Atmosphere
Happy Reading all.
***
Pagi ini langit terlihat begitu cerah tak ada tanda jika ia akan mengeluarkan air nya untuk turun ke bumi. Seorang gadis cantik dengan rambut yang di ikat kuda yang menggunakan seragam berwarna abu-abu, yang di padukan dengan rok pendek kotak berwarna abu-abu hitam dengan gadir putih yang melambangkan jika itu adalah seragam dari sekolah elit, kini tengah berjalan menuju gerbang sekolahnya.
Ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki ke sekolah ternama tersebut sebagai siswi baru kelas sebelas. Bukan karena ia adalah anak orang kaya hingga bisa masuk ke sekolah elit tersebut, melainkan karena beasiswa yang diberikan padanya.
Gadis yang tak lain bernama Adhara Andromeda tersebut, bukanlah berasal dari keluarga kaya, ayahnya hanya seorang pegawai di salah satu perusahaan kecil sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga. Bisa mendapatkan beasiswa di Nash high school adalah sebuah keberuntungan bagi Adhara.
Adhara berjalan dengan santai sambil menatap ke sekeliling bangunan yang terdiri dari tiga lantai tersebut, dengan taman di bagian depan yang begitu indah ditambah dengan air mancur di bagian tengah taman.
Bahkan lapangannya juga sangat luas hingga rasanya ia pasti akan lelah jika harus terus berjalan menuju lobi untuk masuk ke kelasnya. Sebelum menuju kelasnya karena ia tak tahu dimana letak kelasnya gadis itu memutuskan untuk mencari ruang kepala sekolah terlebih dulu. Adhara menuju papan pengumuman yang berada di bagian depan lobi untuk mengambil denah sekolah yang sudah disiapkan.
“Wah ini sekolah megah banget.” Adhara menggelengkan kepalanya takjub melihat bangunan megah tersebut, lalu segera memasuki lobi dan menuju lift untuk menuju lantai dua letak ruang kepala sekolah berada.
“Jauh juga, ini kalau bawa sepeda pasti enak,” ucap gadis itu sambil terkikik geli mendengar pemikirannya sendiri.
Koridor yang begitu luas itu kini sudah ramai dengan para murid karena ini memang bukan jam masuk kelas. Di sepanjang jalan banyak mata yang terus menatapnya dengan berbagai tatapan namun tentu saja Adhara tidak mau pusing memikirkannya.
Hingga tak lama setelah berbelok di ujung koridor yang cukup sepi, dapat Adhara lihat empat orang laki-laki dengan pakaian seperti berandalan tengah mengepung satu laki-laki di tengah mereka yang terlihat berwajah begitu datar bahkan di saat ia tengah terjebak oleh empat preman tersebut.
“Hey! Apa yang kalian lakukin?” Adhara berkacak pinggang sambil berjalan ke arah mereka yang kompak menoleh ke arah Adhara dengan seringainya.
“Apa yang kau inginkan? jika kau ingin lewat maka silahkan lewat, tak perlu mengganggu kami,” ucap salah satu dari preman tersebut pada Adhara dengan bahsa formalnya, Adhara yang mendengarnya langsung memelototkan matanya mendengar ucapan laki-laki itu.
“Dih songong, mau ngapain lu pada? Mau malak ya?” tanya Adhara sambil berjalan mendekat ke arah mereka masih dengan tangannya yang berkacak pinggang. Ia paling tidak suka jika ada orang yang berperilaku sesuka mereka seperti itu. Apa lagi ini masih di lingkungan sekolah.
“Apapun yang ingin kita lakukan bukanlah urusan mu, jadi lebih baik kau pergi,” ucap yang lainnya dengan dengan wajah marahnya.
“Gak usah sok jagoan lo pada, ini sekolah bukan tempat malak,” ucap Adhara sambil memukul kepala para preman itu satu-satu tak ada ketakutan dalam diri gadis itu membuat ke empat preman tersebut memelototkan matanya dengan marah. Sebenarnya Adhara malah meragukan identitas preman tersebut. pasalnya jika di lihat dari umurnya mereka tak seumuran anak SMA tapi entah begaimana mereka bisa berada di lingkungan sekolah.
Adhara jadi berpikir jika sekolah ini tak aman.
“Sialan, beraninya kau,” salah satu preman tersebut hendak memukul Adhara namun dengan cepat gadis itu menangkan kepalan tangan yang mengarah padanya, memelintirnya kebelakang membuat laki-laki itu berteriak kesakitan.
“Cepat bantu aku,” ucap preman yang berada dalam kendali Adhara, mendengar ucapan temannya sontak saja mereka langsung menyerang Adhara.
Adhara melepaskan preman yang berada dalam kendalinya tersebut dengan mendorongnya ke arah temen nya hingga mereka tersungkur ke lantai membuat tawa Adhara pecah.
Ia sangat beruntung karena sedari SD sudah memiliki ilmu bela diri yang bagus. Tak ada yang buruk bagi wanita untuk belajar bela diri karena ini adalah salah satu senjata yang bisa digunakan saat keadaan mendesak, bukan hanya berteriak minta tolong sambil mencak-mencak tak karuan dan menunggu pertolongan.
“Sialan kau,” salah satu preman langsung berdiri dan hendak memukul Adhara namun gadis itu malah menendang ******** sang preman membuat jeritan kesakitan preman tersebut menggema.
Adhara menutup telinganya karena terlalu keras. Ke tiga teman preman tersebut membantu temannya untuk bangun dan membawanya untuk pergi membuat Adhara tersenyum senang karena telah berhasil melawan preman tersebut.
“Rasain lo, salah sendiri ngelawan Adhara,” ucap Adhara sambil terkiki geli.
Ia bahkan jadi ngilu sendiri membayangkan betapa sakitnya ******** laki-laki itu sekarang.
“Lo gak papa?” tanya Adhara pada laki-laki yang kini hanya menatapnya datar dan segera berlalu darinya itu.
Adhara sungguh dibuat menganga melihat laki-laki tersebut yang malah langsung pergi meninggalkannya tanpa berkata terima kasih atau sekedar menjawab pertanyaan Adhara.
“Dasar gak tahu terima kasih,” gerutu Adhara dan memutuskan untuk langsung pergi menuju ruang kepala sekolah takut ia akan telat masuk ke kelasnya.
Akhirnya gadis itu dapat melihat dengan jelas papan yang bergantung di depan pintu menuliskan “Ruang Kepala Sekola” yang tertulis dalam tiga bahasa Jerman, Indonesia, dan Inggris.
Adhara mengetuk pintu setelah di persilahkan masuk barulah gadis itu segera masuk dengan senyuman di wajahnya.
“Selamat pagi Mr. Saya Adhara siswi baru penerima beasiswa,” jelas Adhara memperkenalkan dirinya membuat kepala sekolah tersebut mengangguk.
Dapat Adhara lihat laki-laki yang berumur sekitar tiga puluh tahun itu ternyata bernama Aynan Athalla.
“Silahkan duduk,” sang kepala sekolah yang berumur sekitar tiga puluh tahun itu tersenyum ke arah Adhara sambil mempersilahkannya duduk. Adhara membalasnya dengan anggukan lalu segera duduk
“Baiklah, tunggu sebentar saya akan memanggil Mrs. Rissa yang akan menjadi wali kelasmu untuk mengantarmu ke kelas,” ucap Mr. Aynan sambil mengambil ponselnya untuk menghubungi guru yang akan menjadi wali kelas gadis tersebut.
Tak lama suara pintu di ketuk membuat Mr. Aynan segera menyuruh orang di luar untuk masuk. Terlihat guru wanita yang berumur sekitar empat puluhan masuk dengan senyumannya.
“Adhara, ini adalah Mrs. Rissa dia adalah wali kelasmu di kelas XI IPA 3,” ucap Aynan memperkenalkan rekan kerjanya itu.
“Selamat pagi Mrs. Rissa, semoga saya tidak akan merepotkan Anda sebagai wali kelas kedepannya,” ucap Adhara dengan senyumannya yang begitu tulus dan di balas dengan senyuman yang tak kalah tulus oleh Rissa.
“Selamat pagi Adhara, Saya sangat berharap yang terbaik dari kamu,” balas Riss yang di balas dengan anggukan oleh Adhara.
"Kalau begitu kami pergi dulu Mr. Aynan," ucap Rissa sambil menunduk dan berjalan keluar bersama Adhara.
Setelah berpamitan Adhara langsung keluar bersama dengan Rissa. Di koridor kini telah sepi karena jam pelajaran sudah di mulai hingga kalian akhrinya berjalan dengan santai di sepanjang koridor sekolah menuju kelasnya.
***
Thanks for Reading all.
Hai semua apa kabar? Aku balik lagi nih dengan cerita baru.
Semoga kalian suka dengan cerita baru ku ini.
Jangan lupa like, coment, dan simpan di favorite ya guys.
See you next chapter all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 258 Episodes
Comments
Haryanti Rayyan
aku mampir KA🤗
2023-02-27
0
SoVay
seruuuu
2023-02-27
0
thor org mana? salken ya aku pndtang baru ni namaku Andini Dyah biasa dipanggil dini,din org Tangerang
See you thor
2022-09-27
2