NovelToon NovelToon

SUARA CINTA

BAB 1

"Happy anniversary sayang..." Hannah berdiri di depan pintu rumah kekasihnya sambil membawa sebuah kado berukuran kotak kecil, bukan cincin. Kotaknya lebih besar sedikit.

"Kok kamu bisa kesini?" pria itu mengucek matanya. Belum terlalu sadar dari bangun tidurnya. Menerima kado dari Hannah. 'Waduh, aku lupa hari ini hari itu.' pikirannya mendadak tersadar. Hannah tampak cantik dengan gaun baby doll pink dengan sedikit corak bunga putih. Ia tidak perlu heels tinggi untuk mengimbangi tinggi pria itu yang mencapai 185 cm. Maklum, Hannah seorang artis dan model dengan tinggi 175cm.

"Bisa donk, naik pesawat bentar doank." Hannah masuk ke dalam. Ia memeluk pria yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua tahun lalu.

"Kok kamu ga balas ucapan aku?" tanyanya sedih.

"Happy anniversary juga." ia membalas pelukan Hannah.

"Hari ini boleh cuti ga? Sehari please..Aku sudah minta manager aku untuk kosongin schedule hari ini. Kamu juga ya.. Sudah lama banget aku ga jalan-jalan di Jogja." Hannah bergelayut manja di lengan kekasihnya.

"Ya sudah. Aku siap-siap, kamu duduk dulu aja di sini." Hannah duduk di ruang tamu. Rumah itu cukup besar untuk ditinggali Richie seorang diri. Namun belum banyak furniture di sana. Mungkin karena Richie merasa belum membutuhkannya. Hannah sedikit kecewa dengan sikap Richie. Perjuangannya ke Yogyakarta bahkan tidak dihadiahi satu kecupan pun. Jangankan kecupan, satu pujian untuk penampilan yang telah ia siapkan satu jam pun tidak ada. Setelah 20 menit menunggu, Richie keluar mengenakan jaket jeans hitam dengan kaos putih di dalamnya. Dan bawahan favoritnya, ripped jeans hitam dipadu sneakers grey. Style Richie yang selalu dipilihnya jika tidak ke kantor. Ia tidak terlalu suka bergaya berlebihan. Tetapi dengan penampilan yang standar itu saja bisa membuat seorang Hannah Fang tergila-gila dengannya.

"Sebentar ya Han, aku telepon Dila dulu bilang aku ga ke kantor hari ini." Dila sekretaris Richie. Richie memegang salah satu perusahaan papanya di Yogyakarta sekarang.

Mereka berdua berjalan-jalan ke pantai. Hannah tidak mau ke tempat ramai, ia tahu Richie kurang suka jika banyak wartawan yang mengerubungi mereka. Karir Hannah cukup melejit satu tahun belakangan ini dikarenakan ia bermain di layar lebar walaupun belum berperan sebagai pemeran utama. Tapi itu menjadi batu loncatan yang sangat besar untuknya. Banyak tawaran film dan iklan mulai berdatangan.

"Richie, kamu ga ada rencana kembali ke Jakarta?" tanya Hannah sambil menggandeng lengan Richie. Mereka berdua berjalan bertelanjang kaki menyusuri pinggir pantai.

"Kan aku sudah pernah bilang padamu Han, aku harus mengurus perusahaan papa di sini. Aku belum berencana kembali ke sana." Richie menatap jauh lurus menatap langit di depannya. Hannah tahu alasan Richie, tapi ia tidak berani dan berniat menyebutnya. Hannah berusaha menahannya, tidak ingin mencari keributan dengan Richie. Ia terlalu mencintai Richie. Ia memang baru berusia 22 tahun, terpaut usia 6 tahun di bawah Richie. Dan Hannah baru sekali ini berpacaran serius dengan seorang pria. Richie berbeda dari pria lain. Richie belum pernah menyentuhnya. Hanya sebatas berciuman. Dan Hannah juga tahu alasannya. Dan lagi-lagi Hannah hanya berusaha menerimanya karena ia tidak mau kehilangan Richie.

