NovelToon NovelToon

Madu Manis Milik Suamiku

Episode 1

Dayana Murni..

 Seorang gadis Yatim Piatu dari

keluarga yg sederhana. Sejak berusia 14 thn, Dayana dibesarkan oleh adik dari

ayah kandungnya. Paman Dayana memiliki bengkel kecil sebagai sumber nafkah

mereka sehari-hari saat Dayana dibesarkan oleh pamannya tersebut.

Paman Dayana memiliki cacat fisik

akibat kecelakaan maut yg menimpa orangtua Dayana. Ketika itu Dayana kecil,

paman dan kedua orangtua Dayana mengendarai mobil untuk berlibur ke kota B.

Namun, ditengah perjalanan, mobil

mereka tergelincir akibat menghindari truk besar yang mencoba menyalip dari

arah depan mereka.

 Saat itu Pamannya lah yang

menyetir & terus menyalahkan dirinya sendiri dengan kematian kedua orangtua

Dayana. Bayu Permana, paman Dayana sejak saat itu memutuskan akan terus merawat

Dayana kecil seorang diri.

 *****

12 tahun kemudian...

Dayana telah tumbuh menjadi gadis cantik yang sukses dengan usaha Cateringnya. Sejak mengikuti kursus tataboga setelah lulus SMA, Dayana memberanikan diri mencoba peruntungannya dalam hobi yang sudah lama ia asah.

Usahanya maju pesat dalam waktu 1 tahun. ia telah memiliki 15 karyawan yang membantunya membuat pesanan para pelanggannya yang semakin hari semakin banyak.

Tak jarang ia mendapat order dalam jumlah besar seperti saat ini untuk acara pernikahan putri seorang

pelanggan loyal di salah satu gedung serbaguna kota tersebut.

"Mbak Niken, tolong berikan

kwitansi pelunasan ini ya ke Pak Teguh" ujar Dayana sembari menyodorkan

sebuah amplop putih kepada asisten kepercayaannya, Niken.

"siiiaaapp bossku..."

jawab Niken sambil mengulurkan tangannya meraih amplop tersebut.

"oh..iya"

"sampaikan juga maaf pada

beliau, kalau aku gak bisa hadir y mbak. tau sendiri kan alasannya" Niken

langsung menunduk merasa tidak enak.

Sebab pak Teguh adalah pelanggan

pertama yang membeli dagangan Dayana ketika ia pertama kali berjualan

menggunakan sepedanya keliling komplek sekitar rumahnya.

"jangan khawatir gitu donk,

bossku.."

"pasti pak Teguh pahamlah”

“gak mungkin juga kan si boss

datang ke acara nikahan megah dengan kaki pincang dan wajah lebam gitu"

"bisa dicurigai sebagai

mantan yang ditinggal pengantin pria...iiihh" celoteh Niken panjang yg

entah berusaha menghibur atau  meledek Dayana dengan wajah cantik bengkaknya.

"apaan siiihhh mbak..."

Dayana maju satu langkah mencoba mencubit pipi Niken yang selalu berfikir aneh

dalam kebawelan sifatnya.

 "aku pergi boss.. jangan

berusaha mengejarku. Karena cintaku hanya milik Vicky seorang...

kwkakwkwaka" Niken pun berlari kecil menghindari tatapan Dayana yang mulai

kesal.

 Namun, sifat Niken itulah yang

membuat mereka menjadi dekat. Niken sebagai asistennya selalu ceria dan dapat

menjadi penyemangat bagi karyawan lain juga selalu dapat diandalkan oleh

Dayana.

Dayana melirik sekilas jam

diding.. waktu menunjukan masih pukul 6.30 pagi. Ia lantas memutuskan kembali

ke kamar setelah melihat timnya pergi ke acara membawa pesanan serta perkakas

dapur untuk digunakan menghangatkan makanan jika diperlukan.

 Dayana hanya memiliki satu mobil

operasional jenis Blind van yang sudah ditempelkan logo cateringnya, dan harus

menyewa 1 mobil lagi untuk beberapa orang karyawannya yang ikut dalam

menghidangkan makanan nanti.

Tertatih Dayana berjalan menahan

sakit disekujur tubuhnya. Ia pun mengingat kembali kejadian 2 hari lalu yang

menyebabkan ia mendapatkan luka lebam di wajah cantiknya. Kulit Putih mulusnya

tangan serta kakinya tak lepas dari luka lecet yang cukup membuat Dayana ngilu

setengah mati menahan perihnya.

 Flashback On...

 "awaaaassss..." teriak

Dayana mendorong seorang wanita setengah baya ke pinggir jalan saat menyebrangi

jalan.

 "ciiiiiiiiittt....buuughhh"

suara decitan rem mobil dan tabrakan pun terdengar.

 Segera orang-orang disekitar itu pun menolong Dayana. Pemilik mobil tersebut juga segera meluncur bersama wanita yang Dayana selamatkan dari kejadiaan naas tersebut ke rumah sakit

terdekat.

Setengah jam berlalu... sipemilik mobil meminta maaf pada Dayana yang baru saja sadar dari pingsannya dan

tak lupa pula kepada wanita tersebut karena kurang hati-hati mengendarai

mobilnya.

Dayana juga menolak uang kompensasi darinya untuk merawat luka Dayana

sampai sembuh. Setelah pengemudi itu pulang,wanita yang Dayana selamatkan mendekatinya

 "siapa nama kamu, nak??" tanya Wanita itu menggenggam lembut jemari Dayana

"Dayana, tante" jawabny lemah, namun berusaha tersenyum.

"nama tante Lidya Sumitra"

"tante Minta maaf dan sangat berterimakasih karena kamu udah tolongin tante y" ujar Lidya sambil

mengelus lembut kepala Dayana.

Tampak mata Lidya berkaca-kaca menatap wajah cantik gadis heronya telah bengkak akibat tertubruk spion mobil.

"tante...it's OK" Dayana mencoba tersenyum menghibur

Lidya mengangguk pelan dan menghapus jejak air mata yang tertumpah sejak tadi.

"rumah kamu dimana,nak"

"tante ingin menghubungi orang tua kamu" Lidya kini menggenggam lembut tangan Dayana.

Bukannya jawaban yang ia dapat, melainkan semburat kesedihan yang terlihat di wajah Dayana.

 Lidya masih menunggu dengan sabar jawaban dari Dayana

"Dayana hanya punya seorang paman, tante" jawabnya lirih dan kembali mencoba tersenyum.

"ahh..baiklah. berikan nomer ponselnya pada tante" Lidya tak ingin bertanya lebih jauh. Ia takut akan

membuat gadis penyelamatnya semakin sedih.

Flashback Off..

Tok...tok...tok..

Suara pintu diketuk terdengar.

 "sebentar..." sahut Dayana sedikit teriak dari Dalam kamarnya.

"hufhh... siapa sih

pagi-pagi begini bertamu" keluhnya sambil berjalan pincang menuju pintu rumah

cekleeekkk....derit suara pintu

 "pagii...sayang" sapa seseorang ceria dibalik pintu tersebut dengan senyum ramahnya.

Dayana membalas kikuk senyum tersebut...

"eehhh.. Tante. Silahkan masuk.." Dayana pun mempersilahkan tamunya masuk yang tak lain adalah

tante Lidya Sumitra, seorang ibu yang ditolongnya tempo hari.

Tante Lidya pun masuk ke dalam rumah sambil memperhatikan gerak gerik Dayana menuntun mereka duduk diruang tamu.

Dengan perasaan bercampur aduk Lidya menghapus titik air disudut kedua matanya. Ada penyesalan, kasihan dan kasih sayang yang ia rasakan saat ini.

