Permaisuri Yang Berbagi Cinta
Kereta kuda berhenti di istana yang megah. Duke Hilbright turun dari kereta kuda. Ia berdiri di depan pintu kereta kuda sambil mengulurkan tangan.
Seorang wanita cantik berambut pirang meraih tangan Duke Hilbright. Warna rambut yang sama dengan Duke. Ia adalah putri dari Duke Hilbright. Leticia Hilbright.
Leticia mengamati gerbang istana dan bangunan yang berada di depannya. Luas dan kemegahannya tidak sebanding dengan kediaman yang ditinggalinya.
Ini adalah pertama kali Leticia berada di istana. Matanya berbinar-binar. Ia berusaha menahan rasa takjubnya, karena tidak sepantasnya putri bangsawan menunjukkan sikap yang tidak sopan.
Ia menegakkan punggungnya dan berjalan dengan elegan. Setiap orang yang melihatnya pasti akan merasa terpesona.
Leticia sampai pada sebuah pintu. Ayahnya dengan sigap membukakan pintu itu.
Ayahnya memberikan salam kepada orang yang di depannya. Begitu pula Leticia. Orang yang mereka beri salam adalah Putra Mahkota, Braun el Houllem.
Leticia yang semula menunduk mendongak melihat lekaki yang ada di depannya. Mata Leticia tertuju pada lelaki yang berparas tampan dengan rambut berwarna hitam. Mata biru yang seperti permata membuat Leticia terpana.
Duke Hilbright pergi meninggalkan mereka sendirian.
Suasana mereka berdua berubah menjadi canggung.
"Apakah Anda menyukai suasana di istana?" kata Braun memecah suasana.
Leticia yang terkejut menjawab seadanya, "Iya, Yang Mulia."
Braun berdiri. Leticia masