Malam Keakraban SMA Merah Putih

Happy reading 🤗

Alice mengerjapkan matanya saat sinar mentari menerobos masuk diantara celah gorden yang sedikit tersingkap, secara refleks tangannya menutupi wajah. Ia bersandar di headboard ranjang berukuran 120×200.

Kamar itu tidak terlalu luas namun cukup nyaman bagi Alice. Ia mendekor ruang kamarnya mirip seperti kamar tidur seorang putri di dalam dongeng. Kamar tersebut berukuran 3×3 diisi dengan furnitur bergaya klasik seperti kamar seorang putri. Meja nakas dan lemari berornamen lengkung serta ranjang dengan headboard tiang, penambahan kanopi dan kelambu berwarna merah muda semakin menambah kesan manis.

Semua furnitur dan aksesoris kamar berwarna merah muda, mulai dari sprei, kelambu, warna cat dinding dan karpet. Sepulang sekolah, ia akan menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar sebab itulah Alice menginginkan kamarnya terasa nyaman.

Alice turun dari ranjang mendekati jendela kamar, perlahan-lahan membuka tirai gorden. Sang mentari sudah mulai tersenyum dibalik awan, malu-malu ia menampakan sinarnya.

"Selamat pagi mentari," sapa gadis kecil seraya melakukan peregangan ringan.

Gadis itu memposisikan kedua tangan selebar bahu dan menyatukan kedua tangan di atas kepala, secara perlahan mencondongkan badan ke sisi kanan dan kiri secara bergantian. Gerakan singkat ini terbukti mengurangi nyeri dan meringankan stres.

"Alice, bangun nak," panggil Ayah Calvin dari balik pintu.

"Ya Ayah, Alice udah bangun," sahut gadis kecil itu.

Jemari lentiknya membuka pengunci jendela dan semilir udara di pagi hari masuk ke ruanga kamar Alice. Ia menghirup napas panjang dan dalam, menikmati betapa sejuknya udara pagi hari. Sangat jarang gadis kecil itu menghirup sejuknya udara pagi, semenjak bertemu Airon kebiasaannya berubah 180°. Ia rajin bangun pagi dan jarang terlambat sekolah. Dulu saat masih SMP, hampir setiap hari bangun siang jika ayahnya tidak membangunkan maka ia akan terus bergelung dibalik selimut hingga matahari berdiri tepat di atas kepala, namun kini kebiasaan buruk itu ditinggalkan.

"Alice," teriak Ayah Calvin.

"Baik, Ice segera turun."

Gadis kecil itu berjalan ke dalam kamar mandi dan melakukan ritual paginya dengan perasaan bahagia.

Setengah jam berlalu dan ia sudah selesai bersiap, lama gadis itu menatap seragam putih abu yang menggantung di lemari pakaian. Ini merupakan hari pertama ia resmi menjadi murid SMA Merah Putih.

Alice mengenakan seragam putih dan bawahan rok selutut berwarna abu lengkap dengan dasi. Ia berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya di sana seraya memoleskan bedak dan lipgloss tipis pada bibirnya.

Suara ketukan pintu menghentikan kegiatannya, ia bergegas mengambil tas ransel, memasukan semua buku, kotak pensil dan ponsel ke dalam tas. Gadis kecil itu menuruni anak tangga, menghampiri ayahnya di dapur.

"Selamat pagi Ayah," sapa Alice.

Di dapur, Ayah Calvin sedang sibuk meracik bumbu nasi goreng. Ia mengupas bawang, mengiris cabai menjadi potongan kecil dan mengeluarkan dua butir telur dari dalam lemari es. Semua bumbu dihaluskan kemudian ditumis ke dalam sebuah wajah panas yang sudah dituangi minyak terlebih dahulu. Dua puluh menit berlalu, kini nasi goreng buatan Ayah Calvin sudah siap disantap.

"Ehm, aroma nasi goreng buatan ayah sungguh enak," puji Alice.

"Kamu bisa saja, sudah sini sarapan. Setelah itu ayah antarkan kamu ke sekolah."

"Baik Ayah!" ucap Alice.

Kemudian Alice menghabiskan nasi goreng buatan ayahnya, setelah itu Ayah Calvin mengantarkan anaknya ke sekolah menggunakan sepeda motor.

Hari ini merupakan hari pertama Alice menimba ilmu di sekolah baru, kini ia sudah resmi menjadi murid SMA Merah Putih. Seminggu lebih ia menjalani Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau Masa Orientasi Siswa. Banyak wawasan ia dapatkan dari para guru yang terlibat dalam susunan kepanitiaan penerimaan murid baru. Walaupun kecerdasan gadis kecil itu rata-rata namun ia masih mampu memahami setiap materi yang disampaikan apalagi saat sang idola, Airon Tan memperkenalkan visi dan misi OSIS semua materi bisa dikuasai hanya dalam hitungan jam.

Saat Alice tiba, bel sekolah berbunyi, beberapa murid berlarian sebelum pintu gerbang ditutup. Alice turun dari motor, ia setengah berlari menuju gerbang, tepat satu detik kemudian pintu gerbang tertutup.

"Hufh, nyaris aja telat. Kalau tadi gue gak lari bisa dipanggil guru BK karena hari pertama sekolah malah telat."

Napas Alice terengah-engah, badan membungkuk dan tangan menyentuh lutut. Ia mengumpulkan kembali oksigen dalam paru-paru sebelum melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas.

"Ice, kenapa badan loe lemas?" tanya Elva.

"Gue hampir telat. Untung punya jurus ninja jadi bisa sampai pintu gerbang tepat waktu."

"Jurus ninja apa?"

"Jurus ninja itu lari sekencang-kencangnya."

"Ngaco loe!" ucap Elva seraya memukul Alice menggunakan buku catatan.

"Besok pagi loe jadi ikut makrab sekolah?"

"Jadi, gue udah izin ke ayah."

"Syukurlah, gue kira gak jadi."

"Gila aja loe, kesempatan bertemu Kak Airon gak bakal gue sia-siakan."

Ditengah keseruan Alice dan Elva berbincang seorang guru mata pelajaran masuk ke dalam kelas dan kegiatan belajar mengajar dimulai.

Gadis itu begitu serius mendengarkan materi yang disampaikan, sesekali tangannya menuliskan catatan penting ke sebuah lembaran kertas berwarna putih.

***

|| Sabtu Pagi ||

Seorang gadis kecil sedang mempersiapkan semua keperluannya untuk mengikuti acara makrab (malam keakraban) yang diadakan oleh pihak sekolah.

Makrab atau malam keakraban merupakan sebuah serangkaian acara dari pengenalan sekolah bagi murid baru dengan tujuan untuk mengakrabkan sesama murid baru dan juga para senior atau kakak kelas.

Alice dan teman-temannya sesama murid baru pada sabtu pagi sudah berkumpul di sekolah. Mereka didampingi panitia MPLS dan beberapa guru berkumpul di sebuah lapangan khusus yang akan digunakan untuk acara makrab nanti.

Sebelum acara makrab dimulai, Bapak Kepala Sekolah memberikan nasihat dan tata tertib selama acara berlangsung. Beliau mengharapkan agar kegiatan ini memberikan manfaat bagi seluruh murid baru SMA Merah Putih dan tidak lupa selalu menjaga nama baik sekolah di manapun berada. Airon Tan selaku ketua panitia membuka acara dan kegiatan makrab dimulai.

Semua murid kembali ke kelas, mereka diberikan kesempatan untuk meletakan barang bawaan dan beristirahat sejenak.

"Jangan lupa, persiapkan dua orang untuk mewakili kelas ini dalam ajang pentas seni nanti malam," ucap Ava kakak senior yang bertanggung jawab mengawasi murid kelas 1B.

"Berikan performa terbaik kalian karena akan ada kelas terpilih untuk menjadi juara," timpalnya.

"Saya akan memberikan kalian kesempatan untuk berdiskusi selama dua puluh menit."

Ava duduk di kursi guru menunggu adik kelasnya berdiskusi menentukan siapa yang akan mewakili kelas 1B dalam event pentas seni nanti. Gadis itu membuka ponselnya dan memainkannya di bawah meja.

"Siapa mau maju mewakili kelas kita?"

"Gue gak mau."

"Gue juga."

"Gue malu, kalau harus tampil di depan banyak orang."

"Ice, gimana kalau loe aja? Rasa percaya diri loe tinggi dan pemberani juga."

"Benar, loe aja deh."

"Eh, tapi gue mau menampilkan apa?"

"Loe bisa nyanyi?"

"Nyanyi doang sih, bisa gue!"

"Ya udah, loe nyanyi dan gue main gitar. Kebetulan gue jago main gitar," timpal Elva.

"Oke, jadi deal ya Alice dan Elva tampil malam ini," ujar ketua kelas.

"Kak!" seru ketua kelas.

"Iya, bagaimana?"

"Kita udah sepakat bahwa Alice dan Elva akan mewakili kelas."

"Hah?"

to be continued....

.

.

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya Kak. ❣

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!