 "oohh.. gadis malang. kamu pasti merasa sangat sakit nak" bisik batinnya pilu

Tante Lidya duduk dan memperkenalkan seorang pria tua disebelahnya

"Dayana.. perkenalkan. Ini suami tante" tante Lidya membuka percakapan

"Johan Barata" ujarnya tersenyum sambil mengulurkan tangannya

"panggil saja, om Jo " sambungnya

"Dayana.." Dayana menyambut uluran tangan om Johan perlahan

"kamu pasti bingung kan kenapa pagi-pagi begini tante dan om datang bertamu?" tanya tante Lidya

Dayana menganggukan kepalanya seraya tetap mempertahankan senyum canggungnya.

"tante mau ajak kamu memeriksa luka-luka kamu ke dokter" lanjutnya

 "ta..." Dayana ingin mengucapkan sesuatu tapi langsung saja dipotong oleh tante Lidya

"no...no...no..."

"tante tidak menerima penolakan. karena itu membuat tante terluka dan terus merasa bersalah"

ucap tante Lidya tegas sambil menggerakkan telunjuk serta kepalanya ke kanan kiri untuk mengkonfirmasi bahwa ia sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Dayana melirik om Johan. om Johan pun menganggukkan kepalanya sekali, ia tersenyum menatap Dayana. Terlihat ketulusan dan kehangatan dalam senyumannya itu.

Dayana pun menyerah, tak mungkin ia bisa melawan pada orang tua seusia almarhum kedua orangtuanya yang sekarang duduk dihadapannya.

 "baiklah.. Dayana bersiap-siap dulu ya om tante" katanya saat bangkit dari duduknya.

"huu..umm...silahkan" jawab tante Lidya menampilkan sederet gigi putihnya penuh kemenangan.

Tak lama kemudian, ketiganya pun berangkat setelah Dayana mengirim pesan singkat pada pamannya yang sudah berada di bengkel sejak pukul 6 setiap paginya .

Dayana tak mau direpotkan dengan antrian panjang serta perasaan bersalah jika menghabiskan banyak uang untuk pengobatannya lebih memilih berobat ke klinik umum tak jauh dari tempat tinggalnya.

Hari sudah menjelang siang ketika mereka menyelesaikan pemeriksaan pada luka-luka pada tubuh Dayana.

Sesampainya dirumah setelah dari klinik, Pamannya telah menunggu di teras rumah sambil menyeruput kopi hangatnya menyambut keponakan tersayangnya serta sepasang suami istri tersebut.

 Pamannya terbiasa makan siang dirumah bersama Dayana, jika ia sedang tidak ada kegiatan diluar.

"selamat siang pak" Om Johan menyapa paman Bayu terlebih dahulu

"selamat siang juga" sahut paman Bayu ramah menyambut hangat keduanya.

"mari silahkan masuk" paman Bayu mengajak para tamu duduk diruang makan menikmati  makan siang

bersama menu pesta yang sudah disisihkan oleh mbak Niken pagi itu.

Mereka pun berbincang hangat sementara Dayana yang sudah merasa lelah  meminta izin sebelumya untuk

langsung istirahat terlebih dahulu.

Entah apa yang mereka bicarakan, Dayana hanya mendengar gelak tawa sesekali sampai ia tertidur pulas.

Episode 2

Dalam perjalanannya, Ronny yg memilih mengendarai mobil sendiri untuk sampai ke tempat yg dituju.

Setelah 2 jam perjalanan, ia tiba-tiba teringat sesuatu dan kemudian Ia menepikan mobil, mengambil ponsel

dan membuka maps sambil bekal yg dibawanya.

Setelah beberapa saat berselancar mencoba mencari sesuatu dalam aplikasi benda pipih canggih itu, ia melanjutkan perjalanannya .

 1 jam kemudian Ronny telah sampai dilokasi yg ia tuju. Di tempat yg dijanjikan  ia sudah disambut oleh

kenalannya.

Ronny turun dari mobil, dan segera menemui pria tua yg sudah menunggunya.

 "Dengan pak Mulyo?"

Sapa Ronny pada pria tua yg sudah lama menunggunya disana.

 "Ahh.. iya benar mas. Itu saya" jawab bapak tersebut

 "Mas Ronny kan? Selamat datang di desa kami, mas" sambut pak Mulyo ramah.

 Pak Mulyo merupakan tenaga pemasaran di perternakan terbesar desa tersebut.

 Pak Mulyo sudah berusia 55 tahun, tapi tak menyurutkan semangatnya mencari nafkah.

 "Mari mas, kita langsung saja temui pak Purnomo. Saya udah buat janji dengan beliau" ajak pak Mulyo

 "Oh... Bagus pak. Semakin cepat semakin baik..hehee" sahut Ronny senang.

 Sesampainya 10 menit kemudian, mereka pun segera masuk menuju kantor kecil Purnomo.

 Terlihat disana ada beberapa orang tenaga kerja berkumpul disatu ruangan.

Perkenalan singkat antara keduanya dilanjut dengan kesepakatan kerjasama pun berlangsung dengan ringan.

 Purnomo adalah seorang pria berusia 48  thn yg berwawasan luas juga hangat.

 Mereka bertiga mengobrol banyak hal, bahkan tentang pengalaman masa muda Purnomo.

 Purnomo adalah salah satu lulusan terbaik pada masanya di universitas yg sama dengan Ronny.

Dan ternyata sahabat karib Purnomo menjadi salah satu dosen yg mengajar Ronny.

Purnomo dan sahabatnya itu berpisah saat ia memutuskan kembali ke kampung halaman untuk memajukan

perekonomian penduduk desa.

 Setelah saling bertukar ceritadan nomer ponsel, mereka dikejutkan oleh panggilan seseorang kepada Purnomo.

 Terdengar suara langkah seseorang masuk ke dalam ruang kerja Purnomo dengan terburu-buru.

Gadis itu langsung memeluk Purnomo begitu saja tanpa menyadari ada orang lain yg sedang berada disana.

Ronny pun terkesima dengan wajah manis seorang gadis yg merupakan putri tunggal rekan bisnisnya saat ini.

Ronny pun terkesima dengan wajah manis seorang gadis yg merupakan putri tunggal rekan bisnisnya saat ini.

 "Ayaaah... Zahri kangen" gadis yg sedang bergelayut manja duduk dipangkuan rekannya itu merupakan anak tunggal dari Purnomo.

 Ia sudah beberapa bulan ini mengikuti tugas KKN di salah satu instansi pemerintahan yg cukup jauh dari

tempat tinggal mereka.

Zahri Sakura, nama lengkap gadis manis itu. Kuliah jurusan Manajemen Informatika Komputer di kampus swasta satu-satunya kota kabupaten.

 65 menit jarak yg harus ditempuh oleh gadis itu setiap harinya menggunakan angkutan umum menuju tempat ia melanjutkan study.

Hubungannya dengan sang ayah sangat dekat. Maka dari itu, ia lebih memilih pulang pergi ke kampus tiap

harinya  daripada harus ngekost berhari-hari tanpa melihat ayah tercinta.

 "Ayah tau kamu kangen"

"Tapi ayah juga gak ajarin kamu bertingkah kurang sopan seperti ini dihadapan tamu" cecar Purnomo sembari memberi kode pada Zahri untuk melihat ke belakangnya.

"Eehh...." Zahri bergidik mendengar penuturan ayahnya.

Dengan perasaan campur aduk ia perlahan menoleh ke belakangnya.

 Degh.....

 Degub jantungnya seakan berhenti saat melihat sosok pria tampan yg tersenyum geli melihatnya.

 Zahri mengangguk kikuk membalas senyum Ronny yg sekarang malah menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya mencoba menahan tawa.

Tanpa aba-aba Zahri yg terlanjur malu itupun langsung melarikan diri meninggalkan ruangan kerja ayahnya.

Zahri yg wajahnya sudah memerah seperti tomat itupun terus berlari menuju rumahnya yg berjarak 100 meter dari kantor kecil Purnomo.

Malam harinya ...

Ronny diundang Purnomo makan malam bersama dikediamannya.

 Mitha Putri, istri Purnomo yg sehari-hari berperan sebagai ibu rumah tangga, telah memasak beberapa lauk dan sayur pendamping untuk menjamu tamu mereka, Ronny.

Tibalah saat makan malam....

Pak Mulyo dan Ronny beserta kedua tuan rumah telah duduk bersila di ruang tamu yg merangkap sebagai ruang keluarga.

Rumah Purnomo memang tidak besar seperti layaknya pengusaha ternak yg cukup besar seperti dirinya.

 Ukuran rumah milik Purnomo layaknya seperti rumah di desa-desa pada umumnya. Hanya sepetak kecil, tapi

memiliki tanah pertanian, perkebunan dimana-mana.

"Mari kita mulai makan" Mitha meletakkan lauk terakhir yg sudah ia siapkan.

"Loh, bu..."

"Mana Zahri. Cepat panggilkan makan malam bersama" pinta Purnomo

"Putri manjamu itu sejak pulang ke rumah langsung mengurung diri setelah mandi sore" jelasnya.

"Kelakuannya makin menjadi-jadi saja" lanjutnya menggeleng kepala heran.

 Purnomo menjelaskan tentang kejadian sore tadi kepada istrinya dengan sedikit berbisik, namun masih dapat

terdengar oleh Ronny dan pak Mulyo.

Mereka kompak menahan tawa demi sang putri agar tidak semakin malu sendiri.

 "Ayo bu, ajak putrimu makan bersama" pinta ayah zahri lagi.

 "Baiklah ...ibu coba" sahut istrinya seraya bangkit dari duduk.

 Tak lama kemudian, Mitha berhasil membujuk putri manjanya untuk duduk bersama menyantap makan malam sebagai jamuan sekaligus syukuran atas resminya kerja sama antara Ronny dan Purnomo.

 Zahri melirik sedikit Ronny yg tengah tersenyum menatapnya.

Seketika wajah zahri memerah teringat dengan kejadian tadi sore.

Ronny usil mengedipkan sebelah matanya pada Zahri. Dan wajah zahri pun semakin memerah. Ingin rasanya ia menangis saat itu juga karena sangkin malunya.

Keesokan paginya...

Ronny yg telah bangun awalmemakai pakaian joggingnya untuk lari ringan berkeliling sejenak menikmati suasana tenang desa tersebut.

 Tibalah Ronny di sungai kecil desa itu tanpa sengaja. Sebenarnya Ronny saat itu tersesat, salah ambil jalur

kembali ke rumah singgah yg kepala desa setempat sediakan.

 Ronny membuka sepatu dan kaus kakinya. Berjalan pelan diatas batu sungai yg sedikit licin.

Ketika ia mencoba mencecahkan kakinya ke dalam air. Ia terjingkat kaget dengan suhu dingin air sungai yg

jernih itu.

Ia pun kembali ke tempat awal ia buka sepatu. Kemudian berlari kembali menyusuri jalanan desa.

Dijalan Ronny berpapasan dengan beberapa petani yg bersiap-siap ke sawah.

Ronny bertanya arah untuk kembali ke rumah singgah.

Saat ditengah perjalanan, Ronny bertemu kembali dengan Zahri yg sedang sibuk menangkap kelinci peliharaannya yg kabur.

Zahri berusaha menangkap kelinci tersebut, tapi si kelinci terus saja menghindari Zahri dengan melompat kesana kemari.

Ronny pun bersigap membantu Zahri menangkap kelinci berwarna bronze itu.

Kini keduanya telah mengepung sikelinci dari dua sisi.

Ketiganya diam tak bergerak sambil tetap mengawasi langkah lawan bak adegan koboi di film jadul.

 Hanya terdengar suara desiran angin menubruk daun-daun pepohonan. Sampai mereka bertiga bergerak melompat bersamaan...

Buughhh.... Suara jatuh terdengar. Oh Tidak, tepat nya suara tubrukan jatuh yg terdengar.

Ternyata, bukan kelinci bronze yg nakal itu yg tertangkap. Melainkan Ronny dan Zahri saling menangkap tangan mereka.

Kepala mereka yg berbenturan kuat kini muncul benjolan.

"Awwww....sakiiittt" rintih Zahri dan Ronny kompak.

Keduanya saling tatap, lalu tertawa lucu bersama.

Dimana si kelinci nakal????

Dia sudah kembali melompat lompat seperti tertawa girang menang menuju kandangnya.

"Ronny..." pria tampan di hadapan Zahri mengulurkan tangan padanya.

"Zahri..." Dengan ragu-ragu ia menyambut  uluran tangan Ronny.

***

Agenda Ronny siang itu adalah mengecek perternakan Purnomo. Ia berkeliling ditemani oleh pak Mulyo dan

Purnomo sendiri untuk menjelaskan cara Purnomo merawat ayam-ayam ternaknya.

Sore harinya, Ronny dan Zahri yg telah sepakat untuk berteman. Meminta Zahri untuk menunjukkan pesona desanya. Agar ia tidak kembali tersesat seperti pagi itu.

3 hari sudah Ronny mempelajari kondisi perternakan milik Purnomo. Saatnya ia kembali ke rumahnya. Lebih cepat dari jadwal yg sudah ia susun.

Ronny berpamitan pada pak Mulyo dan Purnomo sekeluarga. Ada rasa tak rela yg Zahri rasakan saat Ronny akan kembali ke kota.

Ronny menatap lekat dua bola mata coklat milik gadis manis dihadapannya kini.

Ronny pun merasakan enggan pergi setelah menghabiskan beberapa waktu keceriaan bersama dengan Zahri.

Tapi, ia tetap harus kembali ke kota untuk menjalankan perusahaan kecilnya

Ditengah perjalanan, Ronny pun memiliki rencana lain dibenaknya untuk menggunakan 1 hari berlibur bersama istri tercinta, Dayana.

Ronny merasa sudah cukup lama ia dan Dayana tidak menghabiskan waktu berdua saja. Ia kemudian mengetikkan pesan singkat untuk sang istri.

*******

Hari - hari berjalan seperti biasa sampai waktu ketika Dayana ingin membuka ponsel suami untuk mengirim  beberapa foto mereka yg tersimpan di ponsel suaminya.

"Terkunci..." Dayana heran. Sejak kapan suaminya mengunci layar ponsel.

Dayana meletakkan ponsel Ronny kembali dan mencoba menanyakan hal itu pada Ronny.

Baru selangkah Dayana melangkah, ponsel Ronny berbunyai. Kemudian ia mengambilnya kembali.

Dayana menatap identitas nama yg tertera dilayar ponsel tersebut.

 *Bronze Bunny*

 "Siapa ini..." Pikir Dayana resah

Tuuutt...tuutt...tuuuttt....

Suara telepon pun terputus saat Dayana mengangkat panggilan itu.

 "Ada apa..." Ronny tiba-tiba muncul dari arah belakangnya.

"Ada yg nelpon kamu mas"

 "Bronze Bunny... Siapa itu?" Dayana menelisik gelagat suaminya yg mendadak gugup.

 "Oohhh .. itu nama toko kue" kilah Ronny sekenanya

Ronny mengambil ponselnya dari tangan Dayana, dan berlalu begitu saja. Ponsel itu pun tak lama kembali

berbunyi.

 Dayana merasa curiga dengan perilaku suaminya belakangan ini. Tak pernah sekalipun suaminya menjauhi

dirinya saat menerima telepon seseorang.

Namun, sejak kembali dari desa beberapa yang minggu lalu, perilaku suaminya sedikit berubah.

Episode 3

Dayana merasa curiga dengan perilaku suaminya belakangan ini. Tak pernah sekalipun suaminya menjauhi dirinya saat menerima telepon seseorang.

Namun, sejak kembali dari Desa beberapa minggu yang lalu, perilaku suaminya sedikit berubah.

Dayana melenguh khawatir jika firasatnya didalam mimpi itu menjadi kenyataan. Dengan cepat Dayana menggelengkan kepalanya.

"aahhh...tidak. Itu hanya ketakutanku saja"

"aku percaya pada suamiku" gumamnya meyakinkan dirinya sendiri

Sore itu bunda Lidya dan Dayana mempersiapkan cemilan sore untuk mereka. Ayah Jo sudah duduk di gazebo taman tempat favorit keluarga mereka duduk berkumpul meghabiskan waktu bersama.

