Setelah pesta usai, pasangan baru itu dipertemukan di kamar pengantin di Wisma Ratu. Ruangan itu dihias sedemikian indah dan romantis.
Kelopak mawar tersebar menghiasi ranjang pengantin yang diatasnya terdapat kelambu dari kain satin dan sutra yang menjuntai kelantai. Harum bunga dan cendana menguar lembut.
Ratu Gita duduk di pinggir ranjang, sebagian tubuhnya tertutup kelambu dan hanya menampakkan siluet yang menggoda. Hatinya berdebar membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Meskipun Raja Satria bukanlah pria idamannya, namun kini dia telah sah menjadi suaminya. Dan sekarang pria itu berhak atas dirinya.
Sementara itu Raja berdiri tertegun di depan ranjang pengantin, memandang siluet istrinya yang menggoda. Hati kecilnya ingin mendekat dan menunaikan kewajiban sebagai suami namun otaknya melarang keras.
Malam ini tidak akan ada malam pertama, atau bahkan malam-malam berikutnya juga akan tetap sama. Dia sudah berjanji pada seseorang yang dikasihinya untuk tidak menyentuh pengantinnya itu.
Raja kemudian duduk bersandar di sofa kecil yang terbuat dari bulu beruang kutub, tangannya meremas bulu-bulu putih yang halus itu. Untuk menghindari istrinya, dicobanya untuk memikirkan hal lain.
Kini dia membayangkan kekasihnya yang cantik dan lembut itu. Apa kira-kira yang dilakukannya sekarang? Apakah dia sedang bersedih? Dia paling tidak tahan jika melihatnya menangis.
Tanpa sengaja Raja Satria menoleh ke arah ranjang dan tidak lagi mendapati siluet istrinya.
"Kemana gadis bar-bar itu?" Alisnya bertaut. Dengan langkah pelan dan tanpa menimbulkan suara, Raja mendekati ranjang.
Setelah mendekat ternyata dilihatnya Sang Ratu yang tadi terlihat anggun itu ternyata sedang tertidur dengan mulut terbuka. Bahkan diujung bibirnya terlihat air liur menetes membasahi gaun tidurnya.
"Dasar gadis jorok!" Gumam Raja dengan raut jijik.
"Kekasihku Mayang takkan mungkin bersikap memalukan sepertimu!" Pria itu mencela sambil mengibaskan rambut peraknya.
Raja kembali ke sofa dan mulai memejamkan mata namun wajah Ratunya yang sedang ngiler dengan mulut terbuka, tiba-tiba terbayang-bayang. Raja mengucek-ngucek matanya berusaha mengusir bayangan itu.
"Menyebalkan!" Gerutunya.
Raja Satria kemudian bangkit dan kembali menghampiri istri barunya itu. Kali ini gadis itu sudah menutup mulutnya.
Raja mengambil sapu tangan sutra berwarna merah dari balik bajunya dan dengan hati-hati mengelap bibir istrinya.
"Sebenarnya jika kau diam begini wajahmu tampak manis." Gumam Raja, mata ungunya berkilat hangat dan bibirnya tersenyum.
Disibaknya rambut Ratu Gita yang menempel di wajahnya. Diperhatikannya wajah yang polos itu dan tanpa disadari tangannya mengelus pipi istrinya. Tiba-tiba dia tertegun menyadari perbuatannya sendiri dan segera mengangkat tangannya.
"Bodoh kau Satria, buat apa coba kau menyentuh gadis bar-bar ini?" Wajah Raja mengernyit dengan ekspresi geli.
"Lebih baik aku keluar saja ah, takut khilaf." Raja bergidik ngeri.
Kemudian dia segera keluar dan pergi ke Wisma Raja, beberapa kali dia berpapasan dengan pengawal yang sedang piket malam. Mereka segera membungkuk hormat dengan wajah bingung karena melihat Raja pergi meninggalkan Ratu pada malam pengantinnya.
*****
Keesokan harinya Ratu diminta datang ke ruang singgasana Raja. Dengan mengenakan gaun kerajaan yang indah dan mahkota menghiasi kepalanya, Ratu memenuhi undangan Raja.
"Kemarilah Ratu." Raja meraih tangan istrinya dan mengajaknya duduk di sebelahnya.
Perlakuan pria itu sangat lembut dan terlihat menghargai wanita. Dalam hatinya Ratu Gita merasa agak menyesal karena sempat berpikiran buruk pada suaminya itu.
Ketika tadi pagi tak menemukannya di kamar, dia mengira suaminya itu adalah laki-laki yang tidak menghargai wanita.
"Upacara penobatan Selir Utama". Tiba-tiba seorang staf kerajaan membacakan pengumuman.
Pintu diseberang singgasana terbuka lebar dan tak lama kemudian muncul seorang wanita yang sangat cantik berambut panjang keemasan. Dengan dagu sedikit terangkat, wanita itu berjalan anggun menuju ke arah singgasana.
Semua mata terpana melihat kecantikan wanita itu yang menyerupai seorang Dewi dari khayangan. Raja Satria menatap wanita itu dengan pandangan memuja.
Bahkan orang yang baru pertama kali melihatnya pun akan dapat menyimpulkan, betapa berharganya wanita itu di mata Sang Raja.
Ratu Gita yang menyaksikan itu menjadi tertegun. Campuran antara bingung dan marah. Bisa-bisanya Raja brengsek itu mengangkat seorang selir tepat sehari setelah pernikahan mereka.
Bibir Sang Ratu bergetar dan matanya berkaca-kaca namun dipaksanya agar jangan sampai menangis meskipun dia merasa martabatnya telah diinjak-injak.
Selir Utama itu bernama Mayang, putri salah seorang dewan kerajaan. Dengan gerakan gemulai wanita cantik itu memberi hormat kepada Raja dan Ratu ketika prosesi penobatan itu selesai.
"Kurasa kaulah yang paling sesuai untuk mendampingiku Selir Utama. Ras kita yang unggul baik secara fisik maupun kecerdasan, pasti akan melahirkan calon pewaris tahta yang sempurna." Raja berbisik pada Selir Mayang ketika wanita itu mengulurkan tangan padanya.
Kalimat itu meskipun diucapkan dengan berbisik, namun terdengar jelas di telinga Ratu Gita. Wajahnya serasa tertampar mendengar ucapan suaminya itu.
"Sekali lagi aku terbuang." Batin Ratu Gita.
Ratu kemudian turun dari singgasana tanpa berpamitan. Hatinya remuk redam. Dia berjalan keluar melewati mereka semua tanpa menghiraukan tatapan aneh orang-orang disekitarnya.
Orang-orang yang mengaku sebagai ras paling unggul dengan keelokan paras yang nyaris sempurna namun mereka memiliki sifat tinggi hati.
Warna mata mereka yang indah bak permata yang berkilauan namun mereka sering memandang rendah bangsa lain.
Rambut yang berwarna perak, keemasan dan merah membara yang sangat menawan berbanding terbalik dengan kearifan budi yang tidak mereka miliki.
Ratu Gita terus berjalan sepanjang koridor yang berisi mahakarya seniman-seniman terkemuka. Namun kini dimatanya tak ada lagi kekaguman yang dia rasakan, semuanya kosong dan tidak berarti.
Ratu memasuki wisma disambut dua pelayan istana berambut merah. Mereka berdua bernama Esme dan Talitha.
Dengan telaten mereka membantu Ratu berganti pakaian dan menyisir rambutnya. Esme dengan hati-hati menaruh mahkota Ratu di rak kaca.
Meskipun Ratu tidak berkata apa-apa namun mereka tahu perasaan majikannya itu. Berita penobatan Puteri Mayang sebagai Selir Utama sudah mereka dengar sejak jauh hari. Karena seluruh penghuni istana tahu bahwa wanita itu adalah kekasih Raja.
Kedua pelayan istana itu sangat menyukai Ratu Gita meskipun mereka baru bertemu. Kedua gadis itu merasa bahwa Ratu baru ini orang yang baik.
Sebenarnya bangsa Elfian memiliki kepekaan terhadap sifat asli manusia. Namun sekarang mereka banyak yang mengabaikannya dan lebih mengunggulkan logika.
"Yang Mulia Ratu, kami sudah menyiapkan makanan di meja." Ucapan Talitha telah membuyarkan lamunan Ratu Gita.
"Maaf aku belum lapar, kalian makan duluan saja." Sahut Ratu dengan suara lembut.
"Maaf, kami tidak berani!" Jawab mereka kompak.
"Yang Mulia Ratu, tolong makanlah walau hanya sedikit. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Yang Mulia, kami nanti akan dihukum." Ucap Esme sambil memelas.
"Baiklah kalau kalian memaksa. Tapi aku tidak bisa menghabiskannya sendiri. Maukah kalian membantu?" Tanya Ratu.
"Maksud Yang Mulia apa?" Mereka bertambah bingung.
"Ayo kita makan bersama, aku tidak ingin makan sendirian," Wajah Ratu terlihat sedih.
Mereka berdua saling berpandangan. Setelah berpikir sejenak, mereka mengangguk. "Baiklah kami bersedia."
"Kalau begitu, mulai sekarang kalian harus menemaniku makan!" Ratu berkata sambil tersenyum.
Mereka bertiga makan dengan lahap dan sesekali menertawakan hal-hal yang lucu. Saat ini Ratu ingin melupakan masalahnya. Dia ingin bebas dan melupakan sejenak tata krama istana yang telah membelenggunya sejak kecil.
"Aku berharap kita bisa benar-benar berteman." Ucap Ratu dengan tulus.
"Kami juga berharap demikian Yang Mulia Ratu, jika diijinkan." Jawab kedua gadis itu.
"Aku senang akhirnya di tempat ini aku bisa mendapat teman." Ratu merangkul kedua kawan barunya. Sejenak ada setitik bahagia yang dia rasakan di tempat yang masih asing ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
huuuuuuuft.... gedeg aq ma bang sat... dan selir😒😒😒😒😒
2022-01-22
2