KLAK!
Pintu kamar dibuka dengan tidak manusiawi oleh Leonna. Netranya seolah tidak sama sekali terusik dengan keadaan apartemennya yang super berantakan, bahkan melebihi kondisi kapal pecah.
Tidak tahu pula, kapan Leonna akan mendapat pencerahan untuk merapikan barang-barang, termasuk sampah-sampah yang bertebaran di setiap bucu-bucu ruangan terlampau mewah untuk sekadar ditempati seorang anak SMA dan semakin buruk saja, dengan kebiasaan Leonna yang langsung melompat ke atas ranjang. Boro-boro untuk berganti pakaian, melepas sepatunya saja, Leonna tidak.
“Huft, ini baru hari pertama dan tubuhku sudah sakit semua.”
Leonna berbaring telentang menghadap langit-langit putih kamar. Jemari lentik Leonna lalu dengan malas melepas dan melempar asal sepatu ketsnya ke sembarang arah.
Dadanya kemudian naik turun beraturan. Menikmati udara segar dari pintu transparan balkon yang terbuka sedikit dengan gorden putih melayang-layang genit, menyelundupkan terik oranye kekuningan dari cahaya mentari sore ke dalam kamar.
“Tapi ngomong-ngomong, detak jantungku...”
Satu telapak tangan Leonna ditempelkannya penasaran tepat di atas dada, tempat di mana bunyi berisik dari organ dengan dua serambi dan dua biliknya itu menjerit-jerit bagaikan penyanyi musik cadas alias rok, seharian di sekolah tadi.
“Hm, sudah tidak apa-apa sekarang. Tapi, tadi itu aneh sekali. Apa perlu aku mencarinya di internet? Benar, Mbah Giggle pasti tahu jawabannya.”
Leonna melonjak buru-buru dari atas ranjang. Kaki seputih porselennya lalu berjalan mendekati meja di tengah ruangan.
Maklum, kamar Leonna itu luasnya sudah sebesar rumah dengan dua kamar, ruang tengah, plus dapur dan kamar mandi. Jadi, cukup jauh juga bagi Leonna untuk mengambil benda bernama laptop, yang meski belum berumur seminggu sejak diangkut dari pusat perbelanjaan ternama di Moskwa, kini dengan menyedihkan tengah teronggok kedinginan dengan layar hitam menganga lebar menghadap ranjang.
“Oke, mari kita cari—jantung berdebar-debar, wajah memanas, ehm, apalagi ya? Oh, perasaan gugup dan agak—malu. Oke, klik!”
Layar laptop bahkan belum selesai loading, namun jari-jemari berkeringat Leonna dengan tidak berperasaannya sudah meluncur bebas di atas papan ketik. Kening Leonna berkerut tebal setiap kali berhasil mengetikkan satu kata. Sesekali bibirnya ikut mengerucut, menganga, dan iseng menggigiti bibir bawahnya.
Telunjuk Leonna lalu memencet kasar tombol Enter. Bola matanya kemudian naik turun. Berseluncur dari kiri ke kanan, kanan ke kiri. Menari bebas di antara ketikan huruf-huruf bermacam jenis font, ukuran dan kontras warna berbeda dari satu judul artikel ke artikel blog lain.
Kerutan di antara alis blonde Leonna pun kian tebal setiap bertemu judul yang membuat jaringan otaknya seperti kehabisan cairan pelumas. Begitu macet dan susah untuk dicerna, bahkan oleh seratus milyar sel saraf.
“Woah, apa ini? Jatuh cinta? Cinta pada pandangan pertama? Ciri-ciri sedang jatuh cinta? Reaksi tubuh saat jatuh cinta? Kenali ciri-ciri kamu sedang jatuh cinta? Haa, kenapa artikelnya tentang jatuh cinta semua?! Apa ada yang salah dengan mesinnya? Atau Mbah Giggle memang sedang dehidrasi, jadi tidak fokus?”
Leonna mengetuk-ngetuk runyam permukaan meja dan tidak ada sepuluh detik, Leonna tiba-tiba mengusak kasar surai keemasannya.
“O-oke, judulnya memang sangat aneh, tapi baiklah. Mari kita intip sedikit apa isinya, ehm...”
Leonna menekan salah satu dari lima artikel teratas di laman pertama Mbah Giggle. Artikel berjudul lumayan singkat dengan logo berwarna merah muda di sebelah kiri, menurut logika Leonna kelihatan jauh lebih relevan, dibandingkan dengan judul artikel-artikel lain yang terlalu berlebihan dan agak menyebalkan untuk sekadar dilirik.
Artikel dengan judul, ‘Yuk Ladies, Kenali Reaksi Tubuhmu Saat Jatuh Cinta’ secepat kilat mulai Leonna gulir-gulir ke bawah. Melompati kalimat bertele-tele yang sebenarnya adalah penjelasan penting untuk disimak para pembaca.
Tatapan Leonna lalu berhenti pada paragraf terakhir artikel. Sebuah paragraf dengan kata dimulai dari ‘kesimpulan’ tanpa pikir dua kali segera Leonna baca dengan teknik membaca skimming, atau apalah itu sebutannya. Leonna pun dengan suara lantang menyebut satu persatu isi dari paragraf tersebut.
“Kesimpulan dari reaksi yang terjadi saat seseorang sedang mabuk asmara, umumnya berupa; sensasi ketagihan dan euforia, pipi merah, jantung berdetak cepat, keringat dingin, pupil melebar, dan apa ini..? Terus memikirkan-NYA? Ugh, tidak mungkin. Artikel ini ternyata benar-benar tidak layak untuk dibaca!”
Leonna dengan wajah memerah kesal, serta merta beranjak menuju mesin pencarian Mbah Giggle. Ia lalu mengetik sesuatu yang sepertinya sudah lama berakar di memori hingga tidak perlu lagi bolak-balik memastikan kalau penulisannya itu benar atau tidak.
Halaman depan Mbah Giggle tidak ada tiga detik, kemudian menampilkan besar-besar tulisan GCD! alias ‘Giggle Curhat, Dong!’
“Tidak ada pilihan terbaik memang selain bertanya langsung di forum. Baiklah, hmm, aku... tidak, tidak. Lebih baik menggunakan kata ganti orang ketiga.”
Tanpa banyak cek-cok lagi, Leonna langsung Login.
Laman GCD! serta merta menampilkan profil Leonna dan berhubung Leonna ini sudah lama menjadi pengguna sejak duduk di bangku SMP, ditambah telah menjadi member VVIP karena keaktifannya itu, dengan jumlah pengikut mencapai hampir sepuluh juta pengguna dan rata-rata jumlah suka untuk setiap foto minimal satu juta lebih, jadi, setiap kali Leonna mengunggah sesuatu, biasanya langsung ada yang dengan sigap menanggapi.
Leonna pun mulai sibuk mengetikkan sesuatu sembari dengan lucu, bibirnya ikut komat-kamit menyebutkan satu patah per patah kata.
[ Lion.ME ] ‘Jadi, suatu hari temanku bercerita kalau jantungnya mendadak berdebar-debar kencang, pipinya memanas, dan dia menjadi agak gugup dan malu. Apa itu semacam suatu tanda kalau temanku mungkin terjangkit sebuah penyakit serius?’
KLIK!
PING! PING! PING!
“Woah, cepat sekali ternyata. Eh, apa ini?”
Tidak ada satu kedipan mata, tulisan yang baru saja diunggah Leonna dengan berisik membunyikan notifikasi tanpa jeda. Leonna dengan antusias lalu menggulir dan membaca komentar dari para pengguna lain yang mayoritas adalah pengikutnya itu.
Namun lagi-lagi, kerutan berlipat-lipat menghiasi dahi mulus Leonna. Iris birunya sontak menatap tajam layar laptop dengan sudut-sudut bibir yang menekuk curam.
^^^[ BuCinT_T ] ‘Apa kamu, maaf, maksudku temanmu itu merasakannya setelah bertemu atau bertatapan dengan lawan jenis?’^^^
[ Lion.ME ] ‘Ya, dia begitu setelah bertemu dengan sosok itu.’
^^^[ Add_Klinik.Hati ] ‘Tenang saja, kamu, ralat, temanmu itu baik-baik saja. Dia hanya terserang jatuh cinta, kekeke...’^^^
^^^[ JKiller ] ‘Kenapa harus pakai kata temanmu segala. Bilang saja itu dirimu, huh, dasar sombong!’^^^
^^^[ Kamoe_Celalu_diH4T1 ] ‘Kyaaa!!! Aku iri sekali denganmu Lion, semoga kisah cinta kalian berakhir bahagiaaa!!!’^^^
^^^[ Buk4nR0b0t ] ‘Segera tembak, Lion.ME! Jangan sampai menyesal!’^^^
^^^[ El_Goritmuach ] ‘Idiot! Jelas sekali itu jatuh + cinta + pada + pandangan + pertama\=LUV!’^^^
^^^[ Panda’Ganteng ] ‘Jika simtom temanmu itu terus berlanjut dan hanya terjadi ketika bersama dengan sosok itu, bisa disimpulkan kalau temanmu itu memang sedang jatuh cinta. Oh, dan jika dia mungkin sampai memimpikan sosok itu, sudah sangat jelas sekali. Temanmu itu menyukai sosok itu.’^^^
“AKHHH, respons macam apa ini? Benar-benar!”
Leonna memukul kencang meja bulat bernuansa putih dengan taplak bunga-bunga tersudut tidak rapi dan agak menjulur, menyentuh permukaan lantai berlapis karpet merah.
Kedua lengan kurus Leonna kemudian melipat lesu di atas meja. Wajah beningnya ia tenggelamkan di tengah-tengah lekukan lengan.
Leonna yakin betul, ia belum pernah sefrustrasi ini. Ditambah, ia betul-betul tidak paham, apa maksud dari semua komentar di forum GCD! yang telah lama dianggapnya sangat membantu bahkan untuk hal-hal unik, seperti meminta jawaban dari tugas matematika atau kedermawanan lainnya dari sesama pengguna.
“Ini pasti galat HTTP 404! Tidak mungkin banget pokoknya Leonna jatuh cinta sama cowok psikopat itu, Reid Cutler! Tidak, pokoknya!”
Laptop Leonna sepertinya harus tidur kedinginan lagi malam ini. Empu pemilik laptop, Leonna, dengan sadis meninggalkan begitu saja laptop, setelah gancang menekan tanda silang merah di kanan Mbah Giggle.
Meski bisa dikatakan agak beruntung, karena kali ini Leonna masih berbaik hati untuk sempat mematikan daya laptop dan tidak membiarkannya mati sendiri akibat kehabisan baterai pun terbuka lebar dengan layar hitam menganga, merutuki Leonna.
Debum tertahan tidak lama terdengar dari ranjang berseprai putih. Leonna mendarat bebas di atas ranjang.
Tubuh mungilnya kemudian menelungkup memunggungi atap, sembari menarik-narik kasar selimut untuk menutupi hingga hampir setengah wajah dan tidak ada lima menit, dengkuran halus menggema memenuhi ruangan.
Hari bahkan belum gelap sempurna. Namun, Leonna sudah lebih dulu pulas dalam tidurnya dan lebih membuat pusing kepala dengan sikap Leonna yang urakan dan agak—jorok.
Ya. Semoga saja malam ini Leonna mendapat balasan karena telah banyak menimbulkan ketidaknyamanan. Tidak hanya pada benda hidup, melainkan benda bisu sekali pun.
Macam sepasang sepatu kets putih yang terlantar memilukan, serta pakaian tidak steril yang tetap Leonna kenakan hingga menjadikan ranjang ukuran ‘king-nya’ sesak nafas semalaman.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments