SUARA CINTA

SUARA CINTA

BAB 1

"Happy anniversary sayang..." Hannah berdiri di depan pintu rumah kekasihnya sambil membawa sebuah kado berukuran kotak kecil, bukan cincin. Kotaknya lebih besar sedikit.

"Kok kamu bisa kesini?" pria itu mengucek matanya. Belum terlalu sadar dari bangun tidurnya. Menerima kado dari Hannah. 'Waduh, aku lupa hari ini hari itu.' pikirannya mendadak tersadar. Hannah tampak cantik dengan gaun baby doll pink dengan sedikit corak bunga putih. Ia tidak perlu heels tinggi untuk mengimbangi tinggi pria itu yang mencapai 185 cm. Maklum, Hannah seorang artis dan model dengan tinggi 175cm.

"Bisa donk, naik pesawat bentar doank." Hannah masuk ke dalam. Ia memeluk pria yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua tahun lalu.

"Kok kamu ga balas ucapan aku?" tanyanya sedih.

"Happy anniversary juga." ia membalas pelukan Hannah.

"Hari ini boleh cuti ga? Sehari please..Aku sudah minta manager aku untuk kosongin schedule hari ini. Kamu juga ya.. Sudah lama banget aku ga jalan-jalan di Jogja." Hannah bergelayut manja di lengan kekasihnya.

"Ya sudah. Aku siap-siap, kamu duduk dulu aja di sini." Hannah duduk di ruang tamu. Rumah itu cukup besar untuk ditinggali Richie seorang diri. Namun belum banyak furniture di sana. Mungkin karena Richie merasa belum membutuhkannya. Hannah sedikit kecewa dengan sikap Richie. Perjuangannya ke Yogyakarta bahkan tidak dihadiahi satu kecupan pun. Jangankan kecupan, satu pujian untuk penampilan yang telah ia siapkan satu jam pun tidak ada. Setelah 20 menit menunggu, Richie keluar mengenakan jaket jeans hitam dengan kaos putih di dalamnya. Dan bawahan favoritnya, ripped jeans hitam dipadu sneakers grey. Style Richie yang selalu dipilihnya jika tidak ke kantor. Ia tidak terlalu suka bergaya berlebihan. Tetapi dengan penampilan yang standar itu saja bisa membuat seorang Hannah Fang tergila-gila dengannya.

"Sebentar ya Han, aku telepon Dila dulu bilang aku ga ke kantor hari ini." Dila sekretaris Richie. Richie memegang salah satu perusahaan papanya di Yogyakarta sekarang.

Mereka berdua berjalan-jalan ke pantai. Hannah tidak mau ke tempat ramai, ia tahu Richie kurang suka jika banyak wartawan yang mengerubungi mereka. Karir Hannah cukup melejit satu tahun belakangan ini dikarenakan ia bermain di layar lebar walaupun belum berperan sebagai pemeran utama. Tapi itu menjadi batu loncatan yang sangat besar untuknya. Banyak tawaran film dan iklan mulai berdatangan.

"Richie, kamu ga ada rencana kembali ke Jakarta?" tanya Hannah sambil menggandeng lengan Richie. Mereka berdua berjalan bertelanjang kaki menyusuri pinggir pantai.

"Kan aku sudah pernah bilang padamu Han, aku harus mengurus perusahaan papa di sini. Aku belum berencana kembali ke sana." Richie menatap jauh lurus menatap langit di depannya. Hannah tahu alasan Richie, tapi ia tidak berani dan berniat menyebutnya. Hannah berusaha menahannya, tidak ingin mencari keributan dengan Richie. Ia terlalu mencintai Richie. Ia memang baru berusia 22 tahun, terpaut usia 6 tahun di bawah Richie. Dan Hannah baru sekali ini berpacaran serius dengan seorang pria. Richie berbeda dari pria lain. Richie belum pernah menyentuhnya. Hanya sebatas berciuman. Dan Hannah juga tahu alasannya. Dan lagi-lagi Hannah hanya berusaha menerimanya karena ia tidak mau kehilangan Richie.

Richie mengantar Hannah ke bandara YIA jam 6 sore. Ia harus pulang ke Jakarta hari itu juga karena besok dia ada jadwal syuting.

"Aku pergi dulu ya Ric, kalau ada waktu kamu main ke Jakarta ya, jangan kerja terus!" Hannah berpamitan sebelum ia memeluk Richie lagi.

"Masih kangen sayang." ucapnya lagi. Hannah memakai kaca mata hitam dengan masker putih. Ia tidak ingin dikenali orang.

"Sudah, nanti telat." Richie membelai rambut Hannah. Melepaskan pelukannya.

Richie berbaring di tempat tidurnya. Ia bingung bagaimana mengatakan kepada Hannah bahwa perasaan cinta itu belum ada. Perlahan Richie sudah melupakan Airin, pemilik hatinya selama dua belas tahun. Tetapi ia juga tidak mengerti mengapa perasaan cinta itu belum bisa disentuh oleh Hannah. Berpacaran dengan Hannah adalah salah satu cara ia bisa melepaskan Airin. Dan salah duanya, Richie harus pindah ke Yogyakarta. Tetap di Jakarta mengelola RAF bersama Airin, membuat perasaannya sulit untuk berubah. Hingga akhirnya ia membuat keputusan besar untuk pindah ke Yogyakarta. Richie meminta adiknya, Victoria, yang baru pulang dari studinya di Belanda untuk membantu Airin mengurus RAF. RAF berkembang cukup pesat sekarang. Airin tidak mungkin melepas Richie ke Jogja jika tidak ada yang menggantikannya. Membantu papanya mengurus perusahaan di Jogja? Itu hanya alasannya saja. Sebenarnya Richie sampai harus memohon ke papanya untuk membuka cabang di Yogyakarta agar ia bisa melarikan diri dari semuanya. Cuma Hannah. Richie sangat tidak tega menyakitinya. Hannah sangat baik, sempurna di matanya. Suasana hening malam membuat Richie bosan. Ia membuka aplikasi radio di ponselnya. Mengambil laptop untuk mengecek pekerjaan yang diemail Dila. Richie asal memutar saluran radionya.

*"Hai..Haii..Good evening buat kamu semua yang lagi di Jojga. Mau yang stay atau liburan\, atau yang hanya numpang makan gudeg..kembali lagi di "Suara Cinta" di saluran 97.5 FM\, di mana suara kalian mengenai persoalan cinta akan dibahas di sini. Bersama saya sendiri\, Cinta\, kita akan bersama selama satu jam ke depan. Kalau kalian mau bertanya\, curhat\, ataupun berbagi hal indah seputar kehidupan cinta kalian\, boleh bergabung di nomor whatsapp kami seperti biasa di 08127388881..Atau untuk yang mau bicara langsung dengan Cinta juga boleh\, tapi nomornya beda ya\, di 08127388882. Inget  beda belakangnya doank...Sekarang Cinta putarin one special opening song for tonight. Lagu Afgan dan Rossa dengan Kamu Yang Kutunggu. Stay tuned."*Richie mendengar celotehan penyiar yang bersuara manis itu sambil memeriksa email pekerjaan yang cukup banyak. Alunan lagu yang diputar di radio itu membuatnya teringat dengan pernikahan Airin dan Aiden. Richie hanya berusaha berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Ia benar-benar tidak berniat untuk mengingat Airin. Richie berusaha mengganti saluran radio\, namun tangannya berhenti. 'Tidak, aku harus melawannya.' Ya, Richie mendengar lagu itu sampai habis. Alhasil, ia terus mengulang membaca email yang sama. Tidak mudah melupakan Airin, namun ia menjamin bahwa perasaannya sudah tidak sama seperti dulu. Richie sudah menerima bahwa Airin sudah berbahagia dengan Aiden. Sekarang, Richie pun harus mencari kebahagiaan sebagai bentuk penghargaan atas hidup yang sudah diberikan Tuhan padanya.

"Welcome baaack...Setelah kita dengerin lagu pertama tadi, lagu favorit Cinta, sekarang Cinta bacain satu pertanyaan yang sudah masuk. Dari..Oo ini diminta pake inisial aja katanya. Dari MS. Hai, Kak Cinta, saya lagi galau nih. Saya suka sama seorang cowok. Kami sudah kenal setahun. Nah, lima bulan ini kami dekat, yaa kayak TTM gitu lah. Teman Tapi Mesra. Yang buat saya bingung, sampai sekarang dia belum pernah ngomong suka sama saya. Saya malulah mau ngomong duluan. Jadi saya harus gimana Kak?" penyiar yang bernama Cinta itu selesai membaca surat pembaca yang masuk.

'Seru juga acaranya.' Tanpa sadar Richie menunggu apa yang akan dijawab oleh penyiar itu.

*****

PS: Hai Readers, ini sekuel dari novel pertama Author, Bukan Pelarian ya. Karena Author suka sama karakter Richie, makanya dibuat agar karakter ini memiliki hidup yang juga berwarna. Happy reading ^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!