Pagi ini Ratu Gita bertugas mendampingi Raja menemui Duta Besar Kerajaan Nord. Sir Fitch adalah seorang pria tampan bertubuh tinggi besar dengan kulit pucat, rambut dan jenggotnya berwarna merah jagung. Meskipun penampilannya terlihat sangar namun kepribadiannya ternyata sangat menyenangkan.
Berkali-kali pria bermantel bulu binatang itu tergelak saat menceritakan pengalamannya saat berburu. Pria itu bersemangat menceritakan keahliannya memanah binatang dari jarak jauh. Kebetulan minat Sang Ratu dalam olahraga memanah membuat wanita itu bisa cepat akrab dengannya.
Tanpa sadar wanita berambut hitam itu berbincang dan tertawa bersama Sir Fitch hingga lupa bahwa Raja Satria dari tadi menatapnya tidak senang. Berkali-kali mata ungunya berkilat geram.
"Oh ya, Sir Fitch. Apakah anda sudah menikah?" Tanya Raja sambil melirik istrinya sekilas.
"Ha..ha.. sayangnya sudah Yang Mulia Raja." Pria itu tertawa berniat melucu.
"Andaikan saya belum menikah, tentu saya ingin mencari pendamping yang menyerupai Yang Mulia Ratu." Pria itu menaruh minumannya sambil dengan berani memandang Sang Ratu.
Raja membanting serbet ke meja melihat tamunya yang kurang ajar, geram menyaksikan ada orang yang terang-terangan menyatakan ketertarikannya pada Ratu Gita.
"Anda bisa mencari selir lagi."Ucap Raja sambil menatap tajam Sir Fitch.
"Sayangnya istriku tidak mau dimadu." Jawabnya sambil tersenyum. Pria itu bisa merasakan aroma persaingan dari Raja muda itu, baginya hal ini menjadi permainan yang menarik.
"Apakah anda butuh izin untuk mendapatkan selir?" Raja tersenyum mengejek.
"Tentu saja, karena dia istri saya. Saya mencintainya dan tidak ingin menyakitinya." Jawab pria kekar itu dengan tegas.
Raja tersenyum kecut mendengarnya, wajahnya serasa tertampar. Diliriknya Ratu Gita yang hanya terdiam memasang wajah datar.
"Anda ternyata tipe pria yang setia." Raja memuji namun di dalam hatinya merasa kesal.
"Saya berharap Yang Mulia Raja juga begitu, karena sudah mendapatkan pendamping yang sempurna." Sebenarnya Sir Fitch sudah mendengar rumor bahwa Raja mengangkat seorang Selir Utama hanya selang sehari setelah pernikahannya.
"Oh, anda tak perlu khawatir. Aku sangat menyayangi Ratuku ini." Tiba-tiba Raja menggenggam tangan Ratu yang berada di atas meja. Ratu yang merasa kaget berusaha melepaskan genggamannya, namun Raja mencengkeramnya lebih erat dengan mimik wajah polos.
"Syukurlah kalau begitu." Ucap Sir Fitch terkekeh kecil.
Ketika mereka sedang berbincang, tiba-tiba Selir Mayang datang. Dengan sikapnya yang anggun, Selir kesayangan Raja itu menyapa dan memperkenalkan diri pada Sir Fitch. Seketika wajah Raja memerah karena malu.
Selir Utama yang cantik itu melotot melihat Raja dan Ratu saling bergandengan tangan. Wajahnya merah dan matanya yang seindah permata berkilat marah. Raja yang menyadari hal itu segera melepaskan genggamannya pada Ratu. Terlihat jelas bahwa Raja takluk pada wanita itu.
Sir Fitch terkekeh geli melihatnya. Raja nampak tersinggung karena merasa diejek pria yang mengenakan mantel konyol itu. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Usai pertemuan itu Ratu Gita langsung undur diri. Dia tidak ingin berlama-lama menyaksikan kemesraan pasangan yang sedang kasmaran itu. Ketika Ratu hendak melangkah pergi, tiba-tiba Raja mendekat dan menahannya.
"Kenapa kau menutupi lukisanku dengan kain?" Tanya Raja dengan perasaan kesal.
"Maaf kalau membuatmu tersinggung, tapi aku tidak bisa tidur karena merasa mata lukisan itu terus menatapku." Jawab Ratu sambil tersenyum tipis.
"Bukankah itu bagus ? Setidaknya kau tidak lagi merasa kesepian karena tidak ada yang menemanimu." Ejek Selir Mayang dengan kejam.
Raja menoleh Selirnya itu dengan wajah tidak suka, dia tidak menyangka kalimat sejahat itu bisa keluar dari bibir wanita lembut itu.
"Selir Mayang, kuharap kau bisa bersikap sopan pada Ratu!" Raja memperingatkannya dengan suara keras.
