Pagi hari....
Terlihat sepasang suami istri yang baru saja keluar dari kamar membawa sebuah koper. Aura si suami terlihat segar dan bahagia. Sedangkan sang istri tampak gelisah. Entah apa yang kini tengah dipikirkan oleh wanita muda itu.
"Pagi bun... Pagi ayah" sapa Ronny sumringah.
"Ehh..ehhh. Ada apa ini"
"Tumben pagi-pagi gini kamu gak ajak bunda ribut" sahut bunda heran
"Jiaahhh...salah terus deh" keluh Ronny
"Ayah, Lihat deh bunda. Gak pernah mau akur sama Ronny "
"Ronny mau ganti bunda z deh yah" imbuhnya santai disambut tawa sang ayah.
Namun sedetik kemudian tawa ayah Jo mendadak direm oleh tatapan horor bunda Lidya.
Sreetttt...
Suara gesekan piring Ronny yang telah direbut sang bunda pun membuat Ronny menghentikan kegiatan makannya.
"Tidak ada ada sarapan pagi buat kamu" tegas bunda Lidya.
Sendok yang menggantung di mulut Ronny terjatuh saat ia melongo saat mendengar hukuman dari bundanya yang sedang masuk mode ngambek beneran.
"Aiishh..bunda. Ronny laper belum makan sejak 10 jam lalu" tukasnya ikut ngambek.
"Lapeerrr... minta sana sama bunda baru kamu" ujar bunda tak peduli.
"Yank... lihatlah suamimu ini yang di dzolimin, Kamu gak kasian?" Bujuk Ronny mencoba mencari sekutu.
"Gak tuh..." jawab Dayana cuek
Bunda pun melayangkan high five disambut Dayana yang duduk disamping bunda Lidya. Dayana dan bunda Lidya memang selalu kompak dalam urusan apapun.
Ronny melirik ayah Jo, ketika ia tahu bahwa sedang dilirik dengan penuh makna oleh anak semata wayangnya, ayah Jo pun berpura-pura menerima panggilan dari ponsel tak berbunyi miliknya. Lalu berlalu dari sana tak mau terlibat dengan pertempuran ibu dan anak yang tak ada habisnya.
Ronny melenguh menyerah,
"Bun, Ronny kan cuman bercanda" ucapnya berupaya membujuk bunda.
Namun bunda tak mengubris perkataan si anak. Ia memalingkan wajahnya sambil tetap mengunyah nasi goreng buatan Dayana. Ini adalah kesempatan untuk mengerjai buah hati yang tak akan mungkin dilewatkannya begitu saja.
"Ya udah deh... Ronny pergi z sekarang" ujarnya pura-pura sedih
"Udah gak ada lagi yang sayang sama Ronny disini"
"Mendingan nyari keluarga baru z" imbuhnya iseng.
Akan tetapi kini bukan bundanya saja yang melotot kesal padanya, istrinya juga lebih kesal. Dayana mengambil kain lap untuk memukul tubuh Ronny dengan benda itu.
Ronny tak kalah sigap, ia berlari menghindari amarah istrinya. Bunda pula setelah menelan suapan terakhirnya ikut memukuli Ronny menggunakan centong nasi. Terjadilah kejar-kejaran di area ruang makan keluarga Barata.
Bagaimana dengan ayah Jo??? Ia kembali ke ruang makan setelah mendengar ledakan keributan. Saat ini ia sedang sibuk merekam olah raga pagi ketiganya yang berlomba memutari meja makan, sambil ketawa terbahak-bahak.
Asisten rumah tangga yang sudah selesai menyiapkan bekal Ronny, juga ikut tertawa berdiri disana menonton pertunjukan Tom & Jerry.
Ronny yang melihat bi Ratna menenteng bekalnya langsung meraih kotak bekal tersebut lalu segera pergi melesat secepat kilat meninggalkan ruang makan dan amukan dari bunda serta istrinya.
"Ronny berangkat bun, yah, Day" teriaknya melambaikan tangan sambil terus berlari ke luar menuju mobilnya.
"Berhati-hati nak" sahut ayah Jo tapi tidak dengan bunda Lidya dan Dayana.
"Pergi sana bocah nakal. Semoga Kamu digigit kodok ompong" umpan sang bunda diiringi tawa Dayana
Ayah Jo hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah gemas istrinya tersebut. Seperti itulah hari-hari yang dilewati oleh mereka selama bertahun-tahun penuh kebahagiaan.
"Semoga tak ada kisah sedih dalam keluarga kita ya, bunda" gumamnya dalam hati tersenyum melihat istrinya yang masih ngedumel.
Sehabis sarapan, bunda Lidya, ayah Jo dan Dayana kembali ke kamar masing-masing bersiap-siap untuk berbelanja keperluan pesta kecil-kecilan ulang tahun pernikahan putra mereka dengan Dayana.
Di dalam kamar, Dayana merasa ada yang aneh. Tak biasanya Ronny melupakan kecupan pagi dikeningnya. Sejak mereka menikah, Ronny akan selalu melakukan hal itu meskipun terkadang harus berkeliling rumah mencarinya hanya sekedar untuk memberi kecupan pagi.
Dayana mencoba menghempaskan segala kegelisahan hatinya sejak beberapa hari lalu.
...
Ditengah perjalanan, Ronny yang serius melajukan mobilnya pun tersentak kaget karena lupa memberikan ciuman selamat paginya. Buru-buru menepikan mobil, lalu ia merekam suaranya melalui ponsel dan mengirimnya ke nomer Dayana setelah berulang kali menelepon tidak diangkat oleh si pemilik nomer yang saat itu sedang mandi.
Kemudian Ronny kembali menyetir dengan sedikit mengebut agar cepat sampai ke tujuan.
Beberapa waktu berlalu...
"Zahri" tegur seorang gadis yang sedang meneteng sebuah box pink cukup besar
"Kamu ngapain menung sendiri disini?"
"Pasti mikirin mas Ronny y" goda sepupu Zahri yang setahun lebih tua darinya, Nana
"Aahh, gak kok kak" kilah Zahri tersipu malu
"Hayuk ah.. sini hiasin tanganmu dulu. Bentar lagi juga datang" Nana pun mulai menghias tangan Zahri dengan inai yang diraciknya sendiri.
Dengan ketrampilan Nana yang ia peroleh dari mengikuti pelatihan khusus untuk jadi bidan pengantin, tidak membutuhkan waktu lama baginya menghias tangan polos Zahri dengan ukiran unik.
Benar...
Hari ini, Ronny akan melangsungkan pernikahannya dengan Zahri, gadis manis yang baru ia kenal.
Ronny mantap menikahi Zahri karena gadis itu bersedia menjadi istri keduanya. Namun, tekad dan cinta Zahri pada Ronny begitu besar, ia tidak memberitahu perihal istri pertama Ronny. Jika ia mengatakannya, sudah pasti orang tuanya tidak akan menyetujui pernikahannya dengan Ronny.
Sebagai rekan kerja Ronny, ayah Zahri tak pernah berbicara tentang kehidupan pribadi Ronny. Mereka memiliki hubungan profesional dalam pekerjaan.
Sambil menunggu hiasan tangan Zahri mengering, Nana pun mulai membersihkan wajah Zahri sebelum ia meriasnya menjadi pengantin yang cantik.
Diluar kamar Zahri, Ronny telah sampai bersama 1 orang teman karib dan keluarga temannya tersebut, Theo. Hanya sahabatnya yang satu itu saja yang bersedia membantu Ronny dalam pernikahan keduanya. Meskipun berat hati, tapi Theo pernah berhutang nyawa pada Ronny.
"Maaf kan aku om Johan"
"Maafkan aku tante Lidya"
"Maafkan aku Dayana"
Sepanjang jalan hanya kata-kata itu saja yang menggema hebat dipikiran Theo. Begitu juga istri Theo yang merasa sakit hatinya meskipun ia hanya sekali bertemu dengan Dayana pada acara pernikahan Dayana ketika itu. Tapi karena suaminya telah memohon padanya untuk menemani Ronny, maka ia tak mampu menolak.
Sang pengantin pria telah sampai di gedung serba guna desa tersebut. Ruangannya sudah dihiasi dengan kain-kain berwarna warni serta bunga yang berwarna senada. Sedikit lampu hias ikut mempercantik pelaminan. Acara pesta yang cukup sederhana tersebut, telah dihadiri oleh beberapa kerabat dan tamu undangan.
Saat yang ditunggu telah tiba...
Pengantin wanita memasuki pelataran diapit oleh kedua orang tuanya.
Zahri mengenakan kebaya berwana jingga serasi dengan warna kulit kuning langsatnya. Zahri tampak begitu mempesona, senyuman manis terukir dengan lesung pipi di kiri dan kanannya menonjolkan aura anggunnya. Tak ada mata yang tak terpukau oleh cantiknya Zahri pada malam itu.
Ditempat lain yang cukup jauh dari pesta pernikahan itu, Dayana membaringkan dirinya dikasur setelah selesai makan malam bersama ayah Jo dan Bunda Lidya. Ia pamit untuk beristirahat duluan setelah seharian berbelanja kebutuhan syukuran pernikahan mereka minggu depan.
Dayana berulang kali mencoba menelepon suaminya. Tapi nomernya sedang tidak aktif. Lalu ia hanya memutar berulang kali pesan suara yang dikirim oleh Ronny pagi tadi untuk menghibur hatinya.
2 jam sudah berlalu...
Dayana menatap langit-langit kamarnya. Sudah lama ia berusaha untuk tidur. Tapi entah mengapa perasaannya sangat gelisah malam itu. Ada sesuatu rasa yang menusuk di hatinya, begitu perih. Tanpa ia sadari bulir-bulir airmata berlomba untuk berjatuhan. Tak biasanya ia begini saat Ronny menginap diluar kota selama beberapa hari untuk mengembangkan bisnisnya. Ada sesuatu yang ia tak tau itu apa. Dayana menepis segala prasangka buruk dan mencoba untuk percaya bahwa perasaan itu hanya karena PMS saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments