Memulai kehidupan perkawinan dengan kehadiran wanita lain disisi suaminya sungguh terasa berat. Meskipun belum ada perasaan cinta yang tumbuh di hatinya, namun hal itu tetap terasa menyesakkan dada.
Raja Satria mengunjungi Wisma Ratu hanya sekali saat malam pengantin, selanjutnya Raja lebih sering menghabiskan waktu bersama selir kesayangannya, Selir Mayang.
Meskipun untuk acara-acara resmi tetap Sang Ratu yang ditunjuk mendampingi Raja, namun setiap hari Raja lebih memilih ditemani Selir Utama.
Hal ini yang membuat para penghuni istana bergosip diam-diam. Ada yang merasa kasihan pada Ratu karena kelihatannya Raja tidak mencintainya.
Ada juga yang merasa sudah sewajarnya Raja Satria berlaku seperti itu karena sesungguhnya wanita yang dicintainya adalah Selir Utama, lagipula wanita itu dari bangsa Elfian sendiri.
Semua keunggulan ras bangsa Elfian terdapat dalam diri Selir Mayang. Baik itu paras yang nyaris sempurna maupun keanggunan khas bangsawan Elfian. Selir Mayang juga mahir bernyanyi dan memainkan harpa.
Sedangkan Ratu Gita hanyalah wanita biasa yang tidak terlihat memiliki keistimewaan apapun.
Suasana di istana yang kelihatan damai, sebenarnya dipenuhi intrik dan politik yang saling menjatuhkan. Ada berbagai kubu yang saling bersaing untuk memenangkan kepercayaan Raja dan meraih kekuasaan.
Ada beberapa pihak yang mendukung Raja tanpa pamrih. Ada yang mendukung Selir Utama karena dirasa kalau wanita itu bisa mempengaruhi pandangan dan pemikiran Raja, sehingga menguntungkan mereka. Namun tampaknya tak ada satupun yang mendukung Sang Ratu.
Ratu menyadari hal itu, namun dia mencoba untuk mengabaikannya. Sebagai Ratu yang hanya dijadikan Simbol Kerajaan, dia tidak merasa perlu untuk mencari dukungan dari pihak manapun. Ratu Gita sudah menerima takdirnya menjadi Ratu tanpa kekuasaan.
Kegiatan yang dijalaninya jika tidak dipanggil menghadap Raja adalah mengunjungi perpustakaan istana untuk membaca ataupun pergi ke kebun Istana untuk menyendiri menikmati keindahan pepohonan yang mengingatkannya pada kampung halaman.
Adakalanya saat bosan, Sang Ratu menghabiskan waktu dengan berlatih memanah. Ratu cukup mahir memanah karena sudah berlatih dari kecil, meskipun itu bukanlah hobi yang wajar bagi seorang Putri Raja.
Untuk sementara waktu Ratu Gita hanya berteman dengan kedua pelayan pribadinya. Mereka terkadang menceritakan kabar ataupun gosip yang sedang beredar hangat di istana.
"Kabarnya Raja mengajak Selir Utama berlibur ke Istana Musim Panas selama sepekan ini." Kata Esme ketika sedang membantu Ratu mengenakan gaunnya. Tangannya yang cekatan mengikat pita dipunggung Ratu.
"Benarkah?" Ratu tersenyum tipis.
"Benar Ratu." Gadis itu mengangguk membuat rambutnya yang merah menyala berkibar. Namun matanya yang sehijau zamrud itu sekilas menangkap kesedihan pada wajah majikannya.
"Maaf Yang Mulia Ratu, saya tidak bermaksud membuat Paduka bersedih."
"Tidak, aku tidak apa-apa." Jawab Ratu menyembunyikan kepedihan hatinya.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, Talitha masuk bersama dua orang pengawal membawa sebuah bungkusan besar dibalut kain satin putih dan pita biru.
"Apa itu?" Ratu merasa heran.
"Ini adalah hadiah dari Sang Raja untuk Yang Mulia Ratu." Jawab Talitha sambil tersenyum gembira.
Gadis itu segera membuka bungkusan itu dibantu oleh pengawal. Ratu Gita mendekat untuk mengetahui isinya.
"Indah sekali!" Talitha dan Esme terpekik bersama.
Tampaklah sebuah mahakarya lukisan potret Sang Raja. Lukisan itu sungguh mirip dengan aslinya. Raja yang tampan itu terlihat gagah dengan pakaian putih berhias batu-batu permata dengan tangan kanannya memegang pedang. Ratu ingat lukisan itu dibuat saat pertama kali dia bertemu Raja.
"Ayo segera dipasang!" Perintah Esme pada kedua pengawal.
Mereka segera memasang lukisan itu di tembok yang menghadap ke peraduan Sang Ratu. Entah mengapa aura di kamar itu langsung terasa lebih baik setelah lukisan itu dipasang.
"Wah..Sang Raja ternyata sangat romantis." Puji Esme terkagum-kagum.
"Cih..romantis apanya? Dia memberiku lukisannya tetapi dirinya yang asli malah sedang berlibur dengan selirnya." Batin Ratu Gita mencibir kelakuan suaminya.
"Yah, paling tidak mulai sekarang Sang Raja akan selalu menemaniku disini, meskipun hanya lukisannya." Ratu Gita tertawa, mencoba melucu.
Kedua pelayannya langsung bersimpuh di kaki Ratu sambil menangis membuat wanita itu terkejut.
"Kenapa kalian menangis?" Tanya Ratu kebingungan.
"Kami sedih hu..hu..." Jawab keduanya kompak. Kulit wajah mereka yang putih memerah sampai ke telinga mereka yang runcing.
"Bangunlah!" Perintah Ratu.
Kedua gadis itu bangkit dengan mata yang masih basah dan hidung kembang kempis.
"Aku tidak mau kalian menangisi nasibku. Aku sudah ikhlas menjalani takdirku ini." Ratu memeluk mereka.
"Lagipula lelaki yang sok kegantengan itu bukankah terlihat sedikit konyol berpose seperti itu? Lihat, dia membawa pedang tapi kenapa malah berpose dikelilingi bunga-bunga!" Ratu menunjuk muka Raja sambil mencela. Hal itu membuat kedua gadis pelayan itu terkikik geli.
Padahal di dalam hati Ratu Gita mengakui betapa tampan dan gagah suaminya itu. Namun sayangnya lelaki itu bukanlah miliknya. Ada perasaan tercabik dan terhina menyadari bahwa Sang Raja memberikan lukisan itu untuk menggantikan dirinya sendiri.
Ketika hendak tidur, Ratu melihat lukisan Raja dari pembaringannya. Sekilas mata itu berkilat terkena cahaya lilin hingga seolah hidup. Ratu tertegun dan menyadari betapa berbahayanya jika dia mulai mengagumi sosoknya.
Ratu turun dari pembaringannya lalu mencari sesuatu untuk menutupinya. Dibongkarnya isi lemari dan menemukan kain sutra berwarna hitam. Segera diambilnya kursi sebagai pijakan lalu kemudian menyelubungi lukisan itu dengan kain yang dibawanya.
"Kurasa malam ini aku bisa tidur nyenyak." Gumam Ratu sambil tersenyum. Kemudian dia kembali berbaring dan memejamkan mata.
*****
Sementara itu Sang Raja baru saja kembali ke istana setelah mengantar selir kesayangannya ke Istana Musim Panas yang berlokasi di Teluk Putri Duyung. Sebenarnya wanita cantik itu sempat merajuk ketika hendak ditinggal.
Namun setelah Raja meyakinkannya bahwa dia akan kembali lagi setelah urusannya selesai, akhirnya wanita itu mau menerima. Itupun dengan syarat bahwa Raja Satria tidak boleh menemui Ratu.
Wanita itu cemburu dan membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Raja tersenyum teringat kekasihnya itu dan merasa tidak sabar untuk menyusulnya kembali.
Waktu sudah lewat tengah malam ketika Raja selesai membicarakan hal yang mendesak dengan beberapa Dewan Kerajaan. Pria berambut perak itu melangkah menuju kediamannya ketika tanpa sengaja matanya melihat ke arah Wisma Ratu. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk menengok istrinya itu.
Dengan langkah pelan dia masuk ke kediaman Ratu dan memasuki kamarnya. Dilihatnya Sang Ratu sedang terlelap dengan selimut yang hampir jatuh ke lantai.
Didekatinya wanita itu dan dibetulkannya selimut itu kembali. Raja tampan itu memandangi wajah istrinya yang sedang tertidur. Wajah itu terlihat sedih dan hal itu membuat hatinya terasa tercubit.
"Maaf jika aku tidak bisa membahagiakanmu." Gumam Raja dengan perasaan bersalah. Dielusnya rambut hitam istrinya itu dan dikecup keningnya.
Ratu menggeliat dalam tidurnya dan sejenak membuka matanya membuat Raja kaget.
"Aku tidak membutuhkanmu laki-laki sombong!" Ratu bergumam lalu tertidur lagi.
"Dasar gadis bar-bar." Raja menggerutu namun bibirnya tersenyum.
Dia bermaksud kembali ke tempatnya ketika tanpa sengaja matanya melihat sesuatu di dinding yang ditutupi kain hitam. Ada perasaan curiga dalam hatinya. Segera ditariknya kain itu dan sesuai dugaannya bahwa dibalik kain itu adalah lukisan dirinya.
"Apa-apaan ini? Berani-beraninya dia menutupi lukisanku!" Ujar Raja dengan geram.
Ingin rasanya membangunkan gadis itu dan menyeretnya, kemudian memaki-makinya karena sudah lancang menutupi lukisannya. Itu artinya gadis itu sudah menolak pemberiannya dan menghina harga dirinya.
Namun ketika tangannya menyentuh selimut hendak menyentakkannya, dilihatnya wajah istrinya itu begitu polos dengan ekspresi sedih.
Kembali perasaan bersalah menderanya.
Perlahan Raja mundur dengan langkah pelan, kemudian dia pergi keluar membawa beban perasaan yang seharusnya tidak boleh dia rasakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
dasar suami nggk ada akhlak... maaf thor... gemesh aq.. pingin tk keplak s satria .. biar ot*k kmbali k tmpatnya... 🙄🙄🙄
kasihan ratu nya😪😪😪
2022-01-22
2