Richie mengantar Hannah ke bandara YIA jam 6 sore. Ia harus pulang ke Jakarta hari itu juga karena besok dia ada jadwal syuting.

"Aku pergi dulu ya Ric, kalau ada waktu kamu main ke Jakarta ya, jangan kerja terus!" Hannah berpamitan sebelum ia memeluk Richie lagi.

"Masih kangen sayang." ucapnya lagi. Hannah memakai kaca mata hitam dengan masker putih. Ia tidak ingin dikenali orang.

"Sudah, nanti telat." Richie membelai rambut Hannah. Melepaskan pelukannya.

Richie berbaring di tempat tidurnya. Ia bingung bagaimana mengatakan kepada Hannah bahwa perasaan cinta itu belum ada. Perlahan Richie sudah melupakan Airin, pemilik hatinya selama dua belas tahun. Tetapi ia juga tidak mengerti mengapa perasaan cinta itu belum bisa disentuh oleh Hannah. Berpacaran dengan Hannah adalah salah satu cara ia bisa melepaskan Airin. Dan salah duanya, Richie harus pindah ke Yogyakarta. Tetap di Jakarta mengelola RAF bersama Airin, membuat perasaannya sulit untuk berubah. Hingga akhirnya ia membuat keputusan besar untuk pindah ke Yogyakarta. Richie meminta adiknya, Victoria, yang baru pulang dari studinya di Belanda untuk membantu Airin mengurus RAF. RAF berkembang cukup pesat sekarang. Airin tidak mungkin melepas Richie ke Jogja jika tidak ada yang menggantikannya. Membantu papanya mengurus perusahaan di Jogja? Itu hanya alasannya saja. Sebenarnya Richie sampai harus memohon ke papanya untuk membuka cabang di Yogyakarta agar ia bisa melarikan diri dari semuanya. Cuma Hannah. Richie sangat tidak tega menyakitinya. Hannah sangat baik, sempurna di matanya. Suasana hening malam membuat Richie bosan. Ia membuka aplikasi radio di ponselnya. Mengambil laptop untuk mengecek pekerjaan yang diemail Dila. Richie asal memutar saluran radionya.

*"Hai..Haii..Good evening buat kamu semua yang lagi di Jojga. Mau yang stay atau liburan\, atau yang hanya numpang makan gudeg..kembali lagi di "Suara Cinta" di saluran 97.5 FM\, di mana suara kalian mengenai persoalan cinta akan dibahas di sini. Bersama saya sendiri\, Cinta\, kita akan bersama selama satu jam ke depan. Kalau kalian mau bertanya\, curhat\, ataupun berbagi hal indah seputar kehidupan cinta kalian\, boleh bergabung di nomor whatsapp kami seperti biasa di 08127388881..Atau untuk yang mau bicara langsung dengan Cinta juga boleh\, tapi nomornya beda ya\, di 08127388882. Inget  beda belakangnya doank...Sekarang Cinta putarin one special opening song for tonight. Lagu Afgan dan Rossa dengan Kamu Yang Kutunggu. Stay tuned."*Richie mendengar celotehan penyiar yang bersuara manis itu sambil memeriksa email pekerjaan yang cukup banyak. Alunan lagu yang diputar di radio itu membuatnya teringat dengan pernikahan Airin dan Aiden. Richie hanya berusaha berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Ia benar-benar tidak berniat untuk mengingat Airin. Richie berusaha mengganti saluran radio\, namun tangannya berhenti. 'Tidak, aku harus melawannya.' Ya, Richie mendengar lagu itu sampai habis. Alhasil, ia terus mengulang membaca email yang sama. Tidak mudah melupakan Airin, namun ia menjamin bahwa perasaannya sudah tidak sama seperti dulu. Richie sudah menerima bahwa Airin sudah berbahagia dengan Aiden. Sekarang, Richie pun harus mencari kebahagiaan sebagai bentuk penghargaan atas hidup yang sudah diberikan Tuhan padanya.

"Welcome baaack...Setelah kita dengerin lagu pertama tadi, lagu favorit Cinta, sekarang Cinta bacain satu pertanyaan yang sudah masuk. Dari..Oo ini diminta pake inisial aja katanya. Dari MS. Hai, Kak Cinta, saya lagi galau nih. Saya suka sama seorang cowok. Kami sudah kenal setahun. Nah, lima bulan ini kami dekat, yaa kayak TTM gitu lah. Teman Tapi Mesra. Yang buat saya bingung, sampai sekarang dia belum pernah ngomong suka sama saya. Saya malulah mau ngomong duluan. Jadi saya harus gimana Kak?" penyiar yang bernama Cinta itu selesai membaca surat pembaca yang masuk.

'Seru juga acaranya.' Tanpa sadar Richie menunggu apa yang akan dijawab oleh penyiar itu.

*****

PS: Hai Readers, ini sekuel dari novel pertama Author, Bukan Pelarian ya. Karena Author suka sama karakter Richie, makanya dibuat agar karakter ini memiliki hidup yang juga berwarna. Happy reading ^^

BAB 2

"Begini MS. Ini menurut Kak Cinta ya. Pengakuan cinta atau suka itu tidak memandang gender. Siapapun kamu, kamu berhak untuk mengungkapkan perasaanmu terlebih dahulu. Jangan selalu nunggu si cowok. Ga semua cowok punya keberanian yang sama. Di saat seperti itulah, si cewek boleh maju duluan. Tapi ingat ya, ini bukan cuma untuk MS, untuk semua. Risiko ditolak itu pasti ada. Jangan membuat penolakan itu berpikir bahwa kamu tidak menarik. Ok MS? Fighting!" jawab Cinta.

"Cinta menjawab sesuai pertanyaan aja ya guys karena waktu terbatas dan chat yang masuk buaanyak banget. Chat kedua. Kak Cinta, aku cowok, FR 20 tahun, aku ditolak nih kak sama cewek yang aku suka. Sudah dua bulan berlalu tapi kok masih susah move on ya?" Chat kedua yang dibaca Cinta.

'Apa kabar aku? Dua tahun baru bisa move on, itu saja belum sepenuhnya. Dasar bucin.' Richie berkomentar dalam hatinya.

"Weeell.. Ini pertanyaan umum ya guys, sudah sering Cinta bahas juga. Tapi ga apa apa demi FR bisa tidur malam ini hahaha...FR, berani mengutarakan berarti berani ditolak donk. Seperti yang baru Cinta ngomong tadi jangan membuat penolakan itu berpikir kamu tidak menarik. Hanya saja dia yang belum tertarik. Kita ga bisa maksain orang bilang kita cakep donk. Kalaupun dia ngaku kita cakep, belum tentu juga dia mau jadi pacar kita. Pacaran bukan hanya berdasarkan perasaan suka saja. Kalau cuma suka ya susah, ga bakal bertahan lama. Jadi apa yang bisa buat bertahan lama, ya itu yang harus kita cari tahu apa yang kita harapkan dari pasangan kita karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ok FR? Kalau ada yang mau ditanya lagi boleh chat lagi ya..Now, special for FR, semoga lagu ini bisa jadi penyemangat kamu ya... Terlatih Patah Hati by The Rain."

Richie mendengar siaran radio itu hingga selesai. Menikmati pertanyaan orang-orang yang sama galaunya dengan dia dan jawaban sang penyiar yang cukup bijak menurutnya. Ternyata Richie tidak sendiri. Mereka hanya segelintir orang patah hati di Jogja, belum di Indonesia, bahkan dunia. Richie menjadi sedikit bersemangat. Ia bahkan selama ini tidak pernah menyalakan radio jika tidak sedang menyetir. Suara Cinta. Ia akan mendengarkannya lagi besok.

*****

Richie menyukai kehidupannya di Jogja. Sudah hampir setahun dia di sini. Tempat yang benar-benar baru untuknya. Di awal kepindahannya, Richie bahkan belum memiliki teman. Tempat tinggal yang ia pilih pun agak jauh dari keramaian kota. Ia ingin suasana asri di sekitar tempat tinggalnya, untuk mencari ketenangan. Kantor yang dibangunnya setahun lalu cukup besar. Di samping bisnis konstruksi yang didirikannya bersama Andirawan, papanya, Richie berencana membangun hotel miliknya sendiri. Tentu saja Andirawan mendukungnya. Richie memang berbakat di dalam bisnis. RAF, bisnis event orginizer yang dibangunnya dengan Airin pun sukses sekarang. Dan Richie membutuhkan kesibukan yang luar biasa sekarang, untuk meluruskan pikirannya. Tidak berbelok-belok lagi.

"Pak Richie, ini katalog furniture hotel yang ditawarkan vendor." ucap Dila sambil meletakkan beberapa buku katalog di atas meja kerja Richie. Richie merasa beruntung bisa mendapatkan asisten seperti Dila. Ketika Richie membuka lowongan untuk kantornya, Dila adalah fresh graduate, belum ada pengalaman sama sekali. Namun ia cepat belajar dan cekatan. Sekarang Dila pun membantu Richie dalam persiapan pembukaan hotel. Setelah hotelnya berkembang, Richie baru berencana akan membentuk tim manajemen yang baru khusus untuk hotelnya. Sekarang biarlah ia dan beberapa pegawai merangkap pekerjaan kostruksi dan hotel.

"Makasih Dila. Nanti kita ke lokasi hotel ya sejam lagi. Aku ada janji sama Ibu Ghea designer interior kita." ucap Richie tanpa melihat Dila. Matanya tetap lurus menatap layar komputernya.

"Baik Pak." jawab Dila. Ia berbalik ke arah pintu keluar sambil tersenyum. Ya, dia sangat menyukai tugas di luar kantor bersama atasannya itu. Siapa yang tidak suka melihat pria tampan dan mapan seperti Richie. Dan yang paling penting LAJANG, walaupun Dila tau bahwa pacar Richie adalah Hannah Fang. Bagi banyak kaum hawa, Cha Eun Woo mungkin contoh pria idaman. Tapi bagi Dila, Richie adalah sosok yang melebihi Cha Eun Woo. Setidaknya Richie nyata ada di depannya.

Richie menyetir sendiri mobilnya, ia tidak suka memakai sopir. Terkesan arogan menurutnya. Ia menyalakan radio dengan frekuensi yang sudah dia hapal 97.5 FM. Dila duduk di depan, tidak mungkin ia duduk di belakang. Ia selalu diam di depan Richie, tidak banyak bicara. Sesekali ia membenarkan kaca matanya yang agak tebal itu.

"Kamu bawa kan katalog furniture tadi?" tanya Richie tanpa menoleh.

"Bawa Pak." Dila tidak mungkin meninggalkannya, Richie bisa marah besar jika harus kembali lagi ke kantor. Walaupun tampangnya sangat menggemaskan, namun untuk urusan pekerjaan Richie sangat mengerikan. Mr. Perfecto.

Mereka sampai ke lokasi tempat hotel dibangun. Pembangunan sudah mencapai 90 persen. Sebenarnya Richie hanya ingin membangun tipe hotel bintang 3 atau 4, tapi papanya menyarankan hotel bintang 5. Tanggung katanya. Ditambah Yogyakarta adalah tempat tujuan wisata terbesar di Indonesia setelah Bali.

Di sana Richie melihat seorang wanita muda sudah menunggunya, berumur sekitar 25 tahun dengan mengenakan pakaian modis namun tetap office look.

"Ibu Ghea? Maaf sudah menunggu." Richie mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan wanita itu.

"Hai Pak Richie. Saya juga baru sampai. Panggil saja saya Ghea." Ghea tersenyum manis. 'Jadi ini Richie Andirawan? Menarik sekali.' Ghea mengagumi sosok pria di depannya.

