Hari hari ku sibuk dengan bekerja dan aku pun semakin dekat dengan Bumi. Setiap hari bertemu dan selalu bersama kemana kami pergi, sampai aku sudah sangat hafal semua tentang nya. Tak terasa sudah 4 bulan saja aku bekerja di perusahaan ini.
"Ra, nanti siang temani aku yah" pinta Intan.
"Kamu mau kemana?" tanya Azura.
"Temen ku ada yang ulang tahun, kamu temenin aku beli kado" kata Intan manja.
"Ok. Baiklah, nanti jam istirahat kita pergi," ucap Azura tersenyum.
Setelah itu aku dan Intan pun berpisah karena harus ke ruangan masing masing.
"Zura, hari ini temani saya ke suatu tempat" ucap Bumi.
"Kemana pak? hari ini jadwal anda padat" ucap Azura.
"Cancel semua untuk hari ini" jawab Bumi tegas.
"Tapi pak meeting ini sangat penting" ucap Azura.
"Disini aku atasanmu. Jadi kau harus menuruti semua apa yang aku perintahkan," ucap Bumi tajam.
"Tapi, pak. Masalahnya--"
Belum selesai ucapanku, Bumi langsung mencium bibirku lembut, astaga ciuman pertama ku.
Ciuman itu sangat lembut, tanpa disadari Azura pun membalas ciuman itu, dan menutup matanya.
"Mulai saat ini, kamu harus selalu mengiyakan apa yang jadi ucapanku" kata Bumi tajam.
Muka Bumi dan Azura berjarak hanya berapa senti saja, karena mereka baru saja berciuman.
"Baik pak," jawab Azura. Menunduk karena malu.
"Hari ini kamu jadi milikku" kata Bumi menatap wajah Azura.
Azura yang mendengar itu sontak saja menganggkat wajahnya dan menatap Bumi, tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Milikmu? Maksudnya apa pak?" tanya Azura
"Kau jadi pacarku, dan jadi milikku. Aku sudah menciummu" ucap Bumi
"Tidak bisa pak, apa anda hanya mengatas namakan kepemilikan hanya dengan sebuah ciuman?" tanya Azura marah.
"Lalu kau mau aku melakukan apa?" tanya Bumi tajam.
"Anda tidak bisa melakukan apa pun pada say. Dan saya ingatkan saya sudah mempunyai kekasih," jawab Azura berbohong.
"Pacar? kamu harus putus dengannya. Dan saya tidak terima dengan penolakan," kata Bumi marah.
"Saya tidak mau, sampai kapan pun saya tidak akan mau" ucap Azura.
Azura tidak habis pikir dengan atasannya ini, dengan seenak jidatnya Bumi menciumnya. Dan mengatakan kalau dirinya miliknya, dan dengan sebuah ciuman saja.
Sedangkan Bumi langsung marah, tangan kekar nya menarik ku dan terus menggandeng tanganku sampai keluar kantor.Terlihat para karyawan yang menatapku dengan aneh, dan merasa takut dengan sikap atasnya itu.
"Masuk, jika tidak. Aku akan memaksamu" ucap Bumi.
"Kita akan kemana pak? jawab dulu perkataanku," ucap Azura cemas.
"Jika kau masih banyak bicara, aku akan menyumpalnya kembali dengan bibirku," ucap Bumi dengan seringainya.
Azura yang takut dengan ancaman Bumi, tanpa di perintah lagi langsung masuk ke dalam mobil. Mobil itu terus melaju dengan kecepatan sedang, sekitar 1 jam kemudian kami pun memasuki halaman rumah yang sangat besar.
"Turun...!" perintah Bumi.
Azura pun langsung turun dari mobil dan mengikuti langkah Bumi yang sudah berjalan lebih dahulu, dan memasuki rumah besar itu.
"Duduk dan tunggulah sebentar," ucap Bumi yang melangkah semakin kedalam rumah besar itu.
Azura masih diam mematung, masih kesal dengan apa yang sudah terjadi tadi. Kenapa Azura begitu menurutinya, menikmati permainannya.
"Mana menantuku, sayang?" terdengar suara wanita dari dalam
"Lihatlah, wanitan yang sedang berdiri dekat pintu mah," ucap Bumi menunjuk Azura.
"Astaga apa lagi ini? Kenapa ada kata menantu,? ucap Azura dalam hati.
"Hallo, sayang. Kenapa kau berdiri disitu, mari masuk" ucap wanitan paruh baya itu.
"Siang, Buk" sapa Azura sopan.
"Kenapa kau begitu formal padaku,hm?" tanya wanita itu.
"Ya, katena anda kan ibu dari atasan saya" jawab Azura.
"Hahahha, kau ini lucu sekali sayang. Sungguh sangat sopan," ucapnya sembari menggandeng tanganku untuk duduk
"Panggil saja mama. Itu lebih menyenangkan "pinta nya.
"Maaf, mamah? Tapi ini tidak benar, saya ini sekretaris Pak Bumi" ucap Azura.
"Hemm, baiklah. Jika kau berkata seperti itu, ini perintah dari ibu atasanmu," ucap wanita itu.
"Sudah lah turuti apa kata orang tua" ucap Bumi.
"Baik, buk" ucap Azura.
"Kenapa anak dan ibu ini sangat senang sekali memerintah hal yang tak masuk akal, dan kenapa juga aku yang harus jadi korbanya?" ucap Azura dalam hati.
"Siapa namamu?" tabya bu Aya
"Saya Azura buk, tan, mah," jawab Azura binggung.
"Baiklah karena kau masih belum terbiasa, kau bisa memanggilku tante. Panggil aku tante Aya" pintanya.
"Baik tante," ucap Azura tersenyum.
"Apa tamu yang kita tunggu sudah datang?" terdengar suara pria yang begitu tegas, ternyata itu ayahnya Bumi
"Pah, ini menantu kita sudah datang" kata tante Aya.
Azura yang kembali mendengar kata menantu hanya tersenyum kikuk, tanpa bisa melakukan apapun.
"Hallo Azura alea putri" sapa om Dzaki.
"Maaf, darimana anda tau nama saya pak?" tanya Azura heran, karena kami belum saling kenal.
Aku menatap Bumi mencari tau apa yang terjadi,tapi Bumi hanya terdiam dan mengangkat bahunya. Tanda bahwa dia pun tak tahu.
"Apakah kamu putri dari Tsuraya dan Rama?" tanya om Dzaki serius serah duduk di dekat sang istri.
"Benar, om tau orang tuaku?" tanya Azura.
"Mereka adalah sahabatku," ucap om Dzaki
"Sahabat, tapi saya baru pertama melihat anda. Dan seingat saya ibu dan ayah tak pernah bertemu dengan anda," ucap Azura
"Kau, benar. Kami memang sudah sangat lama tak bertemu. Karena aku menetap di Singapore bersama istriku, dan baru pulang saat dimana orangtuamu mengalami kecelakaan," ucap om Dzaki sedih.
"Pantas saja, saat pemakaman aku tak melihat anda," ucap Azura.
"Ya saat itu, saya jatuh sakit mendengar kabar kecelakaan itu. Maaf kami tak menghadiri pemakaman orangtuamu," ucap om Dzaki.
"Tidak apa Om, dan maaf saya tak bermaksud seperti itu," ucap Azura yang sedih mengingat kematian orang tuanya.
"Tidak apa nak. Saya mengerti keadaanmu" kata om Dzaki.
" Azura, ada yang ingin kami bicarakan padamu" kata tante Aya.
"Ya tante, apa itu?" kata Azura.
"Sebelum mengalami kecelakaan itu, sebenarnya orangtuamu baru saja berkunjung kerumah kami. Dan-" ucap tante Aya tak melanjutkan kalimatnya.
"Dan apa, tan? Mereka berkata apa pada kalian?" tanya Azura dengan sangat penasaran.
"Orang tuamu, sebelum kejadian itu mereka sudah menitipkan mu pada kami" tante Aya.
"Maksudnya menitipkan? Maaf aku masih belum menegerti semuanya," ucap Azura menatap mereka.
"Aku akan ceritakan kejadian malam itu" kata om Dzaki.
Terimakasih untuk yang sudah bersedia mampir dan membaca novel ku.
Sekali lagi mohon dukungan nya, jangan lupa Like dan Komen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 349 Episodes
Comments
andi hastutty
wah ngga ada ikatan langsung di cium hahaha
2023-03-13
0
Ninik Dwi
hadir
2021-01-05
0
Lianfun Sung
aduh main sosor aja si BUMI,,,,
2020-10-22
1