 Menerima Nasib
4 Bab 4 Hanya Seorang Simbol Kerajaan
5 Bab 5 Fitnah
6 Bab 6 Menjadi Tahanan
7 Bab 7 Hukuman Dicabut
8 Bab 8 Kecewa
9 Bab 9 Ciuman Pertama
10 Bab 10 Sihir Jahat
11 Bab 11 Makhluk Menyeramkan
12 Bab 12 Doppelganger
13 Bab 13 Aroma Kematian
14 Bab 14 Berjuang Untuk Hidup
15 Bab 15 Menutupi Kejahatan
16 Bab 16 Bertemu Pegasus
17 Bab 17 Dalam Persidangan
18 Bab 18 Diasingkan
19 Bab 19 Di Hutan
20 Bab 20 Malam Yang Menakutkan
21 Bab 21 Memasuki Hutan Lucshire
22 Bab 22 Kunjungan Tak Terduga
23 Bab 23 Melepas Rindu
24 Bab 24 Kembali Berpisah
25 Bab 25 Godaan
26 Bab 26 Hampir Saja
27 Bab 27 Pelaku Yang Sebenarnya
28 Bab 28 Teror Di Istana
29 Bab 29 Rahasia Yang Terkuak
30 Bab 30 Bulan Baru
31 Bab 31 Bertemu Penjahat
32 Bab 32 Berjumpa Kawan Lama
33 Bab 33 Pertarungan Di Dunia Iblis
34 Bab 34 Upacara Pembatalan Perjanjian
35 Bab 35 Kembali Dari Pengasingan
36 Bab 36 Berita Gembira
37 Bab 37 Situasi Tak Terduga
38 Bab 38 Pertempuran Di Istana
39 Bab 39 Ancaman Sihir Asing
40 Bab 40 Mempertahankan Istana
41 Bab 41 Mayat Hidup
42 Bab 42 Membunuhnya Sekali Lagi
43 Bab 43 Pesta Di Istana
44 Bab 44 Lahirnya Seorang Penerus
45 Bab 45 Ikatan Darah
46 Bab 46 Kedatangan Orang Asing
47 Bab 47 Kencan
48 Bab 48 Mencari Jejak
49 Bab 49 Kehidupan Baru
50 Bab 50 Berhadapan Dengan Orang Asing
51 Bab 51 Petunjuk
52 Bab 52 Semakin Dekat
53 Bab 53 Tiga Pria Dan Seorang Bayi
54 Bab 54 Perjumpaan Di Pagoda Putih
55 Bab 55 Menyelinap
56 Bab 56 Meloloskan Diri
57 Bab 57 Membebaskan Tawanan
58 Bab 58 Menyelesaikan Misi
59 Bab 59 Sepasang Ular dari Baiyun
60 Bab 60 Bertemu Musuh
61 Bab 61 Malam Yang Panas Di Istana Baiyun
62 Bab 62 Naga Emas
63 Bab 63 Di Akhir Malam
64 Bab 64 Pulang
65 65 Pasangan Selanjutnya
66 Bab 66 Insiden Di Kedai Makan
67 Bab 67 Pembunuhan
68 Bab 68 Penyelidikan
69 Bab 69 Bertambahnya Daftar Korban
70 Bab 70 Menggali Petunjuk
71 Bab 71 Melanjutkan Penyelidikan
72 Bab 72 Rusalqa
73 Bab 73 Menghadapi Makhluk Penghuni Rawa
74 Bab 74 Situasi Berbahaya
75 Bab 75 Kembalilah!
76 Bab 76 Kembalinya Kawan Lama
77 Bab 77 Memperebutkan Pasangan
78 Bab 78 Siapa Pemenangnya?
79 Bab 79 Berakhirnya Sebuah Penantian
80 Bab 80 Babak Baru
81 Bab 81 Bahaya Yang Terselubung
82 Bab 82 Ditaklukkan
83 Bab 83 Karma
84 Bab 84 Awal Baru
85 Bab 85 Memulai
86 Bab 86 Sekolah Baru
87 Bab 87 Menyesuaikan Diri
88 Bab 88 Menonton Pertandingan
89 Bab 89 Apa Itu?
90 Bab 90 Bukan Mimpi
91 Bab 91 Sakit
92 Bab 92 Strix
93 Bab 93 Tugas Tambahan
94 Bab 94 Kunjungan Di Malam Hari
95 Bab 95 Penyusup
96 Bab 96 Perbincangan Para Gadis
97 Bab 97 Salah Paham
98 Bab 98 Bersatu
