To The Point
" William Arnando Deggas!!! Akhirnya aku bisa sampai di hadapanmu!!!" suara hatiku berteriak sekeras mungkin saat aku berdiri didepan sebuah gedung pencakar langit itu.
Dadaku mulai bergemuruh, terbakar semangat yang selalu membuatku tak pernah berpaling pada satu titik tujuan yang telah lama ku perjuangkan.
Langkah kakiku begitu ringan saat masuk ke dalam gedung itu dengan keyakinan tinggi bahwa aku akan segera menepati janji pada Arin.
Sejak tiga tahun yang lalu nama itu selalu terngiang-ngiang di otakku.
Meski sangat mudah menemukan sosok pria yang namanya selalu terpampang masuk dalam Top Ten pengusaha paling sukses di negara ini, namun tak ada yang bisa kulakukan untuk mendekat apalagi bertemu dengannya.
" Arin....aku semakin dekat dengannya, apa yang harus kulakukan saat bertemu dengannya? Menghajarnya atau memberinya obat cuci perut saja? Ah.. kenapa kamu tak memberiku petunjuk yang lebih spesifik agar aku bisa memberi pelajaran pada Don Juan pujaanmu itu..."
Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan bergelar sarjana dengan predikat cumlaude, aku membulatkan tekad untuk masuk dalam lingkup kerja milik pria itu, sebuah perusahaan ekspor impor The Deggas Corp.
Akhirnya Tuhan mengabulkan doaku, saat Curriculum Vitae yang ku kirimkan tiga bulan yang lalu mendapat respon dan membalas dengan panggilan wawancara yang muncul melalui email milikku.
" Hai...aku Sinta...kamu juga karyawan baru kan? Aku melihatmu pada saat wawancara terakhir" seorang gadis manis tiba-tiba mengulurkan tangannya kepadaku sambil tersenyum.
Wanita yang sepertinya sebaya denganku itu juga terlihat bersemangat dan dia berhasil membuyarkan lamunanku tentang William Arnando Deggas, seorang pria playboy yang sayangnya begitu tampan dan kaya sehingga membuat semua wanita tergila-gila padanya. Termasuk sahabatku Arin....
Memang sebelumnya aku lebih memilih untuk menghindari sosialisasi dengan orang lain, sehingga aku jarang mempunyai teman selain orang-orang panti, karena selama ada waktu luang aku pasti akan berada di tempat kerja sambilan....
" Ah...iya...aku Venna, ayo masuk..." sahutku berusaha ramah padanya.
Kami berdua masuk kedalam lift khusus karyawan.
Setelah perjuangan panjang, aku bisa menggeser ratusan pelamar dengan lima kali tes yang di syaratkan oleh perusahaan itu.
Dan aku salah satu diantara sepuluh orang yang telah diterima.
Hari pertama dengan masa percobaan tiga bulan, aku akan kembali berjuang agar tetap lolos agar bisa bertemu dengan bos utama perusahaan ini.
" Hhh...aku masih saja merasa gugup, bagaimana denganmu?" ucap Sinta sedikit berbisik padaku karena saat itu dalam lift memang cukup penuh dengan karyawan yang sedang mengejar waktu agar terlambat menyentuh finger print.
" Hu um, aku juga sedikit gugup...untung kita berdua dalam divisi yang sama, mohon bantuannya ya..." ucapku mantab sambil tersenyum dan menoleh kearahnya.
Wajah Sinta yang semula kaku, mulai terlihat senyuman melengkung di bibirnya itu.
" Ah...iya, semangat!! semoga kita juga bisa dapat gebetan di kantor ini..he..he... sebenarnya salah satu tujuanku masuk ke perusahaan ini karena penasaran pengen lihat tuan William secara langsung loh!!" kepalan tangannya jelas sekali bisa mewakili pikirannya yang begitu yakin itu.
Eh... jadi ada tujuan itu juga toh!!! Aku terdiam berusaha menutupi keterkejutan ku mendengar ucapannya.
Ternyata kami sama-sama ingin bertemu dengan pria itu, meski dengan ambisi yang berbeda..
Soal gebetan... sepertinya dalam waktu dekat ini, tak akan sempat memikirkan hal itu ..
Setelah melewati hari yang panjang, sore itu aku pulang ke panti asuhan tempat tinggal ku selama ini.
Ya..., tiga belas tahun yang lalu, aku adalah salah satu dari puluhan anak yatim piatu dari sebuah desa yang tenggelam oleh abu vulkanik pada saat gunung berapi yang tak jauh dari rumahku tiba-tiba terbangun dari tidur panjangnya.
Entah namanya beruntung atau tidak, saat itu aku dan anak-anak yang masih sekolah dasar, berada di sekolah yang letaknya cukup jauh dari rumah tempat kami tinggal, sehingga hanya anak-anak yang selamat dari musibah itu sedangkan orang tua kami ditemukan dalam keadaan mengenaskan.
" Bunda..."putra kecilku berlarian menyambut kedatanganku.
Meski lelah, melihat putraku yang belum genap berumur empat tahun itu, seakan kembali mengisi daya yang ada dalam tubuhku hingga mengikis rasa lelahku.
"Sayangku...." ku ulurkan tanganku untuk menggendong pria kecil yang tampan itu.
" Venna ...kamu kan bisa menjemputnya nanti, pasti capek kan pulang kerja langsung kemari..." Bu Rima menghampiriku dan segera kucium punggung tangannya.
" Sekarang Venna kerja di kantor yang besar dan nyaman kok Bu, bukan seperti sebelumnya yang harus kerja fisik dah penuh dengan keringat ...." ucapku tersenyum pada wanita paruh baya itu.
Tentu saja aku hanya berbohong, karena semua pekerjaan pasti menyita tenaga dan pikiran. Aku hanya tak ingin Bu Rima, seorang wanita yang mengabdikan diri untuk anak-anak panti itu terlalu khawatir. Beliau sudah kami anggap sebagai ibu kandung yang selalu melimpahkan kasih sayangnya pada kami.
Sebelum diterima di Deggas Corp, aku memang bekerja apapun untuk menyambung hidup dengan putraku, bahkan saat masih kuliah.
" Hhh...baiklah, sekarang kamu harus makan dulu sebelum pulang..."Bu Rima menggandeng tanganku dan mengajakku berjalan menuju panti.
Sejak lulus kuliah, aku bertekad hidup berdua dengan Vano, disebuah rumah kontrakan sederhana yang letaknya dua blok dari panti. Bagaimanapun aku ingin sedikit mengurangi beban finansial panti, apalagi kamar yang ada di panti kecil itupun tak begitu banyak.
Namun selama aku bekerja harus menitipkan Vano di panti, jadi Bu Rima tak bisa menolak sembako yang ku kirimkan untuk panti setiap bulannya dengan dalih kebutuhan Vano.
" Bagaimana hari pertama mu Venna?"tanya Bu Rima saat aku menyuapi Vano yang duduk di pangkuannya itu.
" Sangat menyenangkan Bu, kebetulan atasan dan senior ku menerima kami yang masih baru dengan baik... apalagi ada makan siang gratis di kantin perusahaan, benar-benar nyaman deh..." aku teringat porsi besar yang kuambil saat makan siang tadi.
Aku teringat pak Benny seorang kepala divisi accounting yang sekarang menjadi tempatku bekerja itu, cukup ramah dan mampu membuat suasana kerja lebih seperti satu keluarga yang kompak.
" Syukurlah...karena itulah Venna, nikmatilah dulu kehidupan barumu itu, selama ini kamu hanya fokus pada janjimu pada Arin, hingga tak memikirkan hidupmu sendiri..." Bu Rima tersenyum penuh arti.
" Tentu saja Bu, aku juga berharap ada yang jatuh hati pada ibu satu anak ini...he..he.." sahutku sambil nyengir.
" CK...kamu ini selalu begitu, ibu hanya ingin ada yang akan menjadi sandaran hidupmu kelak...."
" Siap Bu...aku akan terus berusaha kok... terimakasih karena selalu menjadi ibuku.."
" Berjanjilah, sebelum meninggal, ibu akan bertemu dengan suami mu...."
" Eh...kenapa Bu Rima berkata demikian..."protesku cemberut.
Aku sudah berjanji pada Arin dan itupun belum terpenuhi, sekarang aku harus berjanji lagi pada Bu Rima...
" Kamu tahu sendiri kan, riwayat penyakit ku ini tak bisa diprediksi..."
Aku tahu, penyakit jantung Bu Rima yang seharusnya rutin diperiksa dokter itu membuatnya bergantung pada obat saja.
" Pokoknya Venna nggak mau Bu Rima pesimis seperti itu, masih banyak anak-anak panti yang membutuhkan Bu Rima sebagai ibunya...jadi Bu Rima harus kuat..."
" Tentu saja, kekuatan ku akan selalu datang jika melihat anak-anak bahagia...termasuk kamu...aku pasti akan sangat kuat jika membantumu menyiapkan pernikahan..."
Yaaa...kalau sudah begini aku kalah deh, mungkin karena Bu Rima juga berasal dari desa, di umur ku yang ke dua puluh tiga ini sudah masuk dalam wanita siap menikah...
" Iya..iya baiklah Bu, setelah menepati janjiku pada Arin , aku pasti mengenalkan seorang calon suami pada Bu Rima..." ucapku menenangkan hati ibuku tersayang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Wakhidah Dani
absen kuy
2022-01-16
1
Tamabie Tamabie
☺️☺️☺️
2022-01-02
2
My Erna
Selamat Tahun Baru 2022
Tahun baru ini, kita mulai dengan yang manis-manis ya....
Hayuk kita ikuti pasangan unik kita tahun ini..
Ravenna dengan putranya Arvano .... yang repot harus memilih seorang pria untuk menjadi kepala keluarga...
2022-01-01
3