"Begini MS. Ini menurut Kak Cinta ya. Pengakuan cinta atau suka itu tidak memandang gender. Siapapun kamu, kamu berhak untuk mengungkapkan perasaanmu terlebih dahulu. Jangan selalu nunggu si cowok. Ga semua cowok punya keberanian yang sama. Di saat seperti itulah, si cewek boleh maju duluan. Tapi ingat ya, ini bukan cuma untuk MS, untuk semua. Risiko ditolak itu pasti ada. Jangan membuat penolakan itu berpikir bahwa kamu tidak menarik. Ok MS? Fighting!" jawab Cinta.
"Cinta menjawab sesuai pertanyaan aja ya guys karena waktu terbatas dan chat yang masuk buaanyak banget. Chat kedua. Kak Cinta, aku cowok, FR 20 tahun, aku ditolak nih kak sama cewek yang aku suka. Sudah dua bulan berlalu tapi kok masih susah move on ya?" Chat kedua yang dibaca Cinta.
'Apa kabar aku? Dua tahun baru bisa move on, itu saja belum sepenuhnya. Dasar bucin.' Richie berkomentar dalam hatinya.
"Weeell.. Ini pertanyaan umum ya guys, sudah sering Cinta bahas juga. Tapi ga apa apa demi FR bisa tidur malam ini hahaha...FR, berani mengutarakan berarti berani ditolak donk. Seperti yang baru Cinta ngomong tadi jangan membuat penolakan itu berpikir kamu tidak menarik. Hanya saja dia yang belum tertarik. Kita ga bisa maksain orang bilang kita cakep donk. Kalaupun dia ngaku kita cakep, belum tentu juga dia mau jadi pacar kita. Pacaran bukan hanya berdasarkan perasaan suka saja. Kalau cuma suka ya susah, ga bakal bertahan lama. Jadi apa yang bisa buat bertahan lama, ya itu yang harus kita cari tahu apa yang kita harapkan dari pasangan kita karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ok FR? Kalau ada yang mau ditanya lagi boleh chat lagi ya..Now, special for FR, semoga lagu ini bisa jadi penyemangat kamu ya... Terlatih Patah Hati by The Rain."
Richie mendengar siaran radio itu hingga selesai. Menikmati pertanyaan orang-orang yang sama galaunya dengan dia dan jawaban sang penyiar yang cukup bijak menurutnya. Ternyata Richie tidak sendiri. Mereka hanya segelintir orang patah hati di Jogja, belum di Indonesia, bahkan dunia. Richie menjadi sedikit bersemangat. Ia bahkan selama ini tidak pernah menyalakan radio jika tidak sedang menyetir. Suara Cinta. Ia akan mendengarkannya lagi besok.
*****
Richie menyukai kehidupannya di Jogja. Sudah hampir setahun dia di sini. Tempat yang benar-benar baru untuknya. Di awal kepindahannya, Richie bahkan belum memiliki teman. Tempat tinggal yang ia pilih pun agak jauh dari keramaian kota. Ia ingin suasana asri di sekitar tempat tinggalnya, untuk mencari ketenangan. Kantor yang dibangunnya setahun lalu cukup besar. Di samping bisnis konstruksi yang didirikannya bersama Andirawan, papanya, Richie berencana membangun hotel miliknya sendiri. Tentu saja Andirawan mendukungnya. Richie memang berbakat di dalam bisnis. RAF, bisnis event orginizer yang dibangunnya dengan Airin pun sukses sekarang. Dan Richie membutuhkan kesibukan yang luar biasa sekarang, untuk meluruskan pikirannya. Tidak berbelok-belok lagi.
"Pak Richie, ini katalog furniture hotel yang ditawarkan vendor." ucap Dila sambil meletakkan beberapa buku katalog di atas meja kerja Richie. Richie merasa beruntung bisa mendapatkan asisten seperti Dila. Ketika Richie membuka lowongan untuk kantornya, Dila adalah fresh graduate, belum ada pengalaman sama sekali. Namun ia cepat belajar dan cekatan. Sekarang Dila pun membantu Richie dalam persiapan pembukaan hotel. Setelah hotelnya berkembang, Richie baru berencana akan membentuk tim manajemen yang baru khusus untuk hotelnya. Sekarang biarlah ia dan beberapa pegawai merangkap pekerjaan kostruksi dan hotel.
"Makasih Dila. Nanti kita ke lokasi hotel ya sejam lagi. Aku ada janji sama Ibu Ghea designer interior kita." ucap Richie tanpa melihat Dila. Matanya tetap lurus menatap layar komputernya.
"Baik Pak." jawab Dila. Ia berbalik ke arah pintu keluar sambil tersenyum. Ya, dia sangat menyukai tugas di luar kantor bersama atasannya itu. Siapa yang tidak suka melihat pria tampan dan mapan seperti Richie. Dan yang paling penting LAJANG, walaupun Dila tau bahwa pacar Richie adalah Hannah Fang. Bagi banyak kaum hawa, Cha Eun Woo mungkin contoh pria idaman. Tapi bagi Dila, Richie adalah sosok yang melebihi Cha Eun Woo. Setidaknya Richie nyata ada di depannya.
Richie menyetir sendiri mobilnya, ia tidak suka memakai sopir. Terkesan arogan menurutnya. Ia menyalakan radio dengan frekuensi yang sudah dia hapal 97.5 FM. Dila duduk di depan, tidak mungkin ia duduk di belakang. Ia selalu diam di depan Richie, tidak banyak bicara. Sesekali ia membenarkan kaca matanya yang agak tebal itu.
"Kamu bawa kan katalog furniture tadi?" tanya Richie tanpa menoleh.
"Bawa Pak." Dila tidak mungkin meninggalkannya, Richie bisa marah besar jika harus kembali lagi ke kantor. Walaupun tampangnya sangat menggemaskan, namun untuk urusan pekerjaan Richie sangat mengerikan. Mr. Perfecto.
Mereka sampai ke lokasi tempat hotel dibangun. Pembangunan sudah mencapai 90 persen. Sebenarnya Richie hanya ingin membangun tipe hotel bintang 3 atau 4, tapi papanya menyarankan hotel bintang 5. Tanggung katanya. Ditambah Yogyakarta adalah tempat tujuan wisata terbesar di Indonesia setelah Bali.
Di sana Richie melihat seorang wanita muda sudah menunggunya, berumur sekitar 25 tahun dengan mengenakan pakaian modis namun tetap office look.
"Ibu Ghea? Maaf sudah menunggu." Richie mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan wanita itu.
"Hai Pak Richie. Saya juga baru sampai. Panggil saja saya Ghea." Ghea tersenyum manis. 'Jadi ini Richie Andirawan? Menarik sekali.' Ghea mengagumi sosok pria di depannya.
"Ayo kita ke dalam. Dila, mana katalognya?" Dila menyerahkannya tanpa mengatakan apa-apa. Ia hanya mengikuti bos nya dan wanita yang bernama Ghea dari belakang. Dila memperhatikan penampilan Ghea. Rambut panjang hitam sedikit berombak, setelan blazer keren warna peach, high heels 7 cm yang ujungnya tajam. Dila merasa ia tidak akan pernah sanggup mengenakan sepatu seperti itu, pasti sangat menyiksa. Beauty is pain. Dila sangat menghindarinya. Tanpa sadar ia melirik ke sepatu hitam yang sedikit terkelupas dengan hak tahu 5 cm.
Richie mengajak Ghea berkeliling sambil memberi tahu jenis perabotan yang diinginkannya. Ghea juga memberi beberapa ide untuk menyesuaikan perabot dengan konsep hotel yang sedikit klasik. Dila pun dengan cekatan mencatat semua hal penting yang dikatakan atasannya itu. Ghea mengajak Richie untuk makan siang bersama setelah diskusi pekerjaan mereka selesai.
"Maaf sekali Ghea, mungkin lain kali. Saya sudah ada janji lain." Richie menolak dengan sopan. Ghea tampak kecewa, tapi ia mengerti pria seperti Richie pasti sangat sibuk.
Lima menit pertama di dalam mobil, Richie dan Dila hanya berdiam. Akhirnya Dila memberanikan diri bertanya ke atasannya itu.
"Maaf Pak, habis ini ada janji di mana Pak? Saya periksa di agenda belum ada janji Pak." namun yang ditanya hanya diam saja. Dila kesal dengan sikap bos nya itu. Makanya ia malas bertanya. Richie berhenti di sebuah tempat makan Chinese food. Dila mengikutinya dari belakang. Ketika Richie duduk, ia tetap berdiri di belakangnya.
Richie menoleh ke belakang, "Mau sampai kapan kamu berdiri di sana? Duduk." Dila menurutinya. Richie memesan beberapa makanan. Dan mereka menyantap makan siang dalam diam hingga selesai. Dila tidak menikmati makan siangnya. Dirinya menikmati bisa melihat Richie makan di depannya dengan jarak yang cukup dekat. Dila hanya bingung mengapa Richie tidak menerima ajakan makan siang Ghea tadi. Ia hanya bisa menerka alasannya dalam hati.
PS: Hai..yang sudah lupa sama tampang Richie, Author post lagi ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments