Happy Reading.
***
Setelah perjalanan yang tidak terlalu lama akhirnya kalian sampai di depan rumah besar berlantai tiga yang terlihat begitu besar dan mewah. Rumah dengan gaya yunani klasik tersebut terlihat begitu indah dengan enam besar yang terlihat berdiri begitu kokoh.
“Wah ini bagus banget, rumah lo besar banget,” ucap Adhara yang memang begitu takjub melihat rumah mewah tersebut. Rumah dengan cat putih gading.
“Biasa aja kali Ra, ayo buruan masuk.” Sky menggandenga tanganmu untuk memasuki rumah.
Adhara yang masih begitu takjub dengan rumah besar tersebut masih terus melihat ke sekeliling rumah tanpa sadar ternyata mereka sudah berada di di dalam rumah.
“Gak usah norak jadi orang,” ucapan sarkas tersebut menghentikan Adhara yang melihat ke sekeliling rumah dan melihat ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari laki-laki yang kini tengah duduk di sofa sambil bermain ps bersama dengan kedua sahabatnya.
Kamu memelotot ke arah laki-laki tersebut menatap kesal laki-laki yang tak lain adalah Antariksa. Arche yang melihat pertengkarang kalian hanya mengelen lalu tersenyum ke arah Adhara. Chan, tentu saja laki-laki dingin itu tak akan perduli pada sekitar dan malah fokus pada game di depannya.
“Ribet banget lo, terserah gue lah mata gue ini,” ucap Adhara dengan sinisnya menatap tajam pada Antariksa yang tak perduli lagi dengannya dan malah fokus dengan PS nya.
“Udah ayo Adhara kita ganti baju dulu,” ajak Sky sambil menarik tangan Adhara untuk segera pergi.
“Sekalian masak sana, koki di bawa mama ke rumah tante Nira semua,” ucap Antariksa sebelum adiknya dan Adhara pergi.
Sky penepuk keningnya ia lupa jika semua koki di rumahnya di bawa Mamanya untuk membantu acara yang tengah di adakan oleh teman mamanya itu.
“Biar gue aja yang masak,” tawar Arche yang langsung menuju dapur untuk memasak makanan untuk temannya.
Adhara dan Sky segera menuju kamar Sky untuk berganti pakaian setelah selesai mereka langsung turun. Adhara langsung menuju dapur untuk membantu Arche sedangkan Sky menuju ruang keluarga untuk berkumpul bersama kakaknya.
“Adhara ngapain di sini?” tanya Arche yang tengah memotong bawang untuk membuat bumbu.
Adhara segera menghampirinya dan berdiri di samping laki-laki itu untuk membantu Arche.
“Bantuin lo masak, jadi apa yang bisa gue bantu?” tanya Adhara menawarkan dir untuk membantu.
Arche tersenyum lalu terlihat berpikir apa yang bisa Adhara bantu.
“Ini lo kupas bawang aja, jangan banyak-banyak tiga butir aja bawang merahnya terus bawang putih nya dua aja,” ucap Arche yang di balas dengan anggukan oleh Adhara.
Arche sendiri beralih mengambil daging ayam lalu memotong-motongnya. Adhara sendiri masih mengupas bawangnya. Setelah selesai pandangannya langsung tertuju pada Arche yang terlihat begitu keren saat tengah fokus memasak seperti ini.
Gadis itu tersenyum, ia begitu terpesona pada Arche yang terlih begitu gentel. Andai saja ia kelak bisa menjadi istri Arche pasti ia akan sangat senang memiliki suami yang pandai memasak. Sadar dari pikiran anehnya Adhara menggeleng berusaha menghilangkan pikiran anehnya itu.
“Lo kenapa?” tanya Arche saat melihat Adhara yang menggeleng. Senyuman laki-laki itu yang begitu manis sukses mendebarkan hati Adhara. Sangat tampan dan memabukkan.
“Eh enggak kok gak papa,” ucap Adhara dengan senyuman kakunya. Ia begitu malu karena kepergok memandangi laki-laki itu.
“Lo kok bisa tahan sih punya sahabat kayak mereka? Yang satu kasar mulutnya lemes yang satu lagi dingin kek kulkas,” ucap Adhara mengomentari sahabat Arche yang memang tidak ada yang benar.
Mendengar komentar Adhara tentang sahabatnya itu Arche hanya terkekeh sambil melanjutkan masaknya. Memasukkan bumbu untuk di tumis lalu memasukkan ayam setelah bumbu tersenbut wangi.
“Mereka gak seburut yang lo kira, mereka baik kalau lo udah kenal deket sama mereka. Chan memiliki alasan sendiri kenapa dia bisa sedingin itu, juga Antariksa dia juga punya alasan di balik sikap kasarnya,” ucap Arche memberikan penjelasan pada Adhara yang diam dan fokus mendengarkan penjelasan laki-laki tersebut.
“Mereka adalah orang-orang baik kalau lo bisa measuk dalam kehidupan mereka,” ucap Arche membuat Adhara terdiam.
Sepertinya dia bisa memulai nya dari awal dengan mendekatkan diri dengan kedua laki-laki itu. Tidak ada yang buruk dengan berteman dengan mereka.
Tak beberapa lama akhirnya masakan mereka selesai. Mereka menyajikan makanan di meja makan.
“Biar gue panggil yang lain dulu,” pamit Arche yang di balas dengan anggukan oleh Adhara yang tengah menyiapkan piring di atas meja.
“Wah wangi banget nih,” ucao Sky yang langsung duduk di samping Adhara sedangkan Antariksa duduk di kepala meja, Arche duduk di hadapan Adhara sedangkan Chen duduk di depan Sky.
Mereka makan dengan hening tidak ada yang memulai pembicaraan. Adhara yang biasnaya begitu banyak bicara hanya menutup mulutnya rapat ia begitu sadar jika yang berada di hadapannya kini adalah orang-orang dengan tingkat kewarasan rendah. Tentu saja pegecualian untuk Sky dan Arche.
Setelah selesai dengan makannya, Adhara segera membereska meja makan dan mencuci piring bersama dengan Sky. Selesai dengan kegiatannya Sky lebih dulu menuju ruang keluarga sedangkan Adhara mencari makanan ringan untuk ia bawakan untuk teman-temannya.
“Loh yang lain kemana?” tanya Adhara saat meliaht Sky yang sendirian di runag keluarga sambil menonton televisi.
“Yang lain udah pulang, Kak Ata ada di belakang,” jawab Sky yang membuat Adhara mengangguk.
“Gue kebelakang dulu,” pamit Adhara segera pergi untuk mencari keberadaan Anatariksa.
Ia ingin memulai semuanya dari awal mendekatkan diri pada laki-laki itu untuk menjadi temannya. Adhara segera membawa makanan ringan untuk Antariksa. Gadis itu berjalan menuju taman belakang hanya mengikuti jalanan berharap ia tidak menyasar.
Setelah berada di taman belakang dapat ia lihat Antariksa yang tengah bermain gitar. Adhara segera menghampiri laki-laki itu dan berdiri didepannya.
“Ngapain lo kesini?” tanya Antariksa tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun dari gitarnya.
Sepertinya laki-laki itu sangat enggan hanya menatap Adhara. Entah terlalu kesal pada gadis itu atau entah ada masalah lain.
“Nih gue bawain makanan buat lo,” ucap Adhara sambil menyodorkan makanan ringan pada Antariksa. Laki-laki itu mendongakkan kepalanya dan menatao Adhara dengan kening yang berkerut sempurna.
“Siapa yang tahu itu makanan ada racunnya,” ucap Antariksa dengan senyuman sinisnya membuat Adhara memelotot tajam pada laki-laki. Bagaimana dia bisa berpikir untuk memberikan racun pada Antariksa di rumahnya sendiri.
“Lo kira gue sejahat itu? Nih gue makan,” ucap Adhara sambil memakan makanan ringan tersebut untuk membuktikan jika apa yang laki-laki itu pikirkan sangat salah.
“Bawa aja sana lagi, gue gak pengen. Lo terlalu licik untuk di percaya,” ucap Antariksa dengan kata-katanya yang begitu menusuk.
“Lo bakat banget ya kalo di suruh ngehina dan nuduh orang, lo gak kenal gue gimana lo tau gue licik,” ucap Adhara dengan tatapan tajamnya.
Adhara meletakkan makanan tersebut di samping Antariksa dan segera pergi dari sana. Lebih baik ia segera pulang dari pada harus belama-lama berada di sekitar Antariksa.
Antariksa mengehela nafasnya kasar sambil memperhatikan punggung Adhara yang mulai menjauh.
***
Thank for Reading all
Hai semua apa kabar?
Aku datang lagi nih dengan cerita baru yang pastinya gak kalah seru sama cerita sebelumnya.
Semoga kalian suka ya sama ceritanya maaf kalau masih banyak typo dan feel kurang dapet.
Jangan lupa untuk Like, Koment, tambah ke favorite.
See You Next Chapter all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 258 Episodes
Comments
Coco
Andara kesabarannya setipis tisu dibagi dua puluh
2023-04-10
0
Hilmiath
terima kasih saran nya kak🤗
2023-03-08
0
Afrilho
maaf mungkin perlu di revisi banyak typo maaf yah thor
2023-03-07
0