Episode 5

Seminggu sudah berlalu...

Esok hari adalah acara syukuran ulang tahun pernikahan Ronny dan Dayana yang jatuh tepat di hari Minggu. Ronny telah berjanji untuk pulang Sabtu sore itu. Namun, sejak pagi ponselnya tidak bisa dihubungi.

Dengan menepis rasa cemas dihatinya, Dayana menyibukkan diri dengan menyiapkan makanan untuk disajikan kepada beberapa kerabat malam itu dan kue untuk dihidangkan tamu-tamu yang hadir besok siang.

Sudah pukul 6 sore tapi Ronny juga belum pulang. Beberapa kerabat telah datang lebih awal untuk membantu.

Para keponakan ayah Jo sibuk menata ruang tamu dan menghiasnya sebaik mungkin. Para wanita berusia lebih memilih duduk sambil bertukar cerita di dapur. Sedangkan para ayah juga ikutan sibuk... Sibuk mendukung jagoan balapnya masing-masing.

"Ayah... Coba hubungi lagi Ronny. Kenapa  sampai jam segini juga belum sampai" pinta bunda Khawatir.

"Udh dari tadi  ayah coba,bun"

"Tapi belum aktif juga" jelas ayah Jo dengan tenang.

"Kemana sih anak nakal itu" ujar bunda mondar mandir di depan TV sehingga menghalangi ayah Jo dan saudara lainnya menonton balap motor.

"Bunda, minggir dong. Jagoan ayah kalah cepat sama bunda" kesel ayah Jo diikuti suara protes kerabat mereka yang ikut nonton.

"Eh iya... Maaf" bunda Lidya pun masuk menuju dapur. Tempat dimana menantu serta beberapa saudarinya menyiapkan makan malam.

"Dayana..." Panggil bunda

"Iya bun..." Sahut Dayana menghampiri bunda Lidya dengan tangannya berlepotan tepung.

"Kamu udah bisa hubungi Ronny?" Tanya bunda gelisah.

"Belum bisa juga bun" Resah Dayana tanpa sadar ia memijit keningnya yang pusing karena memikirkan suaminya yang tanpa kabar.

"Wkaka haha..haha" bunda tiba-tiba tertawa terbahak-bahak melihat wajah Dayana yang belepotan tepung.

"Kenapa bunda??" Tanya Dayana kebingungan dengan perubahan emosi bundanya.

"Hmmppffh...Gak apa-apa sayang"

"Udah sana...lanjutin lagi" ujar bunda  menahan tawa tanpa menjelaskan.

Di tempat lain...

"Mas...bantu angkat kotak ini donk. Berraattt....." rengek Zahri yang sedang berusaha mengangkat sebuah kotak yang berisi perkakas dapur hadiah pernikahan mereka.

"Sini... Mas z yang angkat"

"Kamu istirahat ya. Udah dari pagi beres-beres gak siap-siap" Ronny menggelengkan kepalanya.

Sebenarnya Ronny telah kembali ke kota asalnya kemarin. Membawa serta Zahri ke rumah yang Ronny kontrak. Berikut juga barang-barang keperluan rumah tangga hadiah para tamu undangan turut diboyong Zahri ke kota Ronny yang telah sah menjadi suaminya.

Rumah yang Ronny kontrak tidak jauh dari kantornya. Ia sengaja memilih rumah yang dekat agar siang hari dapat pulang ke rumah istri keduanya. Ketika Zahri datang ke kota, mereka membeli beberapa perabotan rumah tangga untuk mengisi rumah sewa tersebut.

Rumah sederhana bercat hijau tosca tersebut berada disebuah komplek kecil 15 menit dari kantor Ronny. Memiliki sistem keamanan 24 jam satpam dan CCTV. Ditambah pembatas jalan agar tidak sembarangan orang asing keluar masuk. Setiap Penghuni rumah diberi tanda pengenal khusus selama tinggal dikomplek tersebut.

Pagi itu Ronny kehilangan ponselnya ketika mereka membeli beberapa bahan makanan. Sehingga tak ada satupun orang yang dapat menghubunginya.

Telah malam ketika kegiatan berbenah rumah mereka selesaikan. Ronny yang masih sibuk memaku dinding untuk cantolan pajangan belum menyadari bahwa kabar darinya sudah ditunggu-tunggu keluarganya dirumah.

"Astaga... udah jam 8 malam mas" pekik Zahri mengingatkan Ronny akan janjinya untuk sampai dirumah sore hari.

"Waduuhhh... Mas harus pulang ke rumah mama sekarang" Ronny buru-buru mencuci wajah dan tangannya dan bergegas menganti baju kaus yang telah kotor terkena debu saat membersihkan dapur agar esok hari bisa digunakan istri barunya tersebut.

"Mas hati-hati dijalan ya" senyum Zahri tipis tidak rela suami yang baru menikahinya beberapa hari lalu pulang ke rumah istri tua.

"Emmm... Kamu jaga diri ya"

"Lusa pagi mas datang" ujar Ronny sambil memakai sepatunya.

Setelah memastikan mobil yang Ronny kendarai tak terlihat lagi, Zahri menutup pintu dan menguncinya.

Dengan langkah gontai, Zahri menuju dapur untuk membuat susu coklat hangat kesukaannya. Rasa laparnya hilang seketika begitu Ronny pulang ke rumah istri tuanya.

"Seperti ini rasanya berbagi suami" Zahri tersenyum kecut melihat sekelilingnya hening.

...

Tiiinnn...tiiinn...

Suara klakson mobil Ronny terdengar nyaring berulang kali. Jam 11 malam Ronny baru sampai dirumah karena kemacetan panjang di jalan akibat kecelakaan beruntun yang baru saja terjadi.

Asisten rumah tangga bergegas membuka pintu pagar rumah.

"Mbak Ani... Yang lain udah pada tidur belum?" Tanya nya ke asisten berusia 40 tahunan itu.

"Belum pada tidur, mas Ron"

"Masih nungguin kabar dari mas Ronny" sahut mbak Ani sambil menurunkan koper majikan mudanya.

" Ok...makasih y mbak Ani" Ronny melesat masuk ke dalam rumah, langsung menuju ruang keluarga.

Hiasan acara syukuran yang tertata apik pun tak terlihat dimatanya. Baginya yang paling penting adalah menemui keluarganya yang sudah ia buat cemas.

"Dayana..." Ronny sedikit teriak mencari-cari keberadaan istrinya.

"Mas Ronny..." Dayana menghambur kepelukan sang suami menumpahkan air mata yang sudah lama tertahankan.

"Maafin mas y... Hp mas hilang, jadi gak bisa hubungi kamu" jelas Ronny mempererat pelukan ke istrinya untuk menenangkannya.

"Kamu kenapa gak langsung beli hp baru sih mas buat hubungi kami" Dayana memanyunkan bibirnya, menatap kesal suami yang sudah membuatnya khawatir seharian.

"Itu...karena..." Ucapan Ronny terpotong

"Anak nakal..." Bunda Lidya muncul dari belakang Ronny langsung menjewer Ronny dan memukul bokongnya berulang kali.

"Aduh bun..sakit"

"Ampun bun... Sakit. Ayah tolong  Ronny" Ronny kewalahan menerima kemarahan bunda Lidya.

Dayana dan ayah Jo kompak menggelengkan kepala melihat tingkah ibu dan anak itu tanpa berniat menengahi.

Lain hal dengan keluarga besar Barata yang telah berkumpul menyaksikan pergelutan yang jelas tidak imbang tersebut. Mereka semua menyemangati bunda Lidya untuk menghukum Ronny.

Ronny berjingkat ke kiri ke kanan menghindari jurus kemoceng ayam jago khas bundanya. Ia mencoba bersembunyi di balik tubuh tegap ayahnya.

Namun ayah Jo juga beberapa kali kena tebasan kilat sang istri, hingga membuatnya tak tahan lagi mendorong Ronny kembali menghadap bunda untuk menerima hukuman.

Kali ini ia tak kehilangan akal, Ronny bersembunyi dibalik tubuh mungil istrinya. Tak salah lagi, bunda mengentikan ayunan tebasan mautnya agar tidak melukai menantu kesayangannya, Dayana.

Melihat ada sedikit celah, Ronny berlari kencang menarik tangan Dayana ke kamar mereka.

"Dasar bocah nakal.. kenapa kamu tidak dimakan kodok ompong saja, haah" umpat bunda Dayana yang semakin kesal setelah mendengar alasan Ronny tidak dapat dihubungi.

Padahal, bisa saja ia meminjam telpon kantor polisi setempat untuk mengabari keluarga dirumah. Bukankah saat ponsel kita hilang, harus segera melapor ke polisi.

"Yaaahhh... Udah tamat" ucapan kompak keluar dari tiap suara keluarga Barata sebagai penonton.

Di kamar, Ronny langsung membersihkan dirinya. Kemudian merangkak naik ke ranjang meletakkan kepalanya dipangkuan Dayana yang tengah bersandar nyaman sambil membaca novel favoritnya di aplikasi Noveltoon.

"Kamu jangan seperti ini lagi ya mas"

"Sesibuk atau seurgent apapun urusan kamu, kewajiban kamu untuk memberitahu keluarga harus dilakukan. Itu tanggung jawab kamu loh sebagai kepala keluarga" nasehat Dayana lembut.

"Humm.. mas janji" sahutan Ronny terdengar pelan. Dayana melihat raut lelah terukir di wajah suaminya.

"Mas, posisi tidurnya yang bener donk. Nanti pinggang kamu sakit" Dayana mencoba menggeser Ronny, tapi karena tubuh Ronny lebih besar, tenaga Dayana tak cukup kuat bahkan hanya untuk mengerakkan sedikit tubuh Ronny.

Ronny pun berguling ke samping, meraih bantal yang digunakannya sebagai guling. Kemudian menyelimuti tubuh suaminya lalu mengecup sayang keningnya.

Acara syukuran Dayana berlangsung dengan sukses. Semua tamu undangan hadir memberikan do'a yang terbaik untuk mereka. Tak terkecuali Theo yang juga turut hadir.

Namun, Dayana menangkap gelagat aneh sahabat karib suaminya itu. Biasanya Theo sangat ramah bahkan menghampiri terlebih dahulu Dayana untuk mengajak berbincang.

Tapi saat ini, Theo yang juga membawa istri bersamanya berulang kali berusaha menghindari Dayana.

4 minggu kemudian, Dayana yang sudah memiliki jadwal rutin setiap 2 bulan sekali untuk memeriksakan kesehatan rahimnya kali ini meminta bunda Lidya untuk menemaninya.

Saat sampai di depan pintu rumah sakit, Dayana membayar ongkos taxi. Dayana menangkap sosok yang sangat ia kenali.

Dayana terperangah dengan pemandangan pahit di depannya. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Dayana segera turun berlari mengejar sosok pria tersebut untuk memastikan disusul bunda Lidya. Namun ia tak menemukan sosok yang sangat dicintainya itu dimanapun.

Dayana hancur ketika tanpa sengaja di rumah sakit tempat ia biasa memeriksakan kesehatan rahimnya, ia melihat suami yang sangat ia cintai tengah bergandengan mesra dengan wanita lain. Bahkan bunda Lidya yang saat itu menemani Dayana menantu yang sangat ia sayangi, merasa ikut hancur hatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!