Selir Mayang terlihat kaget karena Raja membela wanita saingannya itu, namun dengan cepat dia bersikap mengiba seperti anak anjing.
"Ah, maafkan saya Yang Mulia Raja. Saya tidak bermaksud tidak sopan." Selir Mayang segera memeluk lengan Raja dengan manja.
"Kau harus minta maaf pada Ratu!" Perintah Raja dengan suara lembut.
Dengan berat hati Selir Mayang meminta maaf pada Ratu, masih dengan posisi tubuh memeluk Raja.
"Maafkan saya, Yang Mulia Ratu." Kata wanita itu dengan suara mendayu.
Ratu Gita hanya diam, lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Batinnya sangat tersiksa melihat sikap keduanya. Ingin rasanya marah namun dia tidak ingin menurunkan derajatnya dengan bersikap kasar.
"Yang Mulia, Ratu mengabaikan permintaan maafku yang tulus." Selir cantik itu merajuk.
"Biarkan saja, dia memang wanita bar-bar. Dia tidak bisa dibandingkan denganmu." Raja berusaha membujuknya.
"Tapi aku hanyalah seorang Selir yang tidak lebih tinggi kedudukannya dibandingkan Sang Ratu." Selir Mayang terus merajuk dengan wajah cemberut.
"Apa kau lupa bahwa aku lebih menyayangimu? Bukankah kekuasaanmu bahkan lebih besar dari Ratu?" Raja menatap mata kekasihnya itu.
"Tapi wanita itu yang menyandang gelar Ratu dan juga yang mengenakan mahkota. Sungguh, apa Yang Mulia serius mengatakan bahwa aku lebih berkuasa darinya?" Ujar wanita itu berapi-api.
"Lalu, apa yang kau inginkan?" Tanya Raja.
"Copot dia dari jabatan Ratu!" Kata Selir Mayang dengan tegas.
"Maafkan aku, kekasihku. Untuk yang satu ini aku tidak bisa memenuhi permintaanmu." Ucap Raja dengan raut menyesal.
"Kenapa? Bukankah kau tidak mencintainya? Tidak cukupkah aku bagimu?" Selir Mayang berteriak histeris.
Raja memeluk tubuh Selir Mayang dari belakang, kepalanya ditumpangkan pada bahu wanita itu bermaksud untuk menenangkannya. Tubuh Selir cantik itu bergetar hebat karena marah.
"Dengar sayang, aku tidak bisa sembarangan mencopot posisi Ratu. Dia adalah simbol perdamaian antara Kerajaan Elfian dan Kerajaan Watu Ijo. Dia adalah Simbol Kerajaan ini. Jika sampai terjadi sesuatu padanya, maka akulah yang akan disalahkan. Keamanan negeri ini adalah tanggung jawabku. Jika sampai pecah perang antara dua kerajaan, maka akulah yang bertanggung jawab." Raja berusaha membuat kekasihnya itu mengerti situasinya.
"Jadi aku selamanya hanya akan menjadi Selirmu?" Wanita itu terisak karena kecewa.
"Dia hanyalah simbol, tapi kaulah yang berkuasa." Raja berusaha merayu wanita itu.
"Baiklah kalau Yang Mulia Raja mengatakan begitu, tapi ada hal yang harus dilakukan untuk membuatku lebih tenang." Selir Mayang membalikkan tubuhnya menghadap Raja.
"Apa yang kau inginkan sayangku?" Tanya Raja.
"Aku tidak mau Ratu Gita mengenakan mahkotanya!" Ucap Selir Mayang.
Raja ingin menolak keinginan Selir itu namun dia tak kuasa melakukannya begitu melihat wajah memelas wanita kesayangannya. Akhirnya dia hanya bisa mengangguk setuju.
Segera seorang staf kerajaan diutus untuk menyerahkan surat Raja kepada Ratu Gita. Begitu Ratu membaca surat itu, setetes air mata jatuh membasahi pipinya yang nampak lebih tirus.
"Ada masalah apa Yang Mulia Ratu?" Tanya Esme, pelayan setianya yang kaget melihat majikannya menangis.
Ratu Gita tak menjawab, tangannya meraih mahkota di kepalanya dan melepasnya. Diserahkannya mahkota itu pada Esme yang melihatnya dengan kebingungan.
"Tolong serahkan mahkota ini pada Staf Kerajaan tadi." Perintah Ratu.
"Baik, Yang Mulia Ratu." Gadis pelayan itu menjalankan perintah majikannya. Diambilnya mahkota itu lalu diserahkannya pada Staf Kerajaan yang menunggu di luar.
Betapa sedihnya melihat Ratu yang baru dilantik itu dipaksa untuk menyerahkan mahkotanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
lemah bat lu anjing
2022-10-03
0
Vera Desi Mamahit
so ad bawang merah masih pagi thor.....
2022-06-14
1
Lily Cantika
ratu lemah
2022-02-03
0