Bab #3

Leonna berhenti mengetuk-ngetuk grogi ujung pulpen. Ia lalu beralih menatap bingung buku paket matematika di atas meja.

Tiga detik berlalu. Leonna pun refleks melotot ketika ia melihat pergelangan tangan berhiaskan sebuah jam tangan berwarna abu-abu tua sedang setengah terjulur dari atas sandaran kursi di depannya.

“Segera kembalikan saat sudah selesai.”

Reid berkata penuh penekanan. Ia lalu kembali duduk tegap membelakangi Leonna yang kini malah dengan bodohnya merah merona.

Akhirnya, setelah gadis Rusia itu lama terbengong-bengong. Ia kemudian menarik nafas panjang dan lalu membuka dengan teramat sangat lembut lembaran pertama buku paket matematika Reid. Dan, wow! Guratan rapi tulisan tangan Reid serta merta tersuguh.

‘Reid Cutler. Cutler—hm, tidak hanya rupanya saja yang menawan, tetapi namanya juga tidak bisa dielakkan, begitu berkarisma.’

Leonna pun berulang kali melontarkan pujian setiap kali lembar baru dibuka. Entah Reid yang tidak sadar, terlalu baik, rajin atau memang tidak peduli?

Namun, sangat jelas. Corat-coret sistematis berupa jawaban di halaman tugas-tugas yang diberikan guru bernama Bu Chatty itu, semuanya, tanpa ada satu langkah pun terlewati, telah Reid tulis di buku paketnya.

Hingga seorang Leonna yang memang notabenenya begitu lemah dalam pelajaran akademik. Apalagi kalau itu menyangkut hitung-hitungan. Kini harus dengan sekuat tenaga berusaha menenggelamkan jauh-jauh hasratnya untuk menyalin, bahkan seupil pun jawaban Reid.

KRIINGGGG!!!

Bel istirahat pertama berbunyi. Leonna yang baru saja hendak pergi menuju kafetaria terpaksa harus tidak jadi. Karena seperti di institusi lamanya dulu di Moskwa. Seluruh siswa-siswi di kelas bahkan beberapa dari kelas lain mendadak sudah berdesak-desakkan mengerubungi tempat duduk Leonna.

“Halo! Salam kenal, aku Pretha Isaiah.”

“Aku, Dave. Dave McGary.”

“Ah, ya. Leonna.”

Dua orang terdepan bernama Pretha, gadis bermata hijau dengan kulit cokelat gelap dan Dave, remaja tanggung laki-laki dalam balutan jaket denim biru, kaos putih polos, plus celana panjang hitam, menyapa ramah Leonna. Namun, belum sempat Leonna dan kedua teman barunya—mungkin—bercakap-cakap lebih lanjut, lautan manusia di belakang telah lebih dulu menggeser keduanya dari hadapan Leonna.

“Wah, Leonna! Kau beruntung sekali bisa duduk di belakang Reid!”

“Ya?”

Leonna menarik sudut-sudut bibirnya canggung. Seorang wanita dengan rambut kepang abu-abu, tidak tahu angin dari mana, tiba-tiba mengoceh kesal sambil membawa-bawa nama Reid. Ditambah, semakin menyebalkan lagi, makhluk sok kenal itu juga menyambungkan seenak bibirnya antara eksistensi Reid dan keberuntungan Leonna.

“Reid memang dingin. Tapi, ia sangat tampan dan jenius! Titel Pangeran Es memang benar-benar sangat pas untuk menggambarkannya!”

“Hei! Kau menyakiti perasaanku, tahu?!”

Leonna samar-samar memutar bola matanya jengkel. Kali ini seorang pria berkacamata bulat ikut bersungut-sungut mengomentari ucapan seorang gadis berlipstik ungu yang berdiri terlalu menghimpit tempat duduk Leonna.

“Tsk, aku bahkan rela dipoligami untuk jadi pacarnya...”

“Tidak mungkin Reid mau dengan makhluk jelek sepertimu!”

“Apa kau bilang?! Dasar..!” Dan... blah... blah... blah...

Percekcokan dengan topik utama Reid Cutler terus berlanjut, bahkan ketika bel tanda usainya istirahat berbunyi. Keributan membuat pening kepala Leonna itu pun baru berhenti, setelah seorang guru piket memergoki mereka karena belum beranjak menuju kelas masing-masing.

Sebab maklum, sistem SMA di Amerika Serikat itu, memilih dan mengatur jadwal subjek pelajaran yang mereka minati layaknya para mahasiswa di jenjang perkuliahan.

Namun, tentu, mereka harus tetap memenuhi kredit belajar tertentu untuk bisa ikut serta dalam ujian akhir dan memenuhi syarat penerima ijazah kelulusan.

‘Haa, ini akan jadi hari yang melelahkan.’

KRINGGGG!!!

“Baiklah, sampai di sini materi kita hari ini. Jangan lupa minggu depan untuk...”

Jam sudah menunjukkan pukul tiga lebih sedikit. Leonna buru-buru merapikan berbagai macam barang yang kini sudah menumpuk di atas mejanya. Sebab kebetulan, Leonna pada mata pelajaran ke empat tadi sempat berkenalan dengan manusia baik hati bernama Axle Bru.

Cowok itu saking dermawannya menemani Leonna ke kantor kurikulum saat jam istirahat kedua. Ia bahkan juga membantu Leonna membawakan lebih dari sepertiga buku-buku tebal itu dengan selamat dan tanpa cacat sampai ke dalam loker baru Leonna.

‘Hm, setelah ini. Makan malam, bersih-bersih dan istirahat!!!’

Leonna kemudian menarik cepat-cepat resleting tasnya. Ia dengan perasaan lega karena di dua mata pelajaran terakhir tidak dibebani oleh wujud Reid, serta merta bangun dari duduk. Ia lalu berjalan santai menuju pintu kelas sembari sesekali membalas ramah sapaan dari para siswa-siswi.

“Leonna, sampai ketemu besok ya!”

“Hati-hati di jalan!”

“Ah, ya. Baik, kalian juga.”

Leonna melangkah penuh semangat melewati lorong-lorong sekolah. Ia pun kian senang dan agak terharu ketika sudah dengan kilat berada di pelataran sekolah.

Kedua mata Leonna terus terus melayangkan binar cerah ke arah bunga-bunga mekar yang berada di sepanjang bahu jalan. Indra penciumannya ikut meresapi dalam-dalam sejuk angin sore dan baru saja ia seratus persen menapaki area luar sekolah, gerakan kakinya tiba-tiba terhenti.

‘Oh, iya. Foto! Harus foto dulu sebelum pulang.’

Jari-jemari Leonna beralih merogoh saku kardigan krem. Sebuah benda persegi alias ponsel, lalu Leonna posisikan miring dengan latar belakang gedung megah bangunan sekolah, pepohonan, dan sedikit banyak siswa-siswi yang tengah dengan santainya berjalan keluar dari gerbang sekolah.

KLIK!

“AKHH, oh?!”

Tubuh Leonna limbung dan hampir mencium jalanan berdebu, kalau tidak karena sebuah tangan yang sontak dengan sigap menahan pinggang kecilnya.

Leonna mengerjap dua, tiga, empat, lima kali. Semburat kemerahan kemudian bersemi dari pipi, telinga, hingga leher belakang Leonna. Tampak potret wajah kelewat familier dalam balutan mata setajam elang yang terpaut sangat dekat dengan wajah Leonna tengah terdiam kaku.

Entah, Leonna harus menganggap pengendara sepeda motor ugal-ugalan tadi sebagai pembawa sial atau keberuntungan. Rupa menawan makhluk bernama Reid untuk ke sekian kalinya berhasil membuat jantung Leonna berdentum-dentum heboh.

Terlebih, tidak tahu sihir macam apa yang telah menjerat Leonna maupun Reid. Keduanya kini malah hanyut dalam kilau cerah dari iris sosok di depan mereka masing-masing.

“W-woah, lihat mereka!”

“I-itu—REID?!!”

Hingar-bingar para murid di belakang Reid dan Leonna, membuat aktivitas tatap-menatap mereka mendadak terhenti. Reid yang gelagapan dengan kasar melepas lengannya dari lingkaran pinggang ramping Leonna.

“Tsk! Apa kau sudah bosan hidup?! Benar-benar, idiot ini.”

“A-apa? Idiot?!” Leonna melempar tatapan nyalang mendengar kalimat tanpa saring Reid.

“Berhenti melamun! Kau akan mati muda jika terus begini!”

“H-hei, tunggu! Tsk, lidahnya tajam sekali. Aku bahkan jadi lupa kan untuk mengucapkan terima kasih. Ah, masa bodoh! Lagi pula orang seperti dia mana layak mendapat ucapan terima kasih. Dasar jelek!”

Leonna menghentak-hentakkan kaki jenjangnya kesal. Punggung lebar Reid dengan tanpa sopan santun sudah lama menjauh dan tidak ada lima detik kemudian, hilang di belokan bersama si sepeda merah hitam yang dikayuhnya. Leonna pun menghembuskan nafas kasar. Ia lalu melangkah buru-buru menuju halte bis.

‘Cih, makhluk itu?! Tapi, ehm... ada apa dengan detak jantungku seharian ini? Wajahku juga, kenapa selalu tiba-tiba panas begini? Apa aku demam?’

.

.

Bersambung...