"ayah..."

"ini kopinya..." bunda Lidya menyodorkan secangkir kopi panas pada ayah jo.

"Dimana suamimu, Ronny nak" tanya ayah Jo pada Dayana

"tadi Mas Ronny izin keluar  buat nongkrong dengan teman-temannya, yah" sahut Dayana memaklumi.

"oohh..iya ya.."

"Ronny dan sahabatny memang sangat sibuk belakangan ini"

"Setau ayah, mereka duah lama gak ngumpul" jelas ayah Jo memahami persahabatan putranya sedari kecil.

"ooh iya...ayah"

"bunda mau buat acara syukuran untuk merayakan ulang tahun pernikahan anak-anak kita yang kedua" bunda terlihat sangat bersemangat dengan idenya itu.

"bagus itu... kapan mulai persiapannya"

"ayah mau ikutan bantu" ayah Jo menawarkan diri untuk menemani bunda Lidya dan Dayana.

Sejak kecelakaan tempo hari, ayah Jo semakin protektif kepada bunda dan Dayana. Ayah Jo tak ingin kejadian itu terulang lagi, mengingat bahwa istrinya itu adalah wanita yang sangat ceroboh.

Meskipun begitu istrinya tersebut adalah wanita yang sangat lembut juga perhatian.

"cakeeepppp..." goda bunda Lidya sambil mentoel dagu ayah Jo

"bakalan santai kita ya, Day. Karena ada yang bawain belanjaan kita" ujar bunda tersenyum melirik Dayana penuh arti.

"ooohh.. jadi maksudnya ayah mau bunda dijadikan kuli angkut, gitu?" ayah Jo mengerti kata-kata ambingu yang dilontarkan istrinya, ia tak terima ucapan istrinya itu.

"iya...emang gak boleh?" sergah bunda Lidya menantang melototi sang suami

"ehh..anu.. boleh deh" pasrah ayah Jo yang takut istrinya ngambek.

Dayana terkekeh geli menonton kedua mertuanya saling adu kata. Dalam hati Dayana ia sangat bersyukur melihat keharmonisan kedua orangtuanya ini.

Rindu yang ia pendam selama ini kepada almarhum kedua orangtuanya terurai dengan kehadiran mertuanya. Seperti ini juga keharmonisan yang Dayana ingat dari kedua orang tuannya.

Sementara itu...

Di sebuah mall Ronny sedang duduk disalah satu bangku yang tersedia untuk pengunjung mall tersebut.

Kepalanya celingak celinguk seperti mencari seseorang yang ia tunggu. Ia tampak begitu gelisah, sampai seseorang datang menutup kedua matanya dari belakang.

"eehh..." Ronny terkejut sejenak, Namun ia segera menyadari tangan lembut siapa yang sedang usil menutupi pandangannya.

"jangan nakal, Zahri" ujar Ronny menebak si empunya tangan.

"iishhh... mas gak asyik"

"pura-pura kaget atau teriak minta tolong gitu kek" keluh Zahri pura-pura ngambek.

"emangnya mas selebay itu..?" tanya Ronny sembari menarik tangan Zahri untuk duduk disampingnya.

"mas udah lama nunggu" Zahri mengalihkan pembicaraan.

"gak terlalu lama. cuman 35 menit" Ronny memasang wajah kesal

"hehhee... maaf ya" Zahri tersenyum kikuk.

"ya udah.. mau kemana dulu nih" Ronny bertanya sambil mengusap lembut puncak kepala Zahri.

"makan dulu ya... aku lapar banget mas, dari siang aku belum makan" rengeknya

"okelah...hayuk kita cari tempat makan dulu" ajak Ronny sambil menggenggam erat tangan Zahri.

Zahri pun hanya mengikuti kemana arah Ronny membawanya. Kedua insan tersebut berjalan-jalan dengan santai menikmati kebersamaan dan rindu yang sudah tak terbendung lagi.

Setelah saling bertukar nomer ponsel, keduanya semakin akrab dan merasa nyaman satu sama lainnya. Meskipun jarak usia mereka cukup jauh. Zahri yang berusia 22 tahun dan Ronny berusia 32 tahun tak merasa canggung untuk saling membalas rasa yang ada walau mereka berdua tahu bahwa ada seorang wanita halal yang menanti Ronny dirumah.

Setelah puas berbelanja, Ronny mengantarkan Zahri pulang ke penginapan.

"mas gak mampir dulu" tawar Zahri sembari menggesek sebuah kartu kunci kamar hotel itu.

"gak usah deh. udah malem banget"

"mereka juga pasti udah nungguin dirumah" tolak Ronny halus diangguki oleh Zahri yang mengerti situasinya.

Setelah memastikan Zahri masuk dan menutup pintunya, Ronny bergegas pulang. Suasana jalanan yang sudah cukup lenggang memudahkannya untuk sedikit mengebut.

Tak lama kemudian Ronny pun tiba dengan senyum sumringahnya. Ketika melewati ruang tamu, ia terkejut istrinya masih duduk disana menunggunya.

"mas... malam banget sih. udah jam 12 lewat baru ingat pulang" Dayana mengeluh cemberut.

"hehe... iya mas lupa ngabarin kamu"

"maaf ya sayang" gugup Ronny menjawab Dayana sambil meraih tubuhnya untuk dipeluk. Dag dig dug tak karuan debaran jantung Ronny saat itu.

"ya udah. gak apa-apa"

"lain kali kabarin aku ya kalo telat" Dayana memaklumi sikap suaminya saat itu. Karena ini pertama kalinya Ronny lupa mengabarinya.

"siappp...Ndan" jawab Ronny meniru prajurit yang sedang diberi perintah oleh komandan.

Dayana hanya tersenyum geli melihat tingkah suaminya itu. Baginya, ketika suami pulang dengan selamat dan sehat, itu adalah sebuah berkah yang patut disyukuri.

Dikamar setelah Ronny membersihkan diri, Ronny meminta Dayana mempersiapkan pakaiannya selama seminggu untuk dibawanya keluar kota.

"kok lama banget kali ini mas" selidik Dayana cemas.

"iya.. kan mau lihat lahan yang bakal kita bangun untuk kantor cabang" jawab Ronny tenang.

Selama ini Ronny hanya menghabiskan waktu 3-4 hari untuk menyelesaikan pekerjaannya diluar kota. Tapi kali ini membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan proyek yang harus Ronny sendiri tangani.

Bisnis keluar Ronny memang sedang berkembang pesat. Produk ayam olahan yang dikembangkan perusahaan mereka mendapat banyak permintaan karena kualitas produk yang mereka pasarkan.

Dayana mengerti karena ayah Jo dan bunda telah membicarakan rencana tersebut jauh hari sebelumnya. Namun, kali ini ada rasa yang tak enak mengganjal di hatinya.

"kamu mikirin apa sayang. Kenapa melamun gitu" tanya Ronny memeluk Dayana dari belakang yang masih duduk di tepi tempat tidur.

"gak mikirin apa-apa mas"

"aku cuman bakalan kangen sama kamu" Dayana berkilah menutupi rasa cemasnya.

"kita masih bisa Video Call kan" bujuk Ronny.

Dayana hanya menanggapi dengan senyuman manisnya.

"ya udah...kita tidur. udh ngantuk banget mas" ajak Dayana membaringkan tubuhnya yang sebenarnya belum benar-benar mengantuk.

Ronny memposisikan diri menghadap istrinya, memeluk dan mengecup kening Dayana lalu ikut memejamkan matanya.

Ketika terdengar dengkuran halus dari suaminya, Dayana yang saat itu belum juga tertidur membuka matanya kembali. Ditatapnya wajah Ronny lekat-lekat. Ia mencoba mencari jawaban atas rasa gelisahnya saat itu.

"Semoga, mimpi burukku hanya bunga tidur, mas" gumam Dayana yang tak terdengar Ronny.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!