99 Bab 99 Pertandingan
100 Bab 100 Hari Yang Tidak Biasa
101 Bab 101 Terhempas
102 Bab 102 Tentang Kepercayaan
103 Bab 103 Rumah Budak
104 Bab 104 Menemukan Tuan Puteri
105 Bab 105 Meninggalkan Rumah Lelang
106 Bab 106 Sang Penyelamat
107 Bab 107 Waspada
108 Bab 108 Musuh Dalam Selimut
109 Bab 109 Memaafkan
110 Bab 110 Situasi Memanas
111 Bab 111 Mengungsi
112 Bab 112 Pergolakan
113 Bab 113 Pertemuan Rahasia
114 Bab 114 Menuju Peperangan
115 Bab 115 Teman Dalam Kesusahan
116 Bab 116 Pertempuran Berlanjut
117 Bab 117 Kedatangan Sang Penyelamat
118 Bab 118 Menolong Musuh
119 Bab 119 Sebuah Pilihan
120 Bab 120 Pergolakan
121 Bab 121 Penghianatan
122 Bab 122 Kematian
123 Bab 123 Tuduhan
124 Bab 124 Putusan
125 Bab 125 Hari Eksekusi
126 Bab 126 Jatuh
127 Bab 127 Pertolongan tak terduga
128 Bab 128 Sisi Tersembunyi
129 Bab 129 Pertemuan Tak Terduga
130 Bab 130 Pergi
131 Bab 131 Rumah Baru
132 Bab 132 Egois
133 Bab 133 Dibalik Kebohongan
134 Bab 134 Kelahiran Dan Kematian
135 Bab 135 Sebuah Awal
136 Bab 136 Keluarga Yang Hilang
137 Bab 137 Mencari Sang Puteri
138 Bab 138 Pencarian Eldrige
139 Bab 139 Serangan Di Tengah Malam
140 Bab 140 Rintangan
141 Bab 141 Menolak Lamaran
142 Bab 142 Ukuran Derajat Seseorang
143 Bab 143 Buntu
144 Bab 144 Pertemuan
145 Bab 145 Mulai Terungkap
146 Bab 146 Sudah Ditakdirkan
147 Bab 147 Restu Dari Nenek
148 Bab 148 Mencari Informasi
149 Bab 149 Pertandingan Berburu
150 Bab 150 Peserta Baru Sayembara
151 Bab 151 Mengenali Musuh
152 Bab 152 Pertandingan Memanah
153 Bab 153 Pertarungan Malla
154 Bab 154 Pemenang Sayembara
155 Bab 155 Mengambil Alih Istana
156 Bab 156 Situasi Tak Terduga
157 Bab 157 Hilangnya Sang Puteri
158 Bab 158 Garis Darah
159 Bab 159 Membawa Kembali Sang Puteri
160 Bab 160 Sang Awatara
161 Bab 161 Waktu Yang Hilang
162 Bab 162 Kilasan Ingatan
163 Bab 163 Pertemuan Kembali
164 Bab 164 Menghidupkan Mandala
165 Bab 165 Ditolak
166 Bab 166 Penjelasan nenek
167 Bab 167 Mencari Mangal Arti
168 Bab 168 Menemukan Mangal Arti
169 Bab 169 Upacara Di Bukit
170 Bab 170 Koalisi Busuk
171 Bab 171 Uma Dan Mandala
172 Bab 172 Dilema
173 Bab 173 Bersama Mandala
174 Bab 174 Kedatangan Eldrige
175 Bab 175 Pertarungan Eldrige dan Mandala
176 Bab 176 Akhir Kisah Mandala dan Uma
177 Bab 177 Beranjak
178 Bab 178 Di Sekolah Baru
179 Bab 179 Ingin Bebas
180 Bab 180 Perjodohan
181 Bab 181 Bertemu Eldrige
182 Bab 182 Penolakan
183 Bab 183 Rencana
184 Bab 184 Pergi Ke Pulau
185 Bab 185 Hadiah Dan Hukuman
186 Bab 186 Menolak
187 Bab 187 Cinta Yang Rumit
188 Bab 188 Perubahan Sikap
189 Liburan Berakhir
190 Bab 190 Undangan
191 Bab 191 Hal Aneh
192 Bab 192 Bertambah Aneh
193 Bab 193 Malam Harinya
194 Bab 194 Apakah Rinduku Yang Memanggilmu?
Episodes

Updated 194 Episodes

1
Bab 1 Pernikahan Kerajaan
2
Bab 2 Kenyataan Pahit
3
Bab 3 Menerima Nasib
4
Bab 4 Hanya Seorang Simbol Kerajaan
5
Bab 5 Fitnah
6
Bab 6 Menjadi Tahanan
7
Bab 7 Hukuman Dicabut
8
Bab 8 Kecewa
9
Bab 9 Ciuman Pertama
10
Bab 10 Sihir Jahat
11
Bab 11 Makhluk Menyeramkan
12
Bab 12 Doppelganger
13
Bab 13 Aroma Kematian
14
Bab 14 Berjuang Untuk Hidup
15
Bab 15 Menutupi Kejahatan
16
Bab 16 Bertemu Pegasus
17
Bab 17 Dalam Persidangan
18
Bab 18 Diasingkan
19
Bab 19 Di Hutan
20
Bab 20 Malam Yang Menakutkan
21
Bab 21 Memasuki Hutan Lucshire
22
Bab 22 Kunjungan Tak Terduga
23
Bab 23 Melepas Rindu
24
Bab 24 Kembali Berpisah
25
Bab 25 Godaan
26
Bab 26 Hampir Saja
27
Bab 27 Pelaku Yang Sebenarnya
28
Bab 28 Teror Di Istana
29
Bab 29 Rahasia Yang Terkuak
30
Bab 30 Bulan Baru
31
Bab 31 Bertemu Penjahat
32
Bab 32 Berjumpa Kawan Lama
33
Bab 33 Pertarungan Di Dunia Iblis
34
Bab 34 Upacara Pembatalan Perjanjian
35
Bab 35 Kembali Dari Pengasingan
36
Bab 36 Berita Gembira
37
Bab 37 Situasi Tak Terduga
38
Bab 38 Pertempuran Di Istana
39
Bab 39 Ancaman Sihir Asing
40
Bab 40 Mempertahankan Istana
41
Bab 41 Mayat Hidup
42
Bab 42 Membunuhnya Sekali Lagi
43
Bab 43 Pesta Di Istana
44
Bab 44 Lahirnya Seorang Penerus
45
Bab 45 Ikatan Darah
46
Bab 46 Kedatangan Orang Asing
47
Bab 47 Kencan
48
Bab 48 Mencari Jejak
49
Bab 49 Kehidupan Baru
50
Bab 50 Berhadapan Dengan Orang Asing
51
Bab 51 Petunjuk
52
Bab 52 Semakin Dekat
53
Bab 53 Tiga Pria Dan Seorang Bayi
54
Bab 54 Perjumpaan Di Pagoda Putih
55
Bab 55 Menyelinap
56
Bab 56 Meloloskan Diri
57
Bab 57 Membebaskan Tawanan
58
Bab 58 Menyelesaikan Misi
59
Bab 59 Sepasang Ular dari Baiyun
60
Bab 60 Bertemu Musuh
61
Bab 61 Malam Yang Panas Di Istana Baiyun
62
Bab 62 Naga Emas
63
Bab 63 Di Akhir Malam
64
Bab 64 Pulang
65
65 Pasangan Selanjutnya
66
Bab 66 Insiden Di Kedai Makan
67
Bab 67 Pembunuhan
68
Bab 68 Penyelidikan
69
Bab 69 Bertambahnya Daftar Korban
70
Bab 70 Menggali Petunjuk
71
Bab 71 Melanjutkan Penyelidikan
72
Bab 72 Rusalqa
73
Bab 73 Menghadapi Makhluk Penghuni Rawa
74
Bab 74 Situasi Berbahaya
75
Bab 75 Kembalilah!
76
Bab 76 Kembalinya Kawan Lama
77
Bab 77 Memperebutkan Pasangan
78
Bab 78 Siapa Pemenangnya?
79
Bab 79 Berakhirnya Sebuah Penantian
80
Bab 80 Babak Baru
81
Bab 81 Bahaya Yang Terselubung
82
Bab 82 Ditaklukkan
83
Bab 83 Karma
84
Bab 84 Awal Baru
85
Bab 85 Memulai
86
Bab 86 Sekolah Baru
87
Bab 87 Menyesuaikan Diri
88
Bab 88 Menonton Pertandingan
89
Bab 89 Apa Itu?
90
Bab 90 Bukan Mimpi
91
Bab 91 Sakit
92
Bab 92 Strix
93
Bab 93 Tugas Tambahan
94
Bab 94 Kunjungan Di Malam Hari
95
Bab 95 Penyusup
96
Bab 96 Perbincangan Para Gadis
97
Bab 97 Salah Paham
98
Bab 98 Bersatu
99
Bab 99 Pertandingan
100
Bab 100 Hari Yang Tidak Biasa
101
Bab 101 Terhempas
102
Bab 102 Tentang Kepercayaan
103
Bab 103 Rumah Budak
104
Bab 104 Menemukan Tuan Puteri
105
Bab 105 Meninggalkan Rumah Lelang
106
Bab 106 Sang Penyelamat
107
Bab 107 Waspada
108
Bab 108 Musuh Dalam Selimut
109
Bab 109 Memaafkan
110
Bab 110 Situasi Memanas
111
Bab 111 Mengungsi
112
Bab 112 Pergolakan
113
Bab 113 Pertemuan Rahasia
114
Bab 114 Menuju Peperangan
115
Bab 115 Teman Dalam Kesusahan
116
Bab 116 Pertempuran Berlanjut
117
Bab 117 Kedatangan Sang Penyelamat
118
Bab 118 Menolong Musuh
119
Bab 119 Sebuah Pilihan
120
Bab 120 Pergolakan
121
Bab 121 Penghianatan
122
Bab 122 Kematian
123
Bab 123 Tuduhan
124
Bab 124 Putusan
125
Bab 125 Hari Eksekusi
126
Bab 126 Jatuh
127
Bab 127 Pertolongan tak terduga
128
Bab 128 Sisi Tersembunyi
129
Bab 129 Pertemuan Tak Terduga
130
Bab 130 Pergi
131
Bab 131 Rumah Baru
132
Bab 132 Egois
133
Bab 133 Dibalik Kebohongan
134
Bab 134 Kelahiran Dan Kematian
135
Bab 135 Sebuah Awal
136
Bab 136 Keluarga Yang Hilang
137
Bab 137 Mencari Sang Puteri
138
Bab 138 Pencarian Eldrige
139
Bab 139 Serangan Di Tengah Malam
140
Bab 140 Rintangan
141
Bab 141 Menolak Lamaran
142
Bab 142 Ukuran Derajat Seseorang
143
Bab 143 Buntu
144
Bab 144 Pertemuan
145
Bab 145 Mulai Terungkap
146
Bab 146 Sudah Ditakdirkan
147
Bab 147 Restu Dari Nenek
148
Bab 148 Mencari Informasi
149
Bab 149 Pertandingan Berburu
150
Bab 150 Peserta Baru Sayembara
151
Bab 151 Mengenali Musuh
152
Bab 152 Pertandingan Memanah
153
Bab 153 Pertarungan Malla
154
Bab 154 Pemenang Sayembara
155
Bab 155 Mengambil Alih Istana
156
Bab 156 Situasi Tak Terduga
157
Bab 157 Hilangnya Sang Puteri
158
Bab 158 Garis Darah
159
Bab 159 Membawa Kembali Sang Puteri
160
Bab 160 Sang Awatara
161
Bab 161 Waktu Yang Hilang
162
Bab 162 Kilasan Ingatan
163
Bab 163 Pertemuan Kembali
164
Bab 164 Menghidupkan Mandala
165
Bab 165 Ditolak
166
Bab 166 Penjelasan nenek
167
Bab 167 Mencari Mangal Arti
168
Bab 168 Menemukan Mangal Arti
169
Bab 169 Upacara Di Bukit
170
Bab 170 Koalisi Busuk
171
Bab 171 Uma Dan Mandala
172
Bab 172 Dilema
173
Bab 173 Bersama Mandala
174
Bab 174 Kedatangan Eldrige
175
Bab 175 Pertarungan Eldrige dan Mandala
176
Bab 176 Akhir Kisah Mandala dan Uma
177
Bab 177 Beranjak
178
Bab 178 Di Sekolah Baru
179
Bab 179 Ingin Bebas
180
Bab 180 Perjodohan
181
Bab 181 Bertemu Eldrige
182
Bab 182 Penolakan
183
Bab 183 Rencana
184
Bab 184 Pergi Ke Pulau
185
Bab 185 Hadiah Dan Hukuman
186
Bab 186 Menolak
187
Bab 187 Cinta Yang Rumit
188
Bab 188 Perubahan Sikap
189
Liburan Berakhir
190
Bab 190 Undangan
191
Bab 191 Hal Aneh
192
Bab 192 Bertambah Aneh
193
Bab 193 Malam Harinya
194
Bab 194 Apakah Rinduku Yang Memanggilmu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!