Madu Manis Milik Suamiku
Dayana Murni..
Seorang gadis Yatim Piatu dari
keluarga yg sederhana. Sejak berusia 14 thn, Dayana dibesarkan oleh adik dari
ayah kandungnya. Paman Dayana memiliki bengkel kecil sebagai sumber nafkah
mereka sehari-hari saat Dayana dibesarkan oleh pamannya tersebut.
Paman Dayana memiliki cacat fisik
akibat kecelakaan maut yg menimpa orangtua Dayana. Ketika itu Dayana kecil,
paman dan kedua orangtua Dayana mengendarai mobil untuk berlibur ke kota B.
Namun, ditengah perjalanan, mobil
mereka tergelincir akibat menghindari truk besar yang mencoba menyalip dari
arah depan mereka.
Saat itu Pamannya lah yang
menyetir & terus menyalahkan dirinya sendiri dengan kematian kedua orangtua
Dayana. Bayu Permana, paman Dayana sejak saat itu memutuskan akan terus merawat
Dayana kecil seorang diri.
*****
12 tahun kemudian...
Dayana telah tumbuh menjadi gadis cantik yang sukses dengan usaha Cateringnya. Sejak mengikuti kursus tataboga setelah lulus SMA, Dayana memberanikan diri mencoba peruntungannya dalam hobi yang sudah lama ia asah.
Usahanya maju pesat dalam waktu 1 tahun. ia telah memiliki 15 karyawan yang membantunya membuat pesanan para pelanggannya yang semakin hari semakin banyak.
Tak jarang ia mendapat order dalam jumlah besar seperti saat ini untuk acara pernikahan putri seorang
pelanggan loyal di salah satu gedung serbaguna kota tersebut.
"Mbak Niken, tolong berikan
kwitansi pelunasan ini ya ke Pak Teguh" ujar Dayana sembari menyodorkan
sebuah amplop putih kepada asisten kepercayaannya, Niken.
"siiiaaapp bossku..."
jawab Niken sambil mengulurkan tangannya meraih amplop tersebut.
"oh..iya"
"sampaikan juga maaf pada
beliau, kalau aku gak bisa hadir y mbak. tau sendiri kan alasannya" Niken
langsung menunduk merasa tidak enak.
Sebab pak Teguh adalah pelanggan
pertama yang membeli dagangan Dayana ketika ia pertama kali berjualan
menggunakan sepedanya keliling komplek sekitar rumahnya.
"jangan khawatir gitu donk,
bossku.."
"pasti pak Teguh pahamlah”
“gak mungkin juga kan si boss
datang ke acara nikahan megah dengan kaki pincang dan wajah lebam gitu"
"bisa dicurigai sebagai
mantan yang ditinggal pengantin pria...iiihh" celoteh Niken panjang yg
entah berusaha menghibur atau meledek Dayana dengan wajah cantik bengkaknya.
"apaan siiihhh mbak..."
Dayana maju satu langkah mencoba mencubit pipi Niken yang selalu berfikir aneh
dalam kebawelan sifatnya.
"aku pergi boss.. jangan
berusaha mengejarku. Karena cintaku hanya milik Vicky seorang...
kwkakwkwaka" Niken pun berlari kecil menghindari tatapan Dayana yang mulai
kesal.
Namun, sifat Niken itulah yang
membuat mereka menjadi dekat. Niken sebagai asistennya selalu ceria dan dapat
menjadi penyemangat bagi karyawan lain juga selalu dapat diandalkan oleh
Dayana.
Dayana melirik sekilas jam
diding.. waktu menunjukan masih pukul 6.30 pagi. Ia lantas memutuskan kembali
ke kamar setelah melihat timnya pergi ke acara membawa pesanan serta perkakas
dapur untuk digunakan menghangatkan makanan jika diperlukan.
Dayana hanya memiliki satu mobil
operasional jenis Blind van yang sudah ditempelkan logo cateringnya, dan harus
menyewa 1 mobil lagi untuk beberapa orang karyawannya yang ikut dalam
menghidangkan makanan nanti.
Tertatih Dayana berjalan menahan
sakit disekujur tubuhnya. Ia pun mengingat kembali kejadian 2 hari lalu yang
menyebabkan ia mendapatkan luka lebam di wajah cantiknya. Kulit Putih mulusnya
tangan serta kakinya tak lepas dari luka lecet yang cukup membuat Dayana ngilu
setengah mati menahan perihnya.
Flashback On...
"awaaaassss..." teriak
Dayana mendorong seorang wanita setengah baya ke pinggir jalan saat menyebrangi
jalan.
"ciiiiiiiiittt....buuughhh"
suara decitan rem mobil dan tabrakan pun terdengar.
Segera orang-orang disekitar itu pun menolong Dayana. Pemilik mobil tersebut juga segera meluncur bersama wanita yang Dayana selamatkan dari kejadiaan naas tersebut ke rumah sakit
terdekat.
Setengah jam berlalu... sipemilik mobil meminta maaf pada Dayana yang baru saja sadar dari pingsannya dan
tak lupa pula kepada wanita tersebut karena kurang hati-hati mengendarai
mobilnya.
Dayana juga menolak uang kompensasi darinya untuk merawat luka Dayana
sampai sembuh. Setelah pengemudi itu pulang,wanita yang Dayana selamatkan mendekatinya
"siapa nama kamu, nak??" tanya Wanita itu menggenggam lembut jemari Dayana
"Dayana, tante" jawabny lemah, namun berusaha tersenyum.
"nama tante Lidya Sumitra"
"tante Minta maaf dan sangat berterimakasih karena kamu udah tolongin tante y" ujar Lidya sambil
mengelus lembut kepala Dayana.
Tampak mata Lidya berkaca-kaca menatap wajah cantik gadis heronya telah bengkak akibat tertubruk spion mobil.
"tante...it's OK" Dayana mencoba tersenyum menghibur
Lidya mengangguk pelan dan menghapus jejak air mata yang tertumpah sejak tadi.
"rumah kamu dimana,nak"
"tante ingin menghubungi orang tua kamu" Lidya kini menggenggam lembut tangan Dayana.
Bukannya jawaban yang ia dapat, melainkan semburat kesedihan yang terlihat di wajah Dayana.
Lidya masih menunggu dengan sabar jawaban dari Dayana
"Dayana hanya punya seorang paman, tante" jawabnya lirih dan kembali mencoba tersenyum.
"ahh..baiklah. berikan nomer ponselnya pada tante" Lidya tak ingin bertanya lebih jauh. Ia takut akan
membuat gadis penyelamatnya semakin sedih.
Flashback Off..
Tok...tok...tok..
Suara pintu diketuk terdengar.
"sebentar..." sahut Dayana sedikit teriak dari Dalam kamarnya.
"hufhh... siapa sih
pagi-pagi begini bertamu" keluhnya sambil berjalan pincang menuju pintu rumah
cekleeekkk....derit suara pintu
"pagii...sayang" sapa seseorang ceria dibalik pintu tersebut dengan senyum ramahnya.
Dayana membalas kikuk senyum tersebut...
"eehhh.. Tante. Silahkan masuk.." Dayana pun mempersilahkan tamunya masuk yang tak lain adalah
tante Lidya Sumitra, seorang ibu yang ditolongnya tempo hari.
Tante Lidya pun masuk ke dalam rumah sambil memperhatikan gerak gerik Dayana menuntun mereka duduk diruang tamu.
Dengan perasaan bercampur aduk Lidya menghapus titik air disudut kedua matanya. Ada penyesalan, kasihan dan kasih sayang yang ia rasakan saat ini.
"oohh.. gadis malang. kamu pasti merasa sangat sakit nak" bisik batinnya pilu
Tante Lidya duduk dan memperkenalkan seorang pria tua disebelahnya
"Dayana.. perkenalkan. Ini suami tante" tante Lidya membuka percakapan
"Johan Barata" ujarnya tersenyum sambil mengulurkan tangannya
"panggil saja, om Jo " sambungnya
"Dayana.." Dayana menyambut uluran tangan om Johan perlahan
"kamu pasti bingung kan kenapa pagi-pagi begini tante dan om datang bertamu?" tanya tante Lidya
Dayana menganggukan kepalanya seraya tetap mempertahankan senyum canggungnya.
"tante mau ajak kamu memeriksa luka-luka kamu ke dokter" lanjutnya
"ta..." Dayana ingin mengucapkan sesuatu tapi langsung saja dipotong oleh tante Lidya
"no...no...no..."
"tante tidak menerima penolakan. karena itu membuat tante terluka dan terus merasa bersalah"
ucap tante Lidya tegas sambil menggerakkan telunjuk serta kepalanya ke kanan kiri untuk mengkonfirmasi bahwa ia sungguh-sungguh dengan ucapannya.
Dayana melirik om Johan. om Johan pun menganggukkan kepalanya sekali, ia tersenyum menatap Dayana. Terlihat ketulusan dan kehangatan dalam senyumannya itu.
Dayana pun menyerah, tak mungkin ia bisa melawan pada orang tua seusia almarhum kedua orangtuanya yang sekarang duduk dihadapannya.
"baiklah.. Dayana bersiap-siap dulu ya om tante" katanya saat bangkit dari duduknya.
"huu..umm...silahkan" jawab tante Lidya menampilkan sederet gigi putihnya penuh kemenangan.
Tak lama kemudian, ketiganya pun berangkat setelah Dayana mengirim pesan singkat pada pamannya yang sudah berada di bengkel sejak pukul 6 setiap paginya .
Dayana tak mau direpotkan dengan antrian panjang serta perasaan bersalah jika menghabiskan banyak uang untuk pengobatannya lebih memilih berobat ke klinik umum tak jauh dari tempat tinggalnya.
Hari sudah menjelang siang ketika mereka menyelesaikan pemeriksaan pada luka-luka pada tubuh Dayana.
Sesampainya dirumah setelah dari klinik, Pamannya telah menunggu di teras rumah sambil menyeruput kopi hangatnya menyambut keponakan tersayangnya serta sepasang suami istri tersebut.
Pamannya terbiasa makan siang dirumah bersama Dayana, jika ia sedang tidak ada kegiatan diluar.
"selamat siang pak" Om Johan menyapa paman Bayu terlebih dahulu
"selamat siang juga" sahut paman Bayu ramah menyambut hangat keduanya.
"mari silahkan masuk" paman Bayu mengajak para tamu duduk diruang makan menikmati makan siang
bersama menu pesta yang sudah disisihkan oleh mbak Niken pagi itu.
Mereka pun berbincang hangat sementara Dayana yang sudah merasa lelah meminta izin sebelumya untuk
langsung istirahat terlebih dahulu.
Entah apa yang mereka bicarakan, Dayana hanya mendengar gelak tawa sesekali sampai ia tertidur pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments