Kulihat wajah gadis itu, dia gadis yang selama ini aku cari, cantik tatapan ny teduh, tapi masih bisa kulihat suatu rasa yg tersembunyi. Ini sudah waktu ny makan siang, tapi dia masih saja fokus dengan pekerjaan nya,dia lupa jam istirahat akan berakhir.
"Zura," panggil Bumi.
"Ya, ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Azura.
"Apa kamu tidak makan siang?" tanya Bumi.
"Astaga, jam berapa sekarang? jawab Azura panik dan melihat arloji ditangannya, ternyata sudah habis.
"Kamu ikut saya" perintah Bumi.
"Kemana pak?" tanya Azura.
Bumi pun menatap Azura tajam, tanpa ada jawaban Bumi langsung berjalan pergi keluar ruangan. Azura pun mengikuti sang atasan dan berjalan di belakangnya.
Restoran
Ternyata Bumi mengajak ku makan siang, dan memilih makan di restoran depan kantor yang jaraknya dekat. Kami pun masuk dan langsung mencari tempat duduk.
"Duduk dan pilih lah makan siang mu" perintah Bumi.
"Baik pak" jawab Azura cepat.
Setelah memesan makanan, dan menunggu 15 menit akhirnya makanan itu datang.Tak ada pembicaraan, kami sibuk dengan makanan masing masing.
"Terimakasih pak" kata Azura.
"Terimaksih untuk apa?" tanya Bumi.
"Karena sudah mengajak saya, makan siang" kata Azura.
"Kamu jangan salah paham, saya hanya tidak mau kalau pegawai saya sampai sakit karena lupa untuk makan siang," jawab Bumi ketus.
"Maaf, pak. Saya tahu, dan akan mengingat itu" ucap Azura.
"Hemm, baguslah kalau kamu sudah paham," ucap Bumi berdiri dan meninggalkan restoran. Setelah meletakkan lembaran uang di atas meja.
Aku hanya bisa diam dan mengikuti atasanku yang seperti es batu itu. Kami pun kembali, ke kantor dan sibuk dengan kerjaan masing masing.
"Jika kau sudah menyelesaikan file itu, kau bisa pulang. Saya akan pergi menemui klien" ucap Bumi.
"Apa saya harus ikut, pak?" tanya Azura.
"Tidak, untuk hari ini kau selesaikan saja file file itu" ucap Bumi.
"Baik pak," ucap Azura mengangguk.
Bumi pun memakai jasnya dan membawa tas kantornya keluar dari ruangan itu, meninggalkan Azura sendiri.
Rumah
Pikiranku masih melayang entah pergi kemana, yang pasti aku masih teringat kejadian tadi siang. Astaga ternyata seperti itu sifat asli CEO yang selama ini, di bangga bangga kan banyak orang, sifat nya dingin seperti es dan ucapan nya seperti petir saja.
"Ra, gimana tadi si bo?" tanya Intan mengagetkan ku dari lamunan
"Bos yah, menurutku dia killer" jawab Azura.
"Killer, seperti apa maksudmu? Apa benar seperti itu? tidak sesuai dengan rupanya yang tampan itu," ucap Intan memuji Bumi.
"Tampan memang, tapi dia sedingin es" ucap Azura.
"Ahhh, yang benar saja, tapi kamu bakal seneng loh. Tiap hari akan selalu bersama si tampan itu, cairkan saja es nya dengan sinarmu, biar meleleh dia" ucap Intan.
Mendengar ucapan Intan, membuatku bergelidik membayangkan wajahnya saja aku sudah merinding. Apalagi suruh mencairkan gunung es seperti Bumi.
"Sudahlah, sana kembali ke kamarmu Intan. Kau mengganggu ku saja," ucap Azura mendorong tubuh Intan.
"Baiklah, aku akan keluar," ucap Intan sembari turun dari ranjangku.
"Selamat malam Tan" ucap Azura.
"Selamat malam, Ra" ucap Intan menutup pintu kamarku.
BUMI PUTRA RAYA
Mata itu, wajah itu, suara itu. Kenapa aku tidak bisa melupakannya? semenjak pertama bertemu dengan nya, hati ku tak berhenti berdetak kencang, rasa penasaran dan ingin mengenal nya buatku mencari dan terus mengawasi gerak gerik nya. AZURA ALEA PUTRI gadis yang kutemui saat di pemakaman itu.
"Bumi" panggil mama mengagetkan ku.
"Ya mah" jawab Bumi.
"Kita makam malam yuk!" ajak mamah.
"Ok mah, Bumi akan turun sebentar lagi" jawab Bumi.
Bumi pun beranjak keluar dan pergi ke ruang makan, disana sudah ada papa yang menunggu.
"Bumi, manja sekali kamu untuk makan saja harus mama yang menjemput" kata papa.
"Maaf pah, tadi Bumi tidak dengar mama memanggil Bumi" ucap Bumi.
"Sudah pah, gak papa sekarang kita makan. Nanti keburu dingin" kata mamah.
Kami pun makan malam bersama tanpa ada pembicaraan, karena menurut keluarga kami itu tidak sangat sopan. Setelah makan aku duduk di halaman belakang rumah, sembari kembali memikirkan Azura.
"Apa yang sedang kamu fikirkan Bumi?" tanya mama duduk di sampingku.
"Mah, tidak ada kok. Hanya memikirkan sedikit kerjaan saja," ucap Bumi berbohong.
"Sampai kapan kamu memikirkan perkerjaan itu, dan kapan kamu mau memikirkan seorang istri?" kata mama.
Sontak pertanyaan mama buat ku kaget dan hanya tersenyum entah apa yang harus ku jawab. Bumi hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal.
"Serius sekali, sedang bicara apa kalian?" tanya papa.
"Emm, tidak ada pah" ucap Bumi
"Ini loh pah, anak mu kerjaan aja yang di pikirin. Tapi kasih menantu buat kita tidak pernah, di pikirkan" kata mamah cemberut.
"Menantu? ya seperti sudah tepat kalau Bumi segera kasih kita menantu dan cucu" jawab papa.
"Tuh, kamu dengarkan? Papah juga setuju Bumi. Kami sudah tua mau cepat menimang cucu," ucap mamah Aya
"Mah, pah. Sudah yah nanti Bumi bawakan tuk kalian" jawab Bumi.
"Lihat anakmu. Selalu saja menjawab seperti itu," ucap Aya cemberut.
"Sudahlah mah, kita sepertinya akan butuh waktu yang lama . Tuk menunggu anak mu membawa seorang wanita" ucap papah.
"Kenapa aku bisa melahirkan seorang anak yang sangat dingin ini, mau bagaimana ada wanita yang mau dengannya," ucap mamah menatap Bumi.
"Mah, jadi mamah menyesal melahirkan Bumi?" tanya Bumi.
"Hey, siapa yang berkata seperti itu? Aku sangat bangga bisa melahirkan mu, karena kau selalu membuat kami bahagia. Hanya saja, itulah kekuranganmu terlalu dingin pada semua wanita" ucap mamah.
"Aku sungguh tak suka mereka mah, mereka terlalu melihat Bumi karena jabatan, kekayaan dan juga ketenaran Bumi. Bumi ingin mengenal satu wanita tuk menjadi yang pertama dan terakhir tuk hidup Bumi," ucap Bumi menjelaskan.
Mendengar penjelasan sang putra membuat hati sang mamah terharu, begitu dalam pemikiran sang anak tentang seorang wanita tuk pendampingnya. Sedangkan sang papah semakin bangga pada sang putra yang menurutnya sangat menghormati seorang wanita.
"Maafkan mamah, nak. Jika mamah sudah memyinggungmu" ucap mamah.
"Mamah, gak salah. Bumi hanya ingin mamah, papah tau. Agar bisa memberikan waktu sedikit lagi tuk Bumi, mencari wanita yang Bumi inginkan," ucap Bumi menggenggam erat tangan sang mamah.
"Kami akan menunggu wanita pilihanmu, dan jika waktunya itu tiba semoga saja dia menjadi wanita yang tepat tukmu nak" ucap papah.
"Terimakasih pah, mah, sudah mendukung Bumi" ucap Bumi.
****Terimakasih... Sebelum nya aku minta tolong LIKE dan KOMEN nya
Saya akan selalu menerima apa pun komentar kalian..tolong dukungan dan masukan nya untuk karya ku ini..
jangan LUPA buat mampir dan terus baca ya novel ku.
TERIMAKASIH**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 349 Episodes
Comments
Bundy Icha
lanjuuuut thor 👍👍
2023-06-04
0
andi hastutty
laki2 yg harus diperjuangkan tuh si bumi meskipun dingin tapi menghargai wanita
2023-03-13
0
Ninik Dwi
up
2021-01-05
0