Alice'S Love Story

Alice'S Love Story

Hari Pertama Menjadi Murid SMA

Hari itu langit begitu cerah dan matahari kembali menyinari bumi, memberikan kehangatan bagi semua makhluk ciptaan-Nya.

Seorang gadis kecil bernama Alice Berliana Wijaya tengah mengayuh sepeda. Butiran peluh nyaris membanjiri seluruh kening dan pelipisnya.

Alice sudah meninggalkan rumahnya sejak pukul enam pagi, gadis kecil itu bergegas berangkat ke sekolah karena hari ini adalah hari pertama ia memulai statusnya sebagai murid SMA.

Alice merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri bernama Calvin Wijaya dan mendiang Clara Wijaya. Sejak berusia sepuluh tahun, ia hanya dibesarkan oleh ayahnya karena ibunya sudah lama meninggal akibat penyakit kanker yang diderita.

Gadis itu memiliki postur tubuh mungil dengan tinggi badan 150 cm, hidung mancung, mata sipit, kulit kuning langsat, rambut panjang sebahu dan memiliki tahi lalat di sudut mata sebelah kanan. Sepintas wajah gadis itu seperti boneka barbie memiliki jiwa dan bisa bergerak.

Kini ia sudah berada di depan gerbang sekolah, tanpa sadar lidahnya berdecak karena mengagumi bangunan tinggi kokoh di depannya. Bangunan sekolah itu begitu luas, bagus dan menjadi salah satu SMA favorit nomor dua di ibu kota. Alice beruntung menjadi murid kesekian yang berhasil masuk kesana meskipun nilai ujiannya pas-pasan.

Alice memarkirkan sepedanya di parkiran khusus murid SMA, ia berjalan memasuki gerbang sekolah dan mengedarkan pandangan ke segala arah, mencari kelasnya karena ini pertama kalinya gadis kecil itu memasuki kawasan sekolah, membuatnya kebingungan. Ia melihat seorang murid laki-laki dan memberanikan diri bertanya pada murid tersebut.

"Permisi kak, ruang kelas 1B dimana?"

"Kamu tinggal lurus saja, setelah itu belok kiri. Nanti di depan pintu ada tulisan 1B. Itu ruang kelasnya," ucap murid laki-laki itu yang tak lain adalah Darren. Ia menjelaskan dengan detail agar Alice tidak kesasar.

"Makasih kak," Alice tersenyum lembut kepada murid itu.

Alice mengikuti petunjuk yang diberikan murid itu.

"Nah ini ruang kelasnya."

Alice menunjuk sebuah bangunan berwarna cat putih abu. Ia berjalan masuk dan memilih bangku kosong tepat berada di barisan terdepan. Disana sudah ada seorang murid perempuan berpakaian biru putih seperti dirinya. Perlahan-lahan ia duduk dibangku kosong disamping gadis remaja itu.

"Permisi, kursi ini masih kosong kan?" tanya Alice sopan.

"Kosong, loe duduk aja disitu gak akan ada yang marah," ucap gadis remaja itu.

"Oh, oke!"

"Asal sekolah mana?" ucap gadis yang duduk disamping Alice.

"SMP Merah Putih."

"Hebat, loe bisa masuk SMP favorit di Jakarta. Gue dulu gak keterima karena nilai kurang satu angka. Kan ngeselin banget tuh."

"Biasa aja kok," kali ini Alice merubah bahasanya menggunakan bahasa non formal.

"Oh iya, kita belum kenalan. Kenalin, nama gue Elva," gadis itu menyodorkan tangannya ke arah Alice.

"Nama gue Alice, panggil aja Ice," Alice menjabat tangan gadis itu.

"Loe emang lulusan mana, Va?" kini giliran Alice yang bertanya.

"SMP Kamboja."

Saat mereka asyik mengobrol tiba-tiba masuk seorang murid perempuan. Berwajah cantik, tinggi dan berkulit putih bersih.

"Halo, selamat pagi," sapa gadis itu.

"Perkenalkan, nama saya Ava. Selama satu minggu kedepan akan menjadi penanggung jawab kalian sampai kegiatan MPLS selesai."

"Untuk sesi pertama, kita akan berkenal dulu. Saya akan mengabsen satu satu."

Satu per satu murid tersebut maju ke depan dan memperkenalkan diri. Sesi pertama dilalui oleh mereka dengan penuh semangat.

Bunyi bel istirahat berbunyi.

"Kalian boleh istirahat, setengah jam kemudian kumpul lagi di kelas karena kegiatan selanjutnya akan diisi oleh ketua panitian MPLS."

"Baik kak," ucap semua murid bersamaan.

Gadis itu berjalan keluar, menuju sebuah ruangan khusus yang diperuntukan bagi panitia MPLS.

"Melelahkan!" ucap gadis yang bernama Ava.

"Kelas loe gimana Va, aman?" tanya teman sekelasnya.

"Aman, kalo yang cowoknya sama aja sering rusuh."

Ava membuka segel air mineral berukuran 300 ml.

"Udah biasa itu."

Seorang murid laki-laki masuk ke dalam ruang kelas, Ava dan temannya menghentikan sejenak percakapan mereka.

"Airon!" panggil Ava.

Airon acuh dan terus berjalan ke arah kursi kosong.

Ava tak menyerah, ia mengikuti laki-laki itu.

"Habis istirahat, loe kebagian kasih paparan dikelas gue," Ava membuka percakapan.

"Iya, gue tau!" jawab Arion singkat.

"Loe gak ambil minum?"

"Gue udah minum tadi diluar," Arion membuka buku novel yang ia pinjam dari perpustakaan.

"Loe suka juga baca novel itu?" tanya Ava.

"Hu'um.

"Ih, Airon! Loe kok ngejawabnya singkat mulu." Ava kesal karena laki-laki itu hanya menjawab singkat.

"Gue mau sendiri jadi please pergi dari sini!"

"Tapi....

"Kalo loe gak mau pergi, biar gue yang keluar!"

Arion menutup kembali novelnya dan berjalan keluar kelas.

"Arion, sampai kapanpun bakal gue kejar loe!"

***

Setelah jam istirahat selesai, para murid baru berbondong-bondong masuk ke dalam kelas.

Alice dan Elva sedang asyik mengobrol dengan teman-teman yang lain. Mereka berasal dari berbagai sekolah namun disatukan dalam wadah yang sama.

"Udah kumpul semua?" tanya Ava.

"Udah kak," jawab mereka serempak.

"Sesuai dengan janji kalo sesi kedua ini kelas kita kedatangan tamu spesial dari, dia merupakan ketua panitia sekaligus wakil ketua OSIS SMA Merah Putih. Mari kita persilahkan saja untuk kakak tampan disana masuk ke dalam kelas."

Seketika ruang kelas yang sepi menjadi ramai, seluruh murid perempuan kelas 1B terpesona oleh penampilan memukau kakak senior mereka.

Laki-laki itu memiliki postur tubuh tinggi, berkulit putih, mata sipit, hidung mancung dan alis tebal.

"Ih, ganteng banget sih."

"Iya, kayaknya artis deh."

"OMG, ganteng banget!"

"Target gue nih."

Dan masih banyak lagi ragam komentar yang terucap dari murid perempuan kelas 1B.

Alice sendiri gimana? Jangan ditanya, ia malah paling syok diantara murid yang lain. Matanya langsung melongo, mulut terbuka lebar dan tangannya meremaas tangan Elva dengan kuat.

"Ice, tangan gue!" rintih Elva.

"Eh sorry Va."

"Hati-hati, lalat bisa masuk kalo mulut loe terbuka begitu," goda Elva.

"Gak lucu Va."

"Lagian loe syok sampai segitunya. Kayak belom pernah lihat cowok ganteng."

"Yang ganteng banyak tapi ini beda Va."

"Cowok tuh semuanya sama aja Ice."

"Sst!" Elva menutup mulutnya dengan jari telunjuk.

"Jangan berisik, nanti gege tampan ini kabur loh," canda Elva.

"Ya udah, kita minta gege tampan ini untuk menyampaikan materi MPLS, gimana?"

"Setuju!"

"Setuju banget kak!" ucap Alice.

Gadis kecil itu terlihat lebih antusias diantara murid yang lain. Airon hanya memandang sinis ke arah Alice.

Dengan penuh pesona, Airon menyampaikan materi seputar visi misi OSIS SMA Merah Putih, rencana kerja dan kegiatan yang berkaitan dengan kesiswaan. Semua murid antusias mendengarkan paparan dari kakak senior tampan dihadapan mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!