Sejak pertemuan pertama dengan Airon membuat Alice semakin bersemangat pergi ke sekolah.
Pagi-pagi sekali gadis itu sudah bersiap dengan seragam putih biru miliknya. Selama masa MPLS seluruh murid baru diwajibkan memakai seragam sekolah asal sebelum akhirnya mereka diperbolehkan memakai seragam putih-abu.
"Ice, tumben jam segini kamu sudah bangun nak," ucap Ayah Calvin saat ia berjalan ke dapur untuk mencuci piring kotor.
"Iya ayah, Ice tidak ingin terlambat. Nanti tidak diperbolehkan masuk kelas jika telat."
"Wah, ada kemajuan nih anak ayah," puji Ayah Calvin.
"Harus dong, kan sudah masuk SMA jadi harus berubah."
Alice mengambil alih tugas ayahnya mencuci piring sementara itu Ayah Calvin menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Kamu mau makan apa untuk sarapan?"
"Terserah ayah aja," Alice masih sibuk membilas piring kotor.
Ayah Calvin membuka lemari es, mengecek stock makanan yang tersedia di dalam lemari es.
"Ayah buatkan omlet dan roti isi selai stawberry, mau?"
"Boleh."
Kemudian pria paruh baya itu menyiapkan semua bahan dan mengolahnya
***
Tepat pukul tujuh, Alice dan teman-teman sesama murid baru sudah berbaris di tengah lapangan. Seluruh murid kelas 1 mulai dari kelas 1A sampai dengan kelas 1C diminta berkumpul di lapangan sekolah.
Pagi itu kelas A sampai kelas C akan mendengarkan sambutan dari kepala sekolah, mereka akan diberikan beberapa wejangan selama mengikuti kegiatan MPLS.
Alice berdiri dibarisan paling depan, ia sengaja memilih barisan itu agar bisa menatap dengan jelas wajah Airon. Matanya tak berkedip saat melihat kakak seniornya berdiri dengan gagah di belakang tubuh bapak kepala sekolah. Walaupun terhalang tubuh pria itu namun Alice bisa dengan jelas melihat keindahan ciptaan Tuhan di dahapannya.
"Omo!" ucap Alice dalam hati.
"Ice, jangan lupa berkedip," Elva mencolek lengan Alice.
"Elva, diam! Nanti kita kena tegur," ucap Alice lirih tanpa memindahkan pandangan matanya dari sosok Airon.
Setengah jam berlalu, kini saatnya semua murid kembali ke ruang kelas. Alice beserta murid lainnya bergantian memasuki ruang kelas dengan tertib.
"Ice, loe serius menyukai Kak Airon?" tanya Elva saat keduanya sudah duduk di bangku.
"Iya emang kenapa? Gak ada larangan kan kalo gue menyukai Kak Airon?"
"Ya gak sih tapi loe harus bersaing dengan murid perempuan lain untuk menaklukan hatinya."
"Itu urusan gampang, gue akan buktikan bahwa Ice akan menjadi murid pertama yang dikenal oleh Kak Airon," ia membusungkan dadanya ke depan.
"Jangan terlalu percaya diri, ditolak tahu rasa loe," ucap teman Alice yang duduk dibelakang kursi mereka.
"Sialan loe, malah mendo'akan hal buruk kepada teman sendiri."
Elva dan teman yang duduk dibelakang hanya tertawa.
"Gue jadi penonton aja ye Ice, sambil bantu do'a."
Alice hanya tersenyum kecut.
Saat jam istirahat, Alice bertekad akan memulai aksinya mendekati Airon. Siang itu ia melihat Airon sedang duduk di kantin sekolah bersama teman-temannya. Sebuah ide muncul dalam benak gadis itu, ia memesan segelas jus alpukat untuk diberikan kepada kakak seniornya namun tiba-tiba saja kakinya tersandung dan gelas itu tumpah mengenai seragam putih Airon.
"Loe apa-apaan sih, jalan gak pake mata!" bentak Airon.
Sontak semua mata melihat kearah Airon dan Alice. Gadis itu begitu ketakutan, tubuhnya bergetar, butiran keringat sebesar biji jagung satu per satu jatuh membasahi seragam sekolahnya dan ia merasakan sakit pada ujung ibu jari kaki.
"Maaf kak, aku tidak sengaja," ucap Alice terbata-bata.
"Mau loe apa?" Airon masih emosi.
"Aku hanya berniat membawakan jus ini untuk kakak tapi gak sengaja malah tersandung."
"Loe tuh ya, masih murid baru tapi udah sok kecentilan."
"Lihat nih seragam gue jadi kotor!"
Ava memberikan kotak tisu ke meja Airon.
"Iya nih, loe murid baru udah buat masalah," Ava menimpali ucapan Airon.
"Siapa nama loe?" Tanya murid laki-laki itu.
"A-Alice, kak."
"Oke, gue catat nama loe di kepala. Gue tandain loe sebagai biang masalah."
Airon pergi meninggalkan kantin dengan penuh emosi, sementara Alice masih berdiri di depan meja yang ditempati Airon barusan.
"Awas loe ya!" ancam Ava.
Setelah Airon, Ava dan teman-temannya pergi, Elva menghampiri Alice dan memapahnya duduk dikursi.
"Loe gak apa-apa Ice?" Elva begitu panik melihat wajah temannya pucat.
"Gak apa-apa, cuma kaki gue rasanya sakit."
"Gue bawa ke UKS, gimana?"
"Boleh."
Akhirnya Elva membawa Alice ke UKS.
Setelah peristiwa buruk yang terjadi antara Airon dan Alice tak membuat gadis kecil itu gentar mengejar idolanya, ia selalu memiliki beribu cara agar bisa mendekati Airon.
Kejadian lalu menjadi sebuah penyemangat bagi Alice untuk tetap mengejar sang idola walaupun kesan pertama terlalu buruk namun berkat peristiwa itu membuat Airon bisa mengetahui namanya dan ia menjadi murid baru yang pertama dikenal oleh anak laki-laki tersebut.
"Kak!" ucap Alice saat ia melihat Airon duduk di perpustakaan.
Ia sengaja mengikuti anak laki-laki itu untuk memberikan kotak makan berisi bekal makan siang sebagai tanda permintaan maaf.
"Loe mau apa lagi? Belum puas ngotori seragam gue?" ucapnya pelan namun Alice bisa merasakan bahwa saat ini Airon masih marah.
"Aku hanya ingin memberikan ini."
Baru saja kotak makan itu akan ia dikeluarkan dari dalam tas kain namun sudah ditolak duluan oleh Airon.
"Gue gak butuh, udah sana jangan dekat-dekat. Gue lagi belajar."
"Maaf ya kak."
Alice meninggalkan Airon dan duduk dikursi taman depan ruang kelas.
"Gimana, sukses?" Tanya Elva.
"Gak, dia masih marah," ucap Alice putus asa.
"Lah, kok baru segini loe udah nyerah. Semangat dong."
Elva mengangakat tangan dan mengepalkannya. Ia memberikan semangat kepada temannya.
"Iya, gue akan terus semangat demi menaklukan hati Kak Airon."
"Hari ini gagal namun besok atau lusa siapa yang tahu, mungkin aja dimasa depan Kak Airon akan menyukai dan menjadi kekasihku."
"Hu.... Mimpi loe terlalu tinggi. Hati-hati nanti jatuh malah sakit," Elva menyenggol siku Alice.
"Loe gak tahu ya, segala sesuatu itu harus berawal dari mimpi kemudian alam bawah sadar kita merekam kemudian alam semesta meng-aamin-i."
"Iya-iya terserah loe aja deh. Gue sebagai teman hanya memberikan support. Semoga berhasil!"
Dari kejauhan ada seorang murid laki-laki yang tak lain merupakan saudara sepupu Airon, bernama Darren Tan. Diam-diam ia menaruh hati pada Alice.
Darren terkesan oleh sikap Alice, walaupun terkesan ceroboh dan polos namun menurut murid laki-laki itu sikap polosnya itu merupakan daya tarik dari adik kelasnya tersebut.
"Kamu lucu dan menggemaskan Ice," gumam Darren.
"Aku menyukaimu namun biarkan rasa ini kusimpan dalam hati."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments