Dayana merasa curiga dengan perilaku suaminya belakangan ini. Tak pernah sekalipun suaminya menjauhi dirinya saat menerima telepon seseorang.
Namun, sejak kembali dari Desa beberapa minggu yang lalu, perilaku suaminya sedikit berubah.
Dayana melenguh khawatir jika firasatnya didalam mimpi itu menjadi kenyataan. Dengan cepat Dayana menggelengkan kepalanya.
"aahhh...tidak. Itu hanya ketakutanku saja"
"aku percaya pada suamiku" gumamnya meyakinkan dirinya sendiri
Sore itu bunda Lidya dan Dayana mempersiapkan cemilan sore untuk mereka. Ayah Jo sudah duduk di gazebo taman tempat favorit keluarga mereka duduk berkumpul meghabiskan waktu bersama.
"ayah..."
"ini kopinya..." bunda Lidya menyodorkan secangkir kopi panas pada ayah jo.
"Dimana suamimu, Ronny nak" tanya ayah Jo pada Dayana
"tadi Mas Ronny izin keluar buat nongkrong dengan teman-temannya, yah" sahut Dayana memaklumi.
"oohh..iya ya.."
"Ronny dan sahabatny memang sangat sibuk belakangan ini"
"Setau ayah, mereka duah lama gak ngumpul" jelas ayah Jo memahami persahabatan putranya sedari kecil.
"ooh iya...ayah"
"bunda mau buat acara syukuran untuk merayakan ulang tahun pernikahan anak-anak kita yang kedua" bunda terlihat sangat bersemangat dengan idenya itu.
"bagus itu... kapan mulai persiapannya"
"ayah mau ikutan bantu" ayah Jo menawarkan diri untuk menemani bunda Lidya dan Dayana.
Sejak kecelakaan tempo hari, ayah Jo semakin protektif kepada bunda dan Dayana. Ayah Jo tak ingin kejadian itu terulang lagi, mengingat bahwa istrinya itu adalah wanita yang sangat ceroboh.
Meskipun begitu istrinya tersebut adalah wanita yang sangat lembut juga perhatian.
"cakeeepppp..." goda bunda Lidya sambil mentoel dagu ayah Jo
"bakalan santai kita ya, Day. Karena ada yang bawain belanjaan kita" ujar bunda tersenyum melirik Dayana penuh arti.
"ooohh.. jadi maksudnya ayah mau bunda dijadikan kuli angkut, gitu?" ayah Jo mengerti kata-kata ambingu yang dilontarkan istrinya, ia tak terima ucapan istrinya itu.
"iya...emang gak boleh?" sergah bunda Lidya menantang melototi sang suami
"ehh..anu.. boleh deh" pasrah ayah Jo yang takut istrinya ngambek.
Dayana terkekeh geli menonton kedua mertuanya saling adu kata. Dalam hati Dayana ia sangat bersyukur melihat keharmonisan kedua orangtuanya ini.
Rindu yang ia pendam selama ini kepada almarhum kedua orangtuanya terurai dengan kehadiran mertuanya. Seperti ini juga keharmonisan yang Dayana ingat dari kedua orang tuannya.
Sementara itu...
Di sebuah mall Ronny sedang duduk disalah satu bangku yang tersedia untuk pengunjung mall tersebut.
Kepalanya celingak celinguk seperti mencari seseorang yang ia tunggu. Ia tampak begitu gelisah, sampai seseorang datang menutup kedua matanya dari belakang.
"eehh..." Ronny terkejut sejenak, Namun ia segera menyadari tangan lembut siapa yang sedang usil menutupi pandangannya.
"jangan nakal, Zahri" ujar Ronny menebak si empunya tangan.
"iishhh... mas gak asyik"
"pura-pura kaget atau teriak minta tolong gitu kek" keluh Zahri pura-pura ngambek.
"emangnya mas selebay itu..?" tanya Ronny sembari menarik tangan Zahri untuk duduk disampingnya.
"mas udah lama nunggu" Zahri mengalihkan pembicaraan.
"gak terlalu lama. cuman 35 menit" Ronny memasang wajah kesal
"hehhee... maaf ya" Zahri tersenyum kikuk.
"ya udah.. mau kemana dulu nih" Ronny bertanya sambil mengusap lembut puncak kepala Zahri.
"makan dulu ya... aku lapar banget mas, dari siang aku belum makan" rengeknya
"okelah...hayuk kita cari tempat makan dulu" ajak Ronny sambil menggenggam erat tangan Zahri.
Zahri pun hanya mengikuti kemana arah Ronny membawanya. Kedua insan tersebut berjalan-jalan dengan santai menikmati kebersamaan dan rindu yang sudah tak terbendung lagi.
Setelah saling bertukar nomer ponsel, keduanya semakin akrab dan merasa nyaman satu sama lainnya. Meskipun jarak usia mereka cukup jauh. Zahri yang berusia 22 tahun dan Ronny berusia 32 tahun tak merasa canggung untuk saling membalas rasa yang ada walau mereka berdua tahu bahwa ada seorang wanita halal yang menanti Ronny dirumah.
Setelah puas berbelanja, Ronny mengantarkan Zahri pulang ke penginapan.
"mas gak mampir dulu" tawar Zahri sembari menggesek sebuah kartu kunci kamar hotel itu.
"gak usah deh. udah malem banget"
"mereka juga pasti udah nungguin dirumah" tolak Ronny halus diangguki oleh Zahri yang mengerti situasinya.
Setelah memastikan Zahri masuk dan menutup pintunya, Ronny bergegas pulang. Suasana jalanan yang sudah cukup lenggang memudahkannya untuk sedikit mengebut.
Tak lama kemudian Ronny pun tiba dengan senyum sumringahnya. Ketika melewati ruang tamu, ia terkejut istrinya masih duduk disana menunggunya.
"mas... malam banget sih. udah jam 12 lewat baru ingat pulang" Dayana mengeluh cemberut.
"hehe... iya mas lupa ngabarin kamu"
"maaf ya sayang" gugup Ronny menjawab Dayana sambil meraih tubuhnya untuk dipeluk. Dag dig dug tak karuan debaran jantung Ronny saat itu.
"ya udah. gak apa-apa"
"lain kali kabarin aku ya kalo telat" Dayana memaklumi sikap suaminya saat itu. Karena ini pertama kalinya Ronny lupa mengabarinya.
"siappp...Ndan" jawab Ronny meniru prajurit yang sedang diberi perintah oleh komandan.
Dayana hanya tersenyum geli melihat tingkah suaminya itu. Baginya, ketika suami pulang dengan selamat dan sehat, itu adalah sebuah berkah yang patut disyukuri.
Dikamar setelah Ronny membersihkan diri, Ronny meminta Dayana mempersiapkan pakaiannya selama seminggu untuk dibawanya keluar kota.
"kok lama banget kali ini mas" selidik Dayana cemas.
"iya.. kan mau lihat lahan yang bakal kita bangun untuk kantor cabang" jawab Ronny tenang.
Selama ini Ronny hanya menghabiskan waktu 3-4 hari untuk menyelesaikan pekerjaannya diluar kota. Tapi kali ini membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan proyek yang harus Ronny sendiri tangani.
Bisnis keluar Ronny memang sedang berkembang pesat. Produk ayam olahan yang dikembangkan perusahaan mereka mendapat banyak permintaan karena kualitas produk yang mereka pasarkan.
Dayana mengerti karena ayah Jo dan bunda telah membicarakan rencana tersebut jauh hari sebelumnya. Namun, kali ini ada rasa yang tak enak mengganjal di hatinya.
"kamu mikirin apa sayang. Kenapa melamun gitu" tanya Ronny memeluk Dayana dari belakang yang masih duduk di tepi tempat tidur.
"gak mikirin apa-apa mas"
"aku cuman bakalan kangen sama kamu" Dayana berkilah menutupi rasa cemasnya.
"kita masih bisa Video Call kan" bujuk Ronny.
Dayana hanya menanggapi dengan senyuman manisnya.
"ya udah...kita tidur. udh ngantuk banget mas" ajak Dayana membaringkan tubuhnya yang sebenarnya belum benar-benar mengantuk.
Ronny memposisikan diri menghadap istrinya, memeluk dan mengecup kening Dayana lalu ikut memejamkan matanya.
Ketika terdengar dengkuran halus dari suaminya, Dayana yang saat itu belum juga tertidur membuka matanya kembali. Ditatapnya wajah Ronny lekat-lekat. Ia mencoba mencari jawaban atas rasa gelisahnya saat itu.
"Semoga, mimpi burukku hanya bunga tidur, mas" gumam Dayana yang tak terdengar Ronny.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments