Banyak Jalan Menuju Airon

Ava membelalakan mata sempurna, gadis itu ragu pasalnya Alice selama MPLS menurutnya tidak memiliki kemampuan apapun jadi ia sangsi jika Alice bisa mewakili kelas dalam ajang pentas seni nanti malam.

"K-kalian serius?" tanya Ava ragu.

"Kakak meragukan kemampuan Alice? Kalau begitu, kelas kita tidak usah tampil," dengus Elva kesal.

"B-bukan begitu," ucap Ava terbata-bata.

"Lantas?"

Ava menarik napas dalam sebelum meneruskan kalimatnya " baik, jika kalian sudah setuju nanti malam kelas kita diwakili oleh Alice dan Elva."

"Alice dan Elva, persiapkan diri kalian. Tampilkan sesempurna mungkin," ucap Ava sebelum berlalu meninggalkan ruang kelas 1B.

Malam haripun tiba, sang mentari sudah beranjak kembali ke peraduan dan sinarnya kini telah tergantikan oleh sinar rembulan. Sinarnya terang menyinari alam semesta.

Seluruh murid baru SMA Merah Putih sudah berkumpul di lapangan bola belakang sekolah. Mereka duduk menurut kelas masing-masing mengelilingi api unggun.

Satu per satu murid baru menampilkan performa kelas dan kini giliran kelas 1B maju ke depan.

"Halo teman-teman, kenalin nama gue Alice dan ini Elva. Kita berdua mewakili kelas 1B."

"Ehm, gue akan bawain sebuah lagu khusus untuk seseorang. Semoga dia suka dengan lagu ini."

Terdengar suara petikan gitar yang indah memecah keheningan. Tampak Alice menyanyi dengan suara merdu dan petikan gitar indah dari jemari lentik Elva. Semua peserta dan panitia yang hadir terpesona dengan bakat mereka berdua.

Alice menyanyikan sebuah lagu khusus untuk orang yang ia sukai, yaitu Airon Tan yang berjudul "Diam-Diam Suka" dari girl band Cherrybelle.

Airon terpukau dengan penampilan gadis itu, matanya tak berkedip sedikitpun, ia merasa lagu itu dipersembahkan khusus untuknya tanpa disadari sudut bibirnya terangkat.

"Ron, gue perhatiin tatapan mata adik kelas kita mengarah ke loe terus. Jangan-jangan, lagu itu khusus untuk loe!"

"Loe dan gadis kecil itu, udah jadian?"

"Sembarangan kalo ngomong!" Airon memukul pundak temannya dengan keras.

"Jangan sampai tersebar gosip, kalo sampai terjadi gue tantang loe di lapangan basket!" ancam Airon.

"Cih, mentang-mentang jago basket loe nantangin kaum lemah," ucap teman Airon sinis.

Airon mengangkat kedua bahu dan berlalu meninggalkan temannya.

Baru saja lima langkah Airon meninggalkan lokasi, dari kejauhan ia mendengar namanya dipanggil, seketika semua mata tertuju padanya.

"Lagu ini khusus gue persembahkan untuk Kak Airon," itulah sepenggal kalimat yang ia dengar.

Cukup singkat namun mampu membuat wajah Airon memerah laksana udang rebus, ia malu karena baru pertama kali ada seorang gadis terang-terangan menyatakan perasaannya di depan umum lewat sebuah lagu.

Terdengar jerit histeris memenuhi lapangan bola tempat berkumpulnya seluruh murid baru dan panitia, sebagian mencibir dan sebagian lagi mendukung Alice untuk maju mengejar Airon.

"Dia anak baru tapi udah berani mengejar idola gue!" ucap salah satu panitia.

"Sialan, ternyata gadis bo*oh ini mengejar Airon juga. Gue mesti waspada terhadap rubah betina ini," ucap Ava dalam hati.

Ava mengepalkan tangan dan membusungkan dada. Ia sudah mulai menyusun strategi untuk mengibarkan bendera perang dalam merebut cinta dan perhatian Airon.

"Kita liat aja, siapa yang akhirnya Airon pilih!" tantang Ava.

"Aku harap Kak Airon menyukai lagu yang baru saja dinyanyikan. Terima kasih semua," Alice mengakhiri penampilannya malam itu.

***

Semenjak kejadian itu, hampir semua murid SMA Merah Putih mengetahui bahwa saat ini Alice Berliana Wijaya sedang mendekati Airon.

Reaksi Airon sama sekali tidak berubah, ia tetap menunjukan sikap acuh dan terkesan masa bodo jika bertemu Alice.

Airon merupakan salah satu atlet basket di sekolah. Sejak duduk di bangku SMP sudah berkecimpung di dunia basket, banyak mengikuti turnamen dan berhasil membawa tim basket sekolah merebut gelar juara dalam ajang Turnamen IBL Cup jadi tak heran jika ia menjadi idola sekolah. Bahkan di sekolah, salah satu fans Airon membentuk sebuah fans club khusus beranggotakan murid perempuan yang mengidolakan pria itu.

Setiap tahun ajaran baru, semua organisasi di sekolah merekrut anggota baru begitupun dengan ekstrakulikuler basket.

"Ron, loe bantuin gue mempromosiin eksul basket di kelas 1B." ucap Darren seraya merapikan tumpukan formulir di atas meja ruang ekskul basket.

Rencananumya hari ini Darren akan datang ke kelas 1B mempromosikan ekskul basket dan menyebarkan formulir untjk murid baru dan ia meminta Airon menemaninya.

"Kenapa mesti gue sih!" sentak Airon.

"Karena semua anggota sibuk dan cuma loe yang luang," jawab Darren sekenannya.

"Ya udah, ayo jalan. Gue udah minta izin Bu Siksa dan beliau mempersilakan."

Airon membantu Darren membawa tumpukan formulir pendaftaran. Mereka berjalan menyusuri koridor sekolah. Posisi kelas 1B berada persis di sebelah koperasi dan tak jauh dari ruang ekskul basket berjarak sekitar lima puluh meter.

"Halo, selamat siang," sapa Darren setelah ia sampai di ruang kelas yang dituju.

Suasana riuh seketika tenang dan hening, tidak ada satu orang pun yang berani berbicara saat melihat sosok murid laki-laki tak kalah tampan dari Airon. Bisa dikatakan pria itu merupakan saingan berat sang idola.

"Wuih, ganteng banget."

"Gak kalah ganteng dari Kak Airon."

"Kalo Kak Airon susah dideketin, mending gue deketin kakak itu aja."

"Ice, bukannya itu Kak Darren!" tanya Elva memastikan.

"Bener, itu sepupunya Kak Airon," jawab Alice setengah berbisik.

"Udah, dengerin dulu Kak Darren mau ngomong apa."

"Boleh minta waktu sebentar?"

"Lama juga boleh kak," jawab seorang murid perempaun berambut panjang.

"Hu..." teriak murid sekelas secara bersamaan.

"Baiklah, sebelumnya perkenalkan nama aku Darren Tan," ucap Darren sembari menunjukan senyum.

Darren memiliki mata kecil mungil, tinggi badan 175 cm, hidung mancung dan berkulit kuning langsat. Memiliki paras tampan nan rupawan.

"Di sebelahku adalah...."

"Kak Airon Tan," ucap Alice secara lantang.

"Hu...."

"Ice, loe langsung peka kalo ada Kak Airon," goda ketua kelas 1B.

Darren hanya tersenyum namun karena memiliki mata sipit saat ia tersenyum kedua matanya seolah-olah hilang tertutupi kelopak mata.

"Kami kesini ingin mempromosikan ekstakurikuler basket dan Kak Airon akan menjelaskan dulu visi misi organisasi. Kepada Kak Airon, dipersilakan."

Sementara Airon menjelaskan visi dan misi organisasi basket, prestasi yang sudah diraih serta susunan keanggotaan, Darren berkeliling membagikan formulir pendaftaran.

Alice mendengarkan semua penjelasan Airon dengan serius tanpa menoleh ke samping kanan maupun ke samping kiri, bahkan saat Darren membagikan formulir pemdaftaran, matanya masih fokus menatap ke arah Airon.

"Bagi teman-teman yang ingin bergabung dengan tim basket, boleh langsung isi formulir pendaftaran. Kita akan mulai berlatih minggu depan, pada hari minggu pukul delapan pagi. "

"Ice, loe mau ikut tim basket?" bisik Elva.

"Iya, kan Kak Airon ikut ekskul basket," jawab Alice. Tangannya masih sibuk menulis setiap keterangan yang tertulis di formulir pendaftaran.

"Loe serius?"

"Serius, sejak kapan gue main-main. Gue udah putuskan mengejar Kak Arion, jadi gak bisa setengah-setengah dalam melancarkan aksi pendekatan."

Alice memasang wajah serius, sorot mata tajam dan membuat Elva merinding.

"Ice, gue jadi merinding liat sorot mata loe!"

Alice tak menghiraukan ucapan Elva, ia kembali mengisi formulir pendaftaran agar bisa bergabung bersama tim basket dan semakin dekat dengan Airon.

bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!