"Ayo kita ke dalam. Dila, mana katalognya?" Dila menyerahkannya tanpa mengatakan apa-apa. Ia hanya mengikuti bos nya dan wanita yang bernama Ghea dari belakang. Dila memperhatikan penampilan Ghea. Rambut panjang hitam sedikit berombak, setelan blazer keren warna peach, high heels 7 cm yang ujungnya tajam. Dila merasa ia tidak akan pernah sanggup mengenakan sepatu seperti itu, pasti sangat menyiksa. Beauty is pain. Dila sangat menghindarinya. Tanpa sadar ia melirik ke sepatu hitam yang sedikit terkelupas dengan hak tahu 5 cm.

Richie mengajak Ghea berkeliling sambil memberi tahu jenis perabotan yang diinginkannya. Ghea juga memberi beberapa ide untuk menyesuaikan perabot dengan konsep hotel yang sedikit klasik. Dila pun dengan cekatan mencatat semua hal penting yang dikatakan atasannya itu. Ghea mengajak Richie untuk makan siang bersama setelah diskusi pekerjaan mereka selesai.

"Maaf sekali Ghea, mungkin lain kali. Saya sudah ada janji lain." Richie menolak dengan sopan. Ghea tampak kecewa, tapi ia mengerti pria seperti Richie pasti sangat sibuk.

Lima menit pertama di dalam mobil, Richie dan Dila hanya berdiam. Akhirnya Dila memberanikan diri bertanya ke atasannya itu.

"Maaf Pak, habis ini ada janji di mana Pak? Saya periksa di agenda belum ada janji Pak." namun yang ditanya hanya diam saja. Dila kesal dengan sikap bos nya itu. Makanya ia malas bertanya. Richie berhenti di sebuah tempat makan Chinese food. Dila mengikutinya dari belakang. Ketika Richie duduk, ia tetap berdiri di belakangnya.

Richie menoleh ke belakang, "Mau sampai kapan kamu berdiri di sana? Duduk." Dila menurutinya. Richie memesan beberapa makanan. Dan mereka menyantap makan siang dalam diam hingga selesai. Dila tidak menikmati makan siangnya. Dirinya menikmati bisa melihat Richie makan di depannya dengan jarak yang cukup dekat. Dila hanya bingung mengapa Richie tidak menerima ajakan makan siang Ghea tadi. Ia hanya bisa menerka alasannya dalam hati.

 

PS: Hai..yang sudah lupa sama tampang Richie, Author post lagi ya..

 

 

BAB 3

Karyawan Richie meninggalkan kantor satu per satu. Dila pun akhirnya pamit pulang setelah memastikan tidak ada lagi pekerjaan dari bos nya. Richie juga bergegas pulang. Ada rutinitas yang menjadi hobinya satu minggu ini. Setelah mandi, ia menyalakan radionya. Pukul 19.59. Richie sengaja membeli radio player portable agar ia masih bisa menggunakan ponselnya saat mendengar siaran radio.

"Hello semua...welcome back di 97.5 FM di acara kesukaan kita semua. Apalagi kalau bukan "Suara Cinta."  di mana suara kalian mengenai persoalan cinta akan dibahas di sini. Dengan saya Cinta yang akan menemani kalian untuk satu jam ke depan. Hari ini juga perasaan Cinta lagi bagus banget ya guys..Jadi Cinta pastiin pertanyaan kalian akan Cinta jawab dengan se-wise mungkin. Woow..Cinta belum kasih nomor WA, tapi yang masuk sudah banyak banget nih. Langsung saja untuk yang lain, silahkan WA ke nomor 08127388881, atau 08127388882 untuk telepon langsung ke Cinta. And for the opening song tonight, Cinta sudah menyiapkan satu lagu dari Geisha, Pergi Saja.." cuapan penyiar yang menjadi favorit Richie sekarang. Ia menyukai suara dan gaya bicaranya. Richie mengangkat ponselnya yang berdering.

"Hai sayang, kok ga pernah telepon sih?" suara Hannah. Richie mengecilkan suara radionya.

"Aku agak sibuk ngurusin hotel. Apa kabar Han? Lagi ngapain?" tanya Richie.

"Lagi break syuting sebentar. Kamu sudah makan?" tanya Hannah lagi.

"Sudah, tadi Bu Mira ada masak sebelum pulang." Bu Mira adalah asisten rumah tangga Richie yang sudah bekerja sejak Richie membeli rumah di sana. Hanya bersih-bersih, mencuci, dan masak, tanpa menginap.

"Untung ada Bu Mira yang ngurusin kamu di sana. Ya uda, aku mau siap-siap make up dulu. Bye sayang." Hannah memutuskan panggilan itu. Richie menghela napas. Sampai kapan ia harus berpura-pura mencintai Hannah. Richie sadar ia terlalu jahat. Sangat jahat untuk gadis sebaik Hannah. Richie mengeraskan suara radionya kembali.

"Lagu Pergi Saja yang baru kita dengarin tadi kayaknya mewakili perasaan pendengar kita yang pertanyaannya akan Cinta bacain pertama kali. Malam Kak Cinta, nama saya V. Mantan saya cowok, kami putus sekitar enam bulan lalu karena dia selingkuh sama teman saya. Nah, sekarang dia minta balikan. Dia bilang tidak akan selingkuh lagi. Jujur saya masih sayang, tapi di sisi lain takut juga. Saya harus gimana ya Kak?" Cinta selesai membaca. Richie menunggu jawabannya. Ia menyukai cara berpikir Cinta selama seminggu Richie mendengarkan siarannya.

"Gini V. Memang kamu berhak memberikan kesempatan kedua kepadanya apalagi kamu bilang kamu masih sayang. Jangan sampai kamu menyesal. Hanya saja, jika itu terjadi sama Kak Cinta, Kak Cinta ga bakal terima dia balik. Seseorang yang sayang pada kita ga akan melakukan kesalahan dengan perselingkuhan. Selingkuh pikiran dan jiwa aja sudah salah apalagi selingkuh jiwa dan raga. Menurut Kak Cinta, selingkuh itu kayak penyakit ya. Susah sembuh. Orang yang selingkuh itu ibarat tidak bisa menghargai apa yang sudah dimilikinya. Tapi ini menurut Kak Cinta ya V. Semua kembali ke kamu. Apapun pilihan yang kamu ambil pasti ada risiko yang harus kamu pikul. Ok? Be wise and be strong.." Richie mendengarnya. Ia teringat dengan Hannah, selingkuh jiwa. Ah tidak, dia tidak selingkuh, Hannah tahu Richie dulu mencintai Airin. Ok aman.

"Untuk pertanyaan kedua datang dari seorang cowok bernama DR. Ok doctor..Kita bacain pertanyaannya ya. Hai Kak Cinta, Hai juga...Saya menyukai pacar teman saya sudah setahun ini. Selama ini saya hanya diam tanpa bisa berkata apapun. Apakah boleh saya mengungkapkannya?" Surat kedua sudah dibaca Cinta.

"Pertanyaan yang cukup sulit ya, Kak Cinta harus menempatkan diri jadi tiga orang nih, kamu, teman kamu, dan si cewek. Tiga kepentingan yang berbeda. Tapi Kak Cinta akan menjawab dari point of view kamu. Tidak ada yang salah dengan mengungkapkan cinta. Tapi menurut Kak Cinta, kamu lihat dulu nih cara si cewek berbicara atau cara dia memperlakukanmu. Kira-kira dia suka juga ga sama kamu. Berapa persentase antara suka ke cowoknya dan ke kamu. Kira-kira aja ya, karena perasaan ga ada alat ukurnya. Kalau lebih banyak ke cowoknya atau sama sekali dia ga ada perasaan ke kamu, menurut Kak Cinta lebih baik kamu mundur dan mendoakan cewek itu bahagia. Nothing to lose juga kok. Tapi jika kamu merasa bahwa cewek itu juga merasakan hal yang sama ke kamu, perjuangkan dia. Toh dia baru pacaran juga, bukan menikah. Tapi yang gentle ya, kalau kalian saling suka sampaikan ke temanmu. Jangan selingkuh di belakang dia. That's absolutely a big wrong to have an affair. Never do that. Ok doctor..Semoga masalahmu cepat selesai ya... 97.5 FM lovers, Cinta akan kembali dengan pertanyaan dari kalian yang sangat menarik setelah kita mendengar alunan lagu romantis dari All 4 One dengan I Swear..So, stay tuned."

Richie mendengar lagu sambil bermain game di ponselnya. Menunggu pertanyaan dan jawaban seputar kehidupan cinta orang lain. Menikmati bahwa persoalan cinta setiap orang berbeda. Richie merasa jika ia menikah dengan Hannah, hidupnya akan terasa lengkap. Ya lengkap. Siapa lagi yang ia harapkan menjadi istrinya. Hannah jauh melebihi standarnya. A perfect wife. Cantik dan baik hati. Hanya saja getaran yang ia tunggu belum ada. Belum saat dia bersama Hannah. Getaran yang pernah ia rasakan dengan Airin, ia ingin merasakannya lagi. Richie bingung, apakah ia harus menunggu getaran cinta itu dari Hannah? Atau dia harus mencari getaran itu pada sosok wanita lain. Jujur ia tidak terlalu peduli akan hal itu, namun hidup Richie bukan hanya miliknya. Mama Desy terus mendesaknya untuk menikah. Pacaran saja sudah membuatnya pusing apalagi menikah.

Begitulah Richie melewati malam-malamnya saat ia sedang bersantai. Tetapi tidak setiap malam ia bisa mendengarkan suara sang penyiar. Terkadang ada saja partner kerja atau temannya di Jogja mengajaknya bertemu untuk sekedar ngopi atau ngobrol bareng. Kopi. Satu hal lagi yang ingin ia hindari agar tidak mengingat betapa Airin membenci kopi.

*****

"Kak Dila, Vio butuh uang untuk beli buku Ekonomi." Vio menunduk, ia terpaksa meminta uang dengan kakaknya karena ia sangat membutuhkan buku itu.

"Bisa tunggu Kakak gajian minggu depan ga Vio? Sekarang uang Kakak cuma cukup untuk beli token listrik sama bayar air, terus kita masih harus makan untuk seminggu." Dila mencoba memberi pengertian ke adiknya. Vio mengangguk.

"Maaf ya Kak." ucap Vio pelan.

"Kenapa minta maaf? Kamu ga salah kok sayang. Kakak cuma minta kamu belajar yang rajin. Biar mama sama papa bangga sama kita berdua." Dila memeluk Violetta adiknya.

"Kakak siap-siap dulu ya, kamu belajar sana." Dila masuk ke kamarnya. Ia tidur berdua dengan adiknya. Hanya ada satu kamar tidur di bedeng berukuran 5x8 meter tersebut. Dila mengambil sweater lusuh yang selalu dikenakan di tempat kerja sampingannya. Ia membiarkan rambutnya terurai jika ia bekerja malam. Sedangkan ia akan menguncir rambutnya jika di kantor Richie. Kulit Dila tergolong putih, bahkan terkesan pucat. Mungkin karena ia tidak pernah merawat kulitnya dengan skin care seperti kebanyakan wanita di usianya. Matanya yang indah juga tidak terlihat karena tertutup kacamata usang yang tidak pernah ia ganti selama lima tahun. Ya usianya baru akan menginjak 24 tahun sebentar lagi. Namun kehidupan yang keras telah membuatnya tampak sangat dewasa di usianya.

"Kakak pergi dulu ya, nanti kakak telat. Kunci pintunya, sepertinya Kakak sampai rumah jam 10an malam. Ada meeting bentar." ucapnya lagi. Vio tahu betapa keras kakaknya bekerja. Pagi hingga sore ia harus bekerja di kantor. Sore hingga malam masih harus kerja sampingan. Vio pernah meminta izin kakaknya untuk bekerja sebagai guru les privat adik teman sekolahnya. Tapi Dila tidak mengizinkannya, setidaknya tunggu Vio lulus SMU setahun lagi. Jika nanti Vio ingin bekerja sambil kuliah, Dila baru tidak mempermasalahkannya.

*****

PS: Hai readers, please like if you like and comment biar Author lebih semangat untuk nulis ya ^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!