Di pinggir hutan yang gelap, terdapat sebuah desa kecil yang mayoritas penduduknya petani dan peternak, keluarga kecil di dalam rumah yang sederhana berada di tengah tengah desa tersebut. seorang anak lelaki membuka pintu rumah itu dan berlari ke arah pohon besar di atas bukit.
dia terlihat sedih sembari berlari kecil ke arah pohon besar nan rimbun, sesampainya dia di sana dia terkejut melihat seorang anak perempuan melihat ke arah pohon itu.
"kau siapa?," tanya anak lelaki kepada anak perempuan tersebut.
dia pun menoleh kearah anak laki laki tersebut dan bertanya "Kau sendiri siapa?."
"Aku Desmon" ucap anak laki laki dengan raut wajah marah. "Siapa kau? kenapa ada di dalam tempat pribadiku?."
"Aku Fiora, dan ini bukan tempat pribadimu, jujur saja aku menemukan tempat ini kemarin ketika sedang menuju desa ini."
Akupun terkejut bahwa anak perempuan yang ku lihat memiliki paras cantik, seketika hatiku tertegun menatap matanya yang indah bagaikan permata.
"hei, apa kau baik baik saja?," ucap anak perempuan yang sedang ku lihat berdiri di depan ku.
"Fiora, bo-boleh ku tanyai sesuatu?," omonganku terbata-bata, entah kenapa hati yang berdetak seperti biasa tiba tiba berdebar kencang setelah berusaha berbicara dengan Fiora.
"bertanya tentang apa?"
"kau berasal dari ma- ." sebelum semua itu terucap, hujan deras tiba tiba mengguyur basah badanku. Tanpa pikir panjang aku meraih tangan Fiora dengan erat dan berusaha berlari mencari tempat meneduh.
Fiora terlihat kaget dengan reflek tanganku yang cukup cepat untuk seorang anak laki laki berumur 10 tahun, akupun berhasil menemukan tempat berteduh yang cukup nyaman. sebuah rumah kosong yang teras luarnya nampak cukup bersih menjadi tempat berteduh bersama Fiora.
"uh, jadi Fiora. kau berasal dar-"
"Apakah kau murid dari sekolah pelatihan kesatria?."
"Uh... tidak, aku belum pernah sekolah sebelumnya."
"Tapi kau memiliki reflek yang cukup cepat untuk seorang anak kecil apalagi kau terlihat lemah, aku sangat terkejut."
"Ya.... begitulah."
Jujur aku merasa sedih ketika dia bilang bahwa aku terlihat lemah, tetapi aku di puji karena memiliki reflek yang cukup cepat. Sepertinya ini yang di sebut kesedihan dalam kebahagiaan.
"Apakah kau memiliki teman?," ucapnya sembari melihat kearah mukaku.
"Tidak, aku tidak pernah memiliki teman sebelumnya."
"Begitu ya, bagaimana kalau kita menjadi teman? aku belum memiliki teman setelah baru saja pindah ke sini" ucap Fiora dengan senyuman hangatnya.
Aku tidak sempat bertanya kepadanya di hari itu, hari demi hari berganti dan aku semakin dekat dengan nya.
"Jadi kau berasal dari negeri sebrang?,"
"ya, lebih tepatnya dari kerajaan Dimitar."
"tapi kenapa kau pindah ke desa yang sederhana ini?."
"Itu.... aku tidak tau, aku hanya mengikuti ayah dan ibuku pindah ke sini, katanya rumah di sini bekas peninggalan nenek."
"Pasti kau bosan berada di desa ini, tidak ada yang menarik."
"Tidak, aku justru senang berada di sini. Udara di sini terasa sejuk dan segar, berbeda dengan kota kerajaan."
"memang seperti apa suasana di kota kerajaan?."
"Panas, dan tidak menyenangkan, pokonya aku benci berada di sana. Jadi aku sangat bahagia ketika mendengar ayah dan ibu akan pindah ke sini."
"Waw, sepertinya di sana seru, aku belum pernah ke kota sebelumnya."
"Benarkah?!, kukira kau pernah ke kota. lebih baik jangan, di sana tidak seru hehehe."
"yah baiklah jikalau itu katamu, tapi aku benar benar ingin ke sana."
"bagaimana kalau kita sudah dewasa, kita akan ke kota untuk bermain di sana."
"boleh, aku akan ikut denganmu."
aku menghabiskan seharian penuh dengan Fiora.
5 tahun kemudian ketika aku beranjak umur 15 tahun, aku mulai menyukai Fiora sebagai seorang wanita.
"Hei, bagaimana kalau kita pergi ke kota. kau kan belum pernah ke sana." disaat sedang menikmati angin dibawah pohon tempat kita biasa bertemu dan bermain, dia spontan mengajaku ke kota.
"Boleh, tapi aku hanya memiliki 5 koin perak. sepertinya cukup untuk makan di sana."
"Itu bahkan lebih dari cukup Desmon, kita akan pergi ke kota terdekat saja, jangan ke ibukota kerajaan karena terlalu jauh."
"Baiklah Fiora, aku akan mengikutimu saja. aku kan belum pernah ke kota sebelumya."
"Baiklah, ayo kita berangkat sekarang Desmon."
Akupun berjalan bersama Fiora melewati hutan dekat desa. Pohon pohon menghalangi panasnya matahari dan bunga yang bermekaran membuat Fiora terlihat seperti bidadari turun dari kayangan.
"Hei Fiora, kalau aku boleh tau, apa nama kepanjangan mu?"
"Aku? nama panjangku Fiora Rose, kukira kau sudah mengetahuinya, aku kesal mendengar kau masih bertanya namaku."
"maafkan aku...."
"hehe, aku maafkan. nama panjangmu Desmon Foldigold, aku masih mengingatmu."
"ku harap kau tidak melupakan namaku Fiora..."
"tidak, aku tidak akan pernah lupa pada laki laki yang sangat penting bagiku."
Jantungku berdetak kencang, muka ku memanas seperti kayu yang baru saja di bakar. Aku mencoba menyembunyikan expresi yang memalukan dari wajahku.
"Hei Desmon, kita sudah sampai di kota. ayo kita mencari tempat yang bagus untuk beristirahat."
Tanpa ku sadari, aku sudah sampai di kota, ternyata tidak jauh berbeda dengan desa namun lebih banyak rumah dan toko toko pinggir jalan.
"hei Desmon aku ingin kue ini, sepertinya enak."
dia menunjuk ke arah Kedai yang ada di pinggir jalan, sepertinya kue yang dia inginkan terasa enak.
"baiklah aku akan beli 2, 1 untuk mu dan 1 untuk ku."
Aku membeli kue yang di inginkan Fiora, ternyata harganya tidak begitu mahal. Pagi berganti menjadi Sore hari, sudah waktunya untuk kita berdua pulang.
tetapi di jalan aku di hadang oleh pereman,
"Hei bocah, serahkan uang yang kau punya atau aku akan menyakiti mu."
dengan panik aku hampir menyerahkan uang yang ku bawa, tetapi di tahan oleh seorang laki laki ber armor besi.
"Cih kesatria sialan, kau selalu menghalangiku."
pereman itu menyerang lelaki yang menolongku, tapi dapat di kalahkan dengan mudah.
"Hati hati nak, di sini rawan kejahatan." ucap lelaki di balik helm.
"ba-baiklah, lain kali aku akan hati hati."
Aku yang masih kagum dengan pria yang menolongku dan ingin menjadi sepertinya suatu hari nanti.
dia meninggalkanku dengan lambaian tangan dan aku berusaha menemui Fiora di gerbang kota.
"Kenapa kau lama sekali Desmon, apa kau baik baik saja?
"Aku tidak apa apa Fiora, lebih baik kita segera pulang sebelum hari semakin gelap."
akupun pulang bersama Fiora.
Kesokan harinya, aku berlatih agar menjadi kuat dengan bantuan ayahku yang dulu mantan petualang.
"Kau sedang apa Desmon?," tanya Fiora kepadaku.
"aku sedang berlatih Fiora, aku ingin menjadi kuat."
"Kau tidak seperti biasanya, ngomong ngomong aku ingin berbicara sesuatu kepadamu."
"Bicara apa?"
"lebih bain kita bertemu di pohon tempat kita biasa bermain."
"baiklah, aku akan segera ke sana."
dengan perasaan aneh karena melihat raut wajah Fiora yang tampak sedih, akupun bersiap menggunakan bajuku dan menemui Fiora di pohon tersebut.
Sesampainya di sana, aku melihat Fiora sedang menatap pohon yang biasa kami sandar.
"Hei Desmon, sepertinya aku akan pindah dari sini." ucapnya dengan nada sedih
"Apa?tapi kau bilang akan terus bersama di desa ini hingga kita dewasa."
"Ibu dan ayahku akan pindah ke ibukota kerajaan, aku harus mengikuti mereka pindah ke sana."
"Apa kau yakin dengan keputusanmu?."
"ya Desmon..."
"kau terlihat seperti di paksa."
"tidak, kau salah. aku ingin pindah atas kehendaku sendiri."
"raut wajahmu mengatakan sebaliknya. Fiora, aku sudah mengenal mu cukup lama."
"Tidak Desmon!."
aku berusaha memeluk Fiora yang tampak menahan tangis. pada awalnya dia seperi menolak pelukanku, tetapi perlahan dia mulai memeluku kembali.
"Ayolah Fiora, kau tidak bisa berbohong padaku. katakan padaku yang sebenarnya."
"Desmon, aku di paksa pindah ke ibukota untuk di nikahkan dengan seseorang, aku tidak tau siapa dan sangat takut untuk melakukan itu, aku tidak ingin pindah dari desa ini, terutama karna ada kamu."
akupun terdiam sejenak dan hatiku seperti hancur. aku mencoba menahan tangis agar tidak terlihat cengeng di depan Fiora
"Jujur, aku menyukaimu Desmon dari pertama aku bertemu. kau begitu baik dan perhatian padaku, aku tidak ingin meninggakanmu dan menikahi seseorang yang tak ku kenal." ucap dia sambil menangis tesedu sedu di pelukanku.
"aku takut kau membenciku dan tidak ingin bersama denganku, maka dari itu aku berusaha berbohong kepadamu."
"Hei Fiora, aku tidak akan meninggalkanmu walau kau akan menikah dengan pria yang di jodohkan oleh keluargamu, aku akan bersama denganmu walaupun kau sedang dalam kesulitan."
aku berusaha menguatkan hati Fiora walau hatiku sendiri hancur berkeping keping. ke esokan hari Fiora telah pindah bersama keluarganya ke ibukota kerjaan sebelum aku bisa mengatakan aku mencintaimu.
6 tahun pun berlalu dan aku sudah menjadi kesatria yang di impikan sejak bersama Fiora dan aku sudah cukup di segani oleh rakyat ibukota.
hingga pada waktu aku bertemu kembali dengannya di keadaan yang cukup menyedihkan, entah apa rencana tuhan kepadaku mempertemukan ku kembali dengan wanita yang masih ku cintai hingga saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments