Black Bones
Sunyinya malam ditemani sinar bulan, terlihat sebuah pedang menancap di kaki ku.
Lolongan serigala yang lapar terdengar jelas di telingaku, aku berusaha bangkit namun tertahan oleh sakitnya tangan kiri ku yang terbelah tergeletak di tanah bersimbah darah
"ah, mungkin ini akhir hidupku. aku tidak akan menyalahkan tuhan atas takdir yang di berikan padaku" ucapku sambil menahan sakit dan airmata yang berusaha membasahi pipi. aku berusaha melihat ke arah kanan tetapi terhalang oleh helm besi yang di pakai oleh ku.
mencoba untuk membuka helm itu dengan tangan kanan ku yang tertusuk panah, dengan rasa sakit ku paksa tanganku untuk bergerak melawan semua itu. setelah berhasil membuka helm tersebut, aku tidak terkejut lagi mendapati diriku yang di kepung oleh monster-monster yang mengerikan.
"baiklah, ini kematian terbaik menurut tuhan kepadaku" sembari melihat ke arah monster-monster yang bersiap membunuhku dengan senjata mereka.
aku tertawa terhadap takdir yang begitu kejam,
"jikalau aku dapat bertahan dari semua ini, aku akan berusaha menjadi orang yang terkuat dan terbaik" ucapku yang tau bahwa itu sangatlah mustahil
seperti seseorang yang sudah gila, aku tertawa terbahak-bahak mengingat aku hanya pecundang yang bertahan mengahadapi kematian.
ya, aku adalah orang yang berusaha menjadi perisai hidup untuk teman-temanku.
beberapa waktu yang lalu, aku sedang berpetualang menyelesaikan misi dari sang raja bersama "teman-teman" ku, aku di tugaskan bersama 3 orang kesatria untuk mengantarkan surat kepada kerajaan sebrang. entah kenapa sang raja menugaskan kesatria untuk mengirimkan surat yang sangat di rahasiakan dengan berjalan kaki.
"tuanku, apakah kita tidak di perbolehkan menunggani kuda untuk menuju ke sana" ucapku kepada sang raja
"tidak, ini misi penting dan harus tersembunyi. jikalau menunggangi kuda, akan menarik perhatian para petualang. terlebih mereka bisa saja ada yang berniat menyerang kalian" ucap Raja Farlov von Grief
"baiklah, jikalau itu keinginan tuanku, hamba akan melaksanakannya" ucapku sambil menahan rasa aneh yang tertahan.
membuka pintu kerajaan dan berjalan menuju rumahku untuk bersiap. aku melihat 3 orang kesatria, mereka teman-teman ku semasa pelatihan kesatria,
si kuat Demio, si lincah Rufus, si pintar Merlin.
terlihat mereka seperti sudah menyiapkan segala yang di butuhkan dalam perjalanan. "apakah kau sudah siap Desmon? kita akan berangkat sebelum matahari terbenam"
ucap Rufus dengan semangat yang membara.
"ayolah, kau tak perlu sebahagia itu Rufus, lagipula ini perjalanan panjang dan kamu sudah kehabisan tenaga karena cerewet" ucap Demio sembari tertawa ringan.
"baiklah, jikalau sudah semuanya, ayo kita berangkat mengirimkan surat tersebut" ucap Merlin dengan senyum ringan nya.
"Desmon, kau yang membawa surat itu ya?aku percaya kepadamu karna kau yang terbaik di pelatihan" ucap Merlin sembari memeriksa barang bawaannya,
"hahaha, kau masih sama dari waktu itu ternyata, mukamu tak berubah dan badanmu makin kekar" Demio sembari memakan kentang favorit nya.
"kau juga hahaha, tidak berubah malah bertambah gemuk" dengan nada cemooh. waktu demi waktu kita lewatkan dengan canda tawa sepanjang jalan.
hari mulai gelap, kitapun bersiap untuk beristirahat
"aku akan berjaga malam ini, ini akan menjadi malam yang sangat panjang mengingat kita berada dalam hutan yang tidak aman" ucap Demio,
"tidak, sebaiknya kita semua berjaga untuk malam ini" ucap Merlin sembari mengasah pedangnya
"baiklah" ucapku, Demio, dan Rufus
bulan sudah berada pada puncaknya, aku dan teman-teman ku tetap siaga melihat hutan yang sunyi.
"aku ingin buang air kecil sebentar" ucapku dengan nada rendah
"akan ku temani" Rufus dengan raut wajah yang serius,
"tidak usah, aku akan mencari tempat terdekat"
"baiklah jika itu maumu" Rufus menyimpan kembali belati nya.
aku berjalan mencari tempat yang aman untuk membuang air kecil,setelah beres dengan semua itu. aku melihat sesuatu yang berkilau di depan mataku .
sembari bersiap untuk menyerang, ku dekati cahaya itu dengan perlahan. ternyata itu adalah peti yang tertutup dengan ilalang.
dengan rasa penasaran, aku memberanikan diri untuk mendekati peti itu, "2 senjata yang berbeda, perisai dan belati, terkadang sesuatu tidak dinilai dari penampilan" .
bingung dengan maksud yang tertulis pada atas peti, aku mencoba untuk memberitahu teman-temanku. kalah dengan rasa penasaran, tanpa pikir panjang aku membuka peti tersebut.
ternyata berisi 2 buah cawan. 1 berisi air putih, 1 lagi berisi air hitam. tanganku mengarahkan ku terhadap cawan hitam, tapi aku tidak begitu yakin dengan itu.
meneguk cawan yang berisi air hitam, membuat pikiranku kabur seolah akan pingsan. "raja menjebak kalian" suara yang terdengar dari kepalaku dengan samar samar, aku pun bingung terhadap apa yang baru saja terjadi kepadaku.
separuh tak percaya terhadap apa yang baru saja ku dengar, aku bergegas menemui teman-temanku yang sedang berjaga di camp dekat dengan peti itu.
"kenapa agak lama di dalam hutan? apa kau terluka?" ucal Merlin yang cemas.
"tidak, aku tidak apa apa"
"paling dia habis melemaskan burung miliknya" ucap Rufus sebari tertawa kecil.
malam itu aku berusaha untuk bertingkah seolah tidak terjadi apa apa.
malam yang sunyi seketika berubah setelah sekelompok goblin menyerang, aku berusaha menyerang mereka dengan pedang ku. tanpa ku sadari, sekeliling ku sudah terkepung oleh monster bersenjata, tidak hanya goblin, ada pula monster berbadan besar seperti minatour dan beruang.
"kita tidak akan selamat jikalau berada di sini" merlin dengan muka cemasnya
"tapi kita tidak bisa kemana mana, kita terkepung!" teriak Demio.
"aku akan menjadi umpan mereka" ucap Rufus
"tidak,aku saja" ucapku "kalian pergi dan bawa surat ini"
"kau bodoh, apa kau tidak berfikir?!" ucap merlin dengan nada marah
"ayolah percaya padaku, aku akan baik-baik saja dan menyusul kalian" ucapku dengan santai
"baiklah, kita percaya padamu" ucap Demio "jikalau kita tetap di sini, kita hanya akan mati sia sia"
"baiklah jikalau itu memang keinginan mu" ucap merlin sembari berlari ke belakang ku
"ku tunggu kau di luar hutan" teriak Rufus
menghadapi takdirku, aku berusaha sekuat tenaga mengalahkan mereka semua. pedang ku mendadak patah setelah menahan serangan beruang yang menggunakan palu. aku pun berusaha tetap tenang, tetapi tangan kanan ku di panah oleh goblin, akupun tergeletak di tanah dan kaki ku di tancap pedang orc.
berusaha lari sekuat tenaga, tanganku di tarik dan di putuskan oleh minatour menggunakan kapak nya,
kesakitan dan tidak tau harus berbuat apa. aku hanya bisa berdoa dan memejamkan mata, seketika para monster pun meninggalkan ku dan bergegas menuju teman-temanku, aku pun tidak bisa berbuat apa apa dan hanya memohon bahwa mereka baik baik saja.
setelah semua yang ku alami. aku sudah pasrah dan menutup mataku perlahan, akan tetapi suara misterius itu datang kembali seperti berusaha untuk berkomunikasi kepadaku
"siapa kau sebenarnya?" ucapku
"mereka ingin kalian mati"
"tapi siapa?"
"orang yang memerintah mu" ucapnya
"apakah kau ingin mati seperti ini?,apakah kau ingin mati tak berbuat apa apa?" ucapnya
"tapi ini memang sudah menjadi takdir" ucapku
"kau bisa mendapatkan kekuatan yang tidak terkalahkan" ucapnya sembari tertawa kecil,
"apa kau bercanda?aku sudah sekarat dan tak bisa berbuat apa apa" ucapku dengan nada marah
"ya, kau bisa mendapatkan itu. tetapi dengan satu syarat" ucapnya kepadaku,
"syarat?syarat apa?" ucapku
"kau harus memiki amarah yang cukup untuk mengeluarkanya" ucapnya sembari tertawa kecil,
"tapi aku tidak memiliki amarah tersebut"
"*apakah kau tak marah dengan semua kejadian ini?,apakah kau tak marah dengan takdir yang di berikan ini?"
"ya,aku kesal dan agak marah*" ucapku
" gunakan itu sebagai kekuatanmu"
tubuhku seperti terbakar oleh api, perlahan kesadaranku mulai memudar, tanganku yang sakit tiba tiba berasa ringan, dan kaki ku menjadi sembuh kembali, akupun kehilangan kesadaranku dan menjadi sesuatu yang di takutkan.
"setelah amarahmu hilang, kau akan kehilangan sedikit jiwamu" ucap nya dalam pikiranku sembari tertawa.
akupun menyadari bahwa ini adalah efek air hitam yang ku minum, merubahku menjadi sesuatu yang mengerikan dan tak terkendali, dan "sesuatu" yang berbicara padaku adalah amarah yang di hidupkan oleh air tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
la beneamata
mantau,apakah akan seperti sipangeran pemalas?
2022-01-30
1
Astraloud
Menarik nihhh
2022-01-15
1
GantAi
mantap
2022-01-15
1