HTTP 404
...ALOHA👻?!! d.angelonico di sini!...
...Sebelumnya, salam kenal kepada para pembaca sekalian👋😊😄. Dan terimakasih buanyakkk kepada kalian yang sudah tertarik untuk mampir🥰....
...Juga, mohon sekali kepada para pembaca untuk meninggalkan LIKE, KOMENTAR, dan FAVORIT kalian jika ’suka’ dengan karya ini🥺....
...Jangan lupa RATE BINTANG ⭐⭐⭐⭐⭐ nya, ya😆! Plus, thxxx lagi buat yang dengan dermawan kasih HADIAH dan Vote😭🤧😘....
...😉😁Mampir juga ke karya author yang lain, yaa; RASHN dan The (Not) Gorgeous Anna....
...Oke. Selamat Membaca!!!...
...~•|👍🏻❤ 💬🐣|•~...
____________________________
Seorang gadis berusia tujuh belas tahun sibuk mondar-mandir dengan ponsel pintar terselip di perpotongan lehernya. Kedua kaki jenjangnya sesekali melompat kecil ketika melewati kardus-kardus setengah renyek, kantong plastik, pakaian dan berbagai macam barang lain yang sudah semenjak kemarin sore tergeletak mengenaskan di atas lantai putih.
“Leonna, bagaimana apartemen kamu nak? Baik-baik saja kan? Atau terlalu sempit? Kalau kurang luas bilang saja sama mama, nanti akan papi kamu carikan lagi apartemen yang lain. Atau...”
Gadis rupawan bermata biru dengan rambut pirang bergelombangnya, Leonna, menghembuskan nafas jengah.
Aktivitas mengaduk kopi susunya pun ikut terhenti. Ia kemudian beralih menempelkan ponsel pintarnya dengan benar di telinga berhiaskan anting kecil bertaburkan rintik-rintik kristal mahal hadiah ulang tahun ke tujuh belasnya seratus dua hari lalu.
“Pas kok, ma. Tidak perlu cari apartemen lain.”
“Serius? Ya sudah, terserah kamu saja. Oh, kamu juga jangan telat makan ya! Sarapan? Kamu sudah sarapan belum? Jangan sampai berangkat sekolah dengan perut kosong, nanti malah jadi tidak fokus lagi belajarnya!”
Suara cempreng dari seberang telepon terdengar begitu protektif. Sangat normal sebenarnya. Mengingat, Leonna adalah anak perempuan satu-satunya dan merupakan si bungsu dari dua bersaudara.
Tetapi, yang membuat wanita bertitel ‘mama’ itu khawatir, jelas karena anak gadis cantiknya ini termasuk dalam kategori manusia urakan dan teramat mencemaskan juga dengan keberuntungan sang anak yang terlampau sering menimbulkan keringat panas dingin.
Keberuntungan yang dinamakan mendiang ibu mertuanya sebagai ‘Selalu Ada Penyelamat Di Penghujung Kesialan.’
“Iya, ma. Tenang saja. Aku juga sudah beli makan buat sarapan kok.”
Leonna menyeruput kopi susu dalam gelas bergambar beruangnya sebentar. Jemari lentiknya lalu membuka bungkusan sereal yang disebut-sebutnya barusan sebagai menu sarapan dan menuangkan isinya asal hingga berceceran keluar dari dalam mangkok berukuran jumbo. Maklum, Leonna ini tipe lambung karet. Bawaannya selalu ingin makan terus, asalkan itu bukan makanan manis.
“Oh, bagus kalau begitu. Sebentar—Leo! Cepat kemari. Ini adik cantik kamu Leonna lagi telepon mama!”
“Yo, What’s up?! Sudah sampai dari kemarin ya? Bagaimana tempatnya? Bagus di sini atau di sana?”
Leo, kakak kembar Leonna, menyapa heboh dengan suara serak-serak basah menggodanya. Sementara Leonna yang sempat diam sebentar gara-gara sibuk memasukkan kembali keping-keping sereal di atas meja bar, serta merta mengerucutkan bibirnya kesal.
“Ih, Kak Leo! Leonna kan juga baru sampai. Nanti Leonna kirim foto-foto di sini deh.”
“Oke! We’ll be waiting!” Leonna terkekeh pelan mendengar aksen Inggris kakak kembarnya yang mencoba sok keren dan syukurnya berhasil.
“Jadi, sok Inggris nih! Ya sudah, nanti lagi teleponnya. Leonna mau sarapan terus mandi dan berangkat sekolah!”
“Dih, kebiasaan—mandi dulu, baru sarapan! Leonna jorok! Ya sudah, mama, ini.”
Leonna tersenyum hambar dan meski komentar kakak kesayangannya ini sudah berulang kali diputar layaknya kaset rusak, Leonna masih tetap tidak berubah dan memang tidak kelihatan akan adanya tanda-tanda ingin berubah. Sebab menurutnya, akan lebih efisien jika makan dulu baru mandi. Lebih irit pasta gigi juga kalau ia pikir-pikir.
“Ya sudah, jaga diri kamu baik-baik ya di sana. Nanti kalau papi ada waktu, mama sama Leo bakal datang ke New York! Sudah ya, mama tutup! Love you..!”
“Too.”
Sambungan telepon diputus. Leonna melangkah buru-buru menuju kulkas. Ia kemudian mengambil dan menuangkan susu oat murni dari dalam kemasan karton fiber besar bernuansa biru keabu-abuan.
Dirinya pun mulai menyuapkan suap demi suap sereal lembek yang terasa tidak terlalu manis dan aman dari diare pagi, karena hanya menggunakan campuran susu nabati dan bukan yang hewani seperti susu sapi kesukaan kakak kembarnya, Leo, di Rusia.
“Selesai sarapan, lalu mandiiiii...”
...🐣🐣🐣...
Leonna berlari ngos-ngosan dari halte bis menuju gerbang sekolah yang sudah ramai siswa-siswi. Ia tidak tahu ini benar sekolahnya atau tidak. Tetapi, dilihat dari plang besar bertuliskan Stuyvesant High School (SHS) ia langsung yakin bahwa itu memang benar sekolah barunya.
“Huft, beruntung masih ada lima belas menit. Tapi, di mana kakak pembinanya, ya? Tidak salah tanggal datang kan? 14—benar kok ini tanggal 14 September. Apa masuk saja kali ya, atau nanti saja?”
Leonna mengecek jam tangan hitam yang bergelung di pergelangan tangan kanannya. Kedua matanya lalu mondar-mandir bingung serupa anak ayam yang tengah mencari sang induk.
Karena jujur saja, ini adalah kali pertama ia belajar di institusi umum. Jadi, tiba-tiba melihat banyak orang tidak dikenal, tanpa teman apalagi pengawal, betul-betul sulit sekali bagi Leonna.
Lima menit pun berlalu secepat kedipan mata dan Leonna masih dalam posisi melamun. Ia merasa semakin grogi setiap kali melihat siswa-siswi yang bercanda ria memasuki gerbang sekolah. Ia akhirnya hanya terus begitu, hingga sesuatu tidak sengaja tertangkap samar-samar dari sudut mata kirinya.
“Itu—YAK?!”
Sesuatu berwarna hitam merah dengan seseorang duduk manis di atasnya. Bergerak begitu kilat. Insting Leonna pun sontak bersorak ramai untuk segera menghindar.
Namun, kegiatan penyelamatan dirinya langsung kandas, begitu bahu sempitnya tiba-tiba disenggol oleh sebuah tas selempang biru milik salah seorang dari gerombolan anak laki-laki yang tengah sibuk berceloteh.
Makhluk itu saking terlenanya bercanda, bahkan sampai tidak sadar telah menyebabkan benda bernama ‘sepeda’ itu mengerem mendadak dan naas, menubruk mulus paha Leonna.
CKIITTT!
BRAK!
BRUK!
“AKHHH, eungh... ma-a...”
Seorang cowok berambut hitam cepak dalam balutan celana jeans hitam, kemeja hitam, kaos hitam, topi hitam dan beriris mata hitam, terbaring tepat di bawah tubuh Leonna.
Leonna seketika membeku. Desir halus disambung detak kencang pada jantung dan sensasi panas membakar di seluruh wajahnya, serta merta membuat kalimat maafnya terjepit pilu di tenggorokan.
Kedua kaki kurus Leonna yang sebelumnya mati rasa karena terlalu lama berdiri pun, seketika lemas bagai agar-agar dan tanpa bisa ia cegah, mendarat bebas di atas kedua kaki si cowok.
“Tsk, minggir! Masih pagi, tapi sudah buat sial saja.”
“Hah?”
Tubuh Leonna didorong kasar. Ia sontak jatuh terduduk di sebelah sepeda milik cowok jangkung yang kini sedang menepuk-nepuk kesal bercak-bercak cokelat dan tempelan dedaunan basah pada pakaian serba hitam yang ia kenakan.
Kedua jemari besarnya lalu mengangkat badan sepeda yang setengah jeblos ke dalam selokan. Beruntung, hanya ban belakangnya saja yang basah.
Sementara Leonna yang memang meski sempat terpana oleh rupa super tampan cowok pelaku penabrakannya, sekarang malah ribut menjerit-jerit marah dalam hati. Ia menjadi lebih sebal lagi setelah figur serupa model itu dengan masa bodohnya langsung naik ke atas sepeda.
“Awas!”
Leonna semakin syok saja dibuatnya. Bagaimana bisa cowok semenawan malaikat itu berkelakuan amat kasar terhadap perempuan?
Terlebih, Leonna adalah korban dari kelalaian cowok itu sendiri. Tapi, bukannya insan ganteng itu meminta maaf atau sekadar menjulurkan tangan membantu Leonna bangun, ia malah berucap kasar dan kemudian pergi begitu saja meninggalkan Leonna.
Memang benar, salah Leonna juga karena seenaknya melamun sambil mondar-mandir di pinggir jalan. Tetapi, tetap saja. Ia kan tidak bermaksud!
‘Dasar psikopat! Tidak bisa apa bicaranya baik-baik?! Dan lagi, sekadar maaf saja pelit banget! Ugh, jangan sampai ketemu makhluk kayak dia lagi!’
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Saae
Mampir kak...
salam dari Malaikat tak Bersayap
2022-02-24
0
Miels Ku
hai kak salam kenal
2022-02-22
1
SoVay
yuhuuu..detektif muda mendukung leader 😂
2022-01-17
0