Tersangkut restu

Akhirnya Arin berhasil membujukku untuk pindah dari panti. Tentu saja kami harus meyakinkan Bu Rima bahwa kami sudah siap hidup mandiri dan berjanji akan saling menjaga satu sama lain.

Sudah satu bulan kami menempati sebuah perumahan sederhana di pinggiran kota.

" Jadi mau ketemuan nanti malam Rin..." tanyaku saat bersandar di pintu kamar sahabatku itu.

" Hmm...iya..." dia tersenyum padaku, dan terlihat binar dimatanya hingga siapapun yang melihatnya pasti tahu bahwa dia sedang jatuh cinta.

" Mm... kalau bisa jangan kemalaman ya..." bagaimana pun aku sudah berjanji pada Bu Rima untuk selalu menjaganya.

Arin terlihat berpikir sejenak...

" Ah iya, apa kamu mau ikut menemaniku?" tanyanya padaku.

" Apa kamu pikir aku mau jadi obat nyamuk heh!!" sahutku sewot.

" He..he...bukan begitu neng, kebetulan nanti dia datang bersama asisten nya, jadi kamu bisa ngobrol dan menemaninya...soalnya nanti malam, mereka harus terbang ke Bali..."

Sebenarnya aku juga ingin sedikit tahu tentang pria yang dekat dengan Arin, tapi nanti malam aku ada jadwal kerja sambilan disebuah kafe.

" Nanti aku harus kerja , jadi tak bisa menemanimu..." sahutku.

" Mm...kerja di cafe itu ya, baiklah kalau gitu kami akan makan malam di tempatmu saja , aku ingin kalian saling kenal, boleh kan?"

" Eh...jangan, Rin..maksudku kamu boleh datang bersamanya, tapi mendingan kita pura-pura tak kenal, gitu ya!!" sahutku tegas.

" Kenapa memangnya?"

" Udah pokoknya begitu aja...oke!! udah ya aku berangkat dulu..." aku pun meninggalkan Arin yang masih bingung dengan ucapan ku.

Tentu saja aku tak mau mempermalukan Arin karena penampilan ku sebagai pelayan.

Hampir pukul delapan malam, mataku menangkap sepasang kekasih yang terlihat sangat bahagia masuk ke dalam kafe tempatku bekerja.

Aku pun segera menghampiri mereka yang telah duduk di salah satu sudut yang memang nyaman untuk pasangan seperti mereka.

" Selamat malam, silahkan menunya..." ucapku tersenyum ramah pada mereka.

" Terima kasih, kami akan langsung pesan saja ya..." sahut Arin yang membalas tatapanku dengan menahan tawanya sendiri.

Ku perhatikan pria bernama William itu memang terlihat gagah dengan rambut ikal kecoklatan membingkai wajah tampannya. Sepertinya dia juga terlihat sayang sekali pada Arin...

Sangat serasi dengan Arin yang juga cantik ... semoga mereka berdua bisa sampai ke pelaminan, karena kulihat pria itu sudah dewasa dan mapan.

Setelah menyerahkan pesanan, aku kembali berjalan menuju ke meja yang baru saja diduduki oleh seorang pria muda.

" Selamat malam, mau pesan langsung atau saya tinggal dulu?" tanyaku pada pria berjaket bomber warna armi itu.

" Langsung saja ..." sahutnya datar sambil membuka menu yang kuberikan tadi.

Kutunggu pria itu memesan sambil melirik kearah Arin dan kekasihnya.

" Apa kau mengenal mereka?"

Aku segera menoleh mendengar suara itu, ternyata pria di hadapanku sedang memperhatikan gerak-gerik ku...

" Ah tidak ... saya hanya terpesona, karena mereka begitu serasi, seperti Romeo dan Juliet" sahutku.

" Hmm...kamu benar, mereka memang seperti Romeo dan Juliet yang tak direstui oleh keluarganya...."

" Eh...apa anda mengenal mereka?" tanyaku dengan nada terkejut saat mendengar ucapannya itu.

" Aku hanya asisten dari pria itu...." ucapnya sambil menyerahkan menu dan menunjuk salah satu menu sebagai pesanannya...

Meski dengan pikiran yang berkecamuk di kepalaku, aku segera membawa pesanan pria tadi ke dapur.

Bagaimana ini ? Apa Arin tahu tentang keluarga kekasihnya yang tak merestui hubungan mereka berdua...

Bahkan dengan tubuh terasa sangat lelah saat sampai di rumah, mataku tak bisa langsung terpejam seperti biasanya.

Saat terdengar suara pintu terbuka, ku lihat jam di ponselku. Hampir tengah malam...

Apa aku harus memastikan ucapan dari asisten dari William, sekarang juga? Ah sebaiknya besok saja, biarlah Arin menikmati kisah cintanya yang baru saja berbunga-bunga.

" Ven...Venna!!!" pagi itu suara Arin membangunkan ku sambil menepuk-nepuk bahuku.

Dengan malas karena pusing, aku mencoba untuk duduk. Semalam entah jam berapa aku baru bisa terpejam.

" Hampir jam tujuh Ven, tumben kamu belum bangun. Apa kamu sakit?" kalimat bernada cemas itu memaksaku untuk membuka mata.

" Eh...jam tujuh?!? CK.... bagaimana bisa!!!!" setelah kesadaran ku terkumpul sepenuhnya, kakiku berjingkat menuju kamar mandi.

Kurang dari sepuluh menit kemudian, kami berdua sudah berada dalam sebuah angkutan umum menuju SMA 2, tempat kami belajar.

Sepanjang perjalanan, Arin begitu antusias menceritakan kencannya semalam.

Hari berganti, namun aku masih saja pura-pura tak tahu akan perkembangan dua sejoli itu.

Puncaknya pada awal tahun, saat kami sudah kelas tiga SMA akhirnya bom waktu yang selama ini tertidur, mulai terbakar sumbunya.

Tahun yang seharusnya menjadi waktu tersibuk karena persiapan ujian kelulusan dan kupikir aku dan Arin punya tekad yang sama yaitu berjuang memperoleh beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi...

" Arin...sudah pulang ya? kupikir kamu ada acara..." sapa ku saat masuk kedalam rumah setelah pulang dari mengajar les anak-anak sekolah dasar.

Kulihat sahabatku itu sedang melihat layar televisi dengan tatapan kosong. Sejenak dia menoleh mendengar suaraku, namun dengan lemah dia kembali pada kegiatannya tadi.

" Iya, Ven...lagi males ngapa-ngapain..."

" Sepertinya kamu pucat, ku antar ke dokter yuk..."

" Nggak usah Ven...aku hanya lelah..."

Aku mendekat dan duduk disampingnya, mencoba untuk mencari tahu apa yang membuatnya tampak lesu itu.

" Ada yang mau diceritain ?" kutatap matanya.

Beberapa saat wanita itu membalas tatapanku, namun suaranya seperti tercekat tak mampu berkata-kata.

" Nggak apa-apa kalau kamu belum siap, aku akan selalu ada untukmu kapanpun membutuhkan ku..." ku usap lengannya dengan sayang.

Lalu aku pun beranjak berniat masuk kedalam kamarku sendiri.

" Ven...aku hamil..." suara kecil itu terdengar seperti sebuah bom atom yang meledak ditelinga ku.

Tubuhku kembali memutar langsung duduk disampingnya, sementara itu bibirku hanya bisa bergetar seakan tak siap menghadapi masalah ini.

Hanya kurang dari satu semester kami akan lulus .... aku tak bisa membayangkan Arin mengerjakan soal ujian dengan perut buncitnya ...

"William ?" hanya nama itu yang kusebut.

Dan Arin menjawabnya dengan anggukan..Meski tanpa suara, telah keluar air mata yang mengalir dikedua pipinya.

Aku pun menahan nafas, saat mengusap air matanya dengan kedua ibu jariku.

" Dia tahu kan...?" tanyaku lagi.

Dan lagi-lagi hanya anggukan kepalanya untuk menjawab ku.

Setelah beberapa saat Arin lebih tenang, perlahan dia menceritakan awal dari semua ini.

Beberapa bulan yang lalu akhirnya Arin tahu bahwa keluarga William sama sekali tidak menyetujui dengan hubungan mereka berdua karena sudah ada calon menantu yang lebih pantas bagi calon pewaris The Deggas Corp itu.

Setelah melalui perdebatan yang panjang dan tidak mencapai titik temu, Arin dan William memutuskan membuat jalan pintas. Mereka mengira hadirnya seorang anak akan meluluhkan keluarganya.

Setelah Arin mengabarkan bahwa dia benar-benar hamil, William yang saat itu mengetahuinya lewat telepon terdengar sangat senang dan antusias untuk segera kembali dari perjalanannya ke luar negeri.

Namun hari dimana mereka berjanji akan bertemu, tak ada kabar apapun dari William. Bahkan semua kontaknya tak bisa dihubungi.

Kini janin dalam kandungan Arin berusia dua bulan dan seperti bayanganku sebelumnya saat ujian kelulusan lima bulan lagi, Arin akan mengerjakan ujian dengan kandungan yang berusia tujuh bulan.

" Maaf Venna...aku...aku...tak menghiraukan nasehatmu agar tak serius berhubungan dengan pria..." ucapnya masih dengan sesenggukan.

" Sudahlah...kita akan menghadapinya bersama, aku akan mencari William hingga bertemu langsung dengannya..."

" Hari ini aku menerima pesan dari nomor yang tak dikenal yang mengaku dari ibunya, yang telah mengirim ratusan juta di rekening milikku, sebagai kompensasi dan biaya untuk menghilangkan janin ini..."

" Astaga, benar-benar keterlaluan....!!!" aku mulai geram pada orang kaya tak berakhlak itu.

Terpopuler

Comments

Wakhidah Dani

Wakhidah Dani

Arin korban janji manis William

2022-01-16

1

Watini Tini

Watini Tini

Nah kan....

2022-01-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!