 

Episodes
1 Bab #1
2 Bab #2
3 Bab #3
4 Bab #4
5 Bab #5
6 Bab #6
7 Bab #7
8 Bab #8
9 Bab #9
10 Bab #10
11 Bab #11
12 Bab #12
13 Bab #13
14 Bab #14
15 Bab #15
16 Bab #16
17 Bab #17
18 Bab #18
19 Bab #19
20 Bab #20
21 Bab #21
22 Bab #22
23 Bab #23
24 Bab #24
25 Bab #25
26 Bab #26
27 Bab #27
28 Bab #28
29 Bab #29
30 Bab #30
31 Bab #31
32 Bab #32
33 Bab #33
34 Bab #34
35 Bab #35
36 Bab #36
37 Bab #37
38 Bab #38
39 Bab #39
40 Bab #40
41 Bab #41
42 Bab #42
43 Bab #43
44 Bab #44
45 Bab #45
46 Bab #46
47 Bab #47
48 Bab #48
49 Bab #49
50 Bab #50
51 Bab #51
52 Bab #52
53 Bab #53
54 Bab #54
55 Bab #55
56 Bab #56
57 Bab #57
58 Bab #58
59 Bab #59
60 Bab #60
61 Bab #61
62 Bab #62
63 Bab #63
64 Bab #64
65 Bab #65
66 Bab #66
67 Bab #67
68 Bab #68
69 Bab #69
70 Bab #70
71 Bab #71
72 Bab #72
73 Bab #73
74 Bab #74
75 Bab #75
76 Bab #76
77 Bab #77
78 Bab #78
79 Bab #79
80 Bab #80
81 Bab #81
82 Bab #82
83 Bab #83
84 Bab #84
85 Bab #85
86 Bab #86
87 Bab #87
88 Bab #88
89 Bab #89
90 Bab #90
91 Bab #91
92 Bab #92
93 Bab #93
94 Bab #94
95 Bab #95
96 Bab #96
97 Bab #97
98 Bab #98
99 Bab #99
100 Bab #100
101 Bab #101
102 Bab #102
103 Bab #103
104 Bab #104
105 Bab #105
106 Bab #106
107 Bab #107
108 Bab #108
109 Bab #109
110 Bab #110
111 Bab #111
112 Bab #112
113 Bab #113
114 #Bab 114
115 Bab #115
116 Bab #116
117 Bab #117
118 Bab #118
119 Bab #119
120 Bab #120
121 Bab #121
122 Bab #122
123 Bab #123
124 Bab #124
125 Bab #125
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Bab #1
2
Bab #2
3
Bab #3
4
Bab #4
5
Bab #5
6
Bab #6
7
Bab #7
8
Bab #8
9
Bab #9
10
Bab #10
11
Bab #11
12
Bab #12
13
Bab #13
14
Bab #14
15
Bab #15
16
Bab #16
17
Bab #17
18
Bab #18
19
Bab #19
20
Bab #20
21
Bab #21
22
Bab #22
23
Bab #23
24
Bab #24
25
Bab #25
26
Bab #26
27
Bab #27
28
Bab #28
29
Bab #29
30
Bab #30
31
Bab #31
32
Bab #32
33
Bab #33
34
Bab #34
35
Bab #35
36
Bab #36
37
Bab #37
38
Bab #38
39
Bab #39
40
Bab #40
41
Bab #41
42
Bab #42
43
Bab #43
44
Bab #44
45
Bab #45
46
Bab #46
47
Bab #47
48
Bab #48
49
Bab #49
50
Bab #50
51
Bab #51
52
Bab #52
53
Bab #53
54
Bab #54
55
Bab #55
56
Bab #56
57
Bab #57
58
Bab #58
59
Bab #59
60
Bab #60
61
Bab #61
62
Bab #62
63
Bab #63
64
Bab #64
65
Bab #65
66
Bab #66
67
Bab #67
68
Bab #68
69
Bab #69
70
Bab #70
71
Bab #71
72
Bab #72
73
Bab #73
74
Bab #74
75
Bab #75
76
Bab #76
77
Bab #77
78
Bab #78
79
Bab #79
80
Bab #80
81
Bab #81
82
Bab #82
83
Bab #83
84
Bab #84
85
Bab #85
86
Bab #86
87
Bab #87
88
Bab #88
89
Bab #89
90
Bab #90
91
Bab #91
92
Bab #92
93
Bab #93
94
Bab #94
95
Bab #95
96
Bab #96
97
Bab #97
98
Bab #98
99
Bab #99
100
Bab #100
101
Bab #101
102
Bab #102
103
Bab #103
104
Bab #104
105
Bab #105
106
Bab #106
107
Bab #107
108
Bab #108
109
Bab #109
110
Bab #110
111
Bab #111
112
Bab #112
113
Bab #113
114
#Bab 114
115
Bab #115
116
Bab #116
117
Bab #117
118
Bab #118
119
Bab #119
120
Bab #120
121
Bab #121
122
Bab #122
123
Bab #123
124
Bab #124
125
Bab #125

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!