(Bolehkah) Aku Jatuh Cinta
Langit malam perlahan mulai beranjak. Memberikan tempat untuk sang mentari yang secara perlahan bersiap melakukan tugasnya memberikan kehangatan bagi penduduk bumi. Masih terlihat embun yang menggantung di ujung-ujung dedaunan. Beberapa orang masih betah terlelap dalam dunia mimpi, ada juga yang belum bersedia beranjak dari pembaringan empuknya meski mata mereka telah terjaga sepenuhnya dan ada sebagian lainnya sudah mulai disibukkan dengan rutinitas pagi mereka.
Hal terakhirlah yang berlaku bagi seorang gadis remaja berusia tujuh belas tahun, Haura Annisa. Gadis bersurai ekor kuda itu terlihat sangat lihai berkutat di dapur dengan alat tempur memasak bersama dengan seorang wanita paruh baya. Wanita tersebut tidak lain adalah ibu dari Haura, Bu Lastri namanya.
Dua wanita berbeda generasi terlihat sangat kompak mengolah bahan makanan untuk menyiapkan menu sarapan sang majikan. Benar, bahwa Bu Lastri adalah seorang Asisten Rumah Tangga di kediaman Sander.
Sejak satu tahun terakhir setelah meninggalnya sang suami yang bernama Hamzah, supir pribadi Tuan Liam Sander, sang tuan rumah mengajak Bu Lastri dan Haura untuk tinggal di kediaman rumahnya. Mengingat almarhum Pak Hamzah adalah orang yang baik dan jujur, maka hal itu merupakan salah satu bentuk kepedulian Tuan Liam kepada keluarga pak Hamzah. Hingga akhirnya wanita paruh baya itu memutuskan untuk menjadi salah seorang Asisten Rumah Tangga di rumah mewah tersebut.
Bukan hanya itu, Tuan Liam juga memberikan beasiswa pendidikan kepada Haura. Kini gadis remaja tujuh belas tahun tersebut bersekolah di Sekolah Menengah Atas milik Sander Group, Sander International High School.
Tuan Liam Sander adalah salah satu pengusaha penyiaran yang sukses. Beliau memiliki pribadi yang baik dan sangat bijaksana serta tegas terhadap suatu keputusan. Di rumah mewah tersebut, Tuan Liam hanya tinggal bersama seorang putra sulungnya yang bernama Zayn Sander. Laki-laki berusia dua puluh tiga tahun tersebut mempunyai tubuh tinggi yang atletis serta wajah yang rupawan. Tidak ketinggalan, Zayn juga sangat memahami dunia bisnis dengan baik.
Sementara itu putra bungsu Tuan Liam yang bernama Nevan Sander tinggal di Sydney. Selama sepuluh tahun sudah sejak Ibunya meninggal disaat usianya baru enam tahun dan usia sang kakak dua belas tahun mereka tinggal di Sydney bersama sang Grandma mereka. Sejak saat itu, Nevan hanya kembali ke Indonesia satu tahun sekali saat memperingati hari meninggalnya sang Ibu. Kini Nevan telah tumbuh menjadi remaja yang sangat sempurna. Selain wajahnya yang sangat tampan, dia juga merupakan remaja yang cerdas. Satu tahun terakhir ini Zayn telah kembali ke Indonesia untuk membantu bisnis keluarganya. Tinggallah si bungsu seorang diri bersama Grandma nya di Sydney.
\=\=\=\=\=\=\=
“Haura, udah jam enam tiga puluh, kamu siap-siap ke sekolah. Biar piring kotornya ibu yang cucikan. Jangan sampai terlambat,” kata Bu Lastri kepada Haura yang akan bersiap mencucikan piring kotor bekas mereka memasak.
“Nggak pa-pa, Bu. Haura gak bakalan terlambat,” gadis itu masih ingin menjalankan aksinya membersihkan peralatan memasak.
“Udah, tinggalin aja disitu. Biarkan Ibu yang bereskan. Lagi pula kamu sudah banyak membantu.” Kata Bu Lastri yang sedang mondar-mandir menata makanan di meja makan.
Haura masih belum juga beranjak dari posisinya yang sedang berdiri di depan tempat pencucian piring.
“Kenapa kamu masih disini, nak? Cepat kamu siap-siap. Ibu bisa beresin semuanya sendiri,” sambung Bu Lastri dengan memberikan senyuman hangat untuk putrinya tersebut. Dia tahu betul sifat Haura yang tidak menginginkan dirinya terlalu lelah dengan pekerjaan. Oleh karena itu, putrinya selalu ambil peran dalam urusan membantu pekerjaan rumah tangga di rumah mewah tersebut. Meskipun Bu Lastri sudah melarang Haura agar waktu belajarnya tidak terganggu, namu Haura tetap memberikan berbagai alasan untuk bisa membantu sang Ibu.
“Ya udah deh, Bu, Haura siap-siap dulu,” jawabnya. Remaja tersebut pun beranjak menuju paviliun belakang tempat dia dan Ibunya tinggal selama satu tahun terakhir.
Meskipun mereka tinggal di rumah Tuan Liam, akan tetapi mereka tidak bernaung di satu atap yang sama. Jika keluarga Sander tinggal di rumah utama, maka Bu Lastri dan Haura tinggal di paviliun belakang. Lokasinya tepat di belakang rumah utama. Ada beberapa paviliun di lahan bangunan tersebut untuk tempat tinggal beberapa Asisten Rumah Tangga.
...****************...
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh menit untuk mandi dan berpakaian, kini Haura telah terlihat rapi dengan seragam sekolahnya. Tidak butuh banyak waktu untuk gadis tujuh belas tahun tersebut bersiap-siap, karena memang Haura bukanlah remaja yang terlalu repot dengan penampilannya.
Sehari-hari, rambut indah miliknya hanya di kuncir ekor kuda. Wajahnya pun hanya dilapisi dengan bedak baby serta lip balm agar bibirnya tidak terlihat kering. Tidak ada make-up sama sekali. Begitulah dia. Tidak bisa di kategorikan penampilan sederhana. Hanya bisa dikatakan bahwa penampilannya biasa saja.
Gadis tersebut berdiri di depan cermin untuk melihat penampilannya untuk terakhir kali sebelum berangkat ke sekolah. “Udah cantik dan rapi. Saatnya berangkat,” monolognya kepada diri sendiri.
Haura pun mengayunkan langkahnya menuju rumah utama untuk berpamitan kepada sang Ibu.
“Bu, Haura udah siap,” suara Haura mengalihkan perhatian Ibunya yang terlihat sedang membuatkan kopi untuk Tuan Liam.
“Duh cantiknya anak gadis Ibu,” puji Bu Lastri melihat Haura sudah rapi dengan seragamnya. “Kamu sarapan dulu, Ra.”
“Gak usah, Bu. Haura bawa bekal aja, nanti makannya di sekolah sebelum bel masuk. Takut terlambat,” jawab Haura dengan memberikan senyum terbaiknya hingga memperlihatkan lesung pipi di kedua sisi wajahnya. Gadis itu terlihat sangat manis dengan lesung pipi tersebut.
“Tadi kamu bilang gak bakalan terlambat,” Bu Lastri menarik ujung hidung Haura dengan gemas. “Sebentar ya, Ibu siapkan bekal untuk kamu.” Bu Lastri pun beranjak menuju meja makan untuk meletakkan kopi Tuan Liam. Sesaat kemudian wanita tersebut kembali untuk menyiapkan bekal untuk anak gadisnya.
Setelah menerima pemberian bekal dari Ibunya, Haura pun berpamitan kepada sang Ibu. Tidak lupa dia mencium tangan dan kedua sisi wajah Bu Lastri.
“Haura berangkat ya, Bu. Mas ojol nya udah nunggu di depan.”
“Iya nak, hati-hati di jalan. Bilang sama mas ojol nya jangan ngebut-ngebut,” ucap Bu Lastri memperingatkan.
“Siap Bu,” jawab Haura dengan cepat sambil mengangkat tangannya seakan memberi hormat kepada Ibunya.
Begitulah Haura dan pagi yang selalu menemaninya.
...****************...
Hai... Ini karya pertama aku. Semoga suka ya...🥰🌹
Mohon dukungannya dengan cara tinggalkan like, komen, dan subscribe akun aku juga🥰🙏
Jangan lupa tambahkan ke rak buku favorit kalian🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Wawan
Hadir .... Semangat ✍️
2023-10-12
1
Erni Fitriana
mampir
2023-08-25
0
Tri.W
ada beberapa yang typo... semoga lebih teliti lagi. utk cerita di awal bagus
2021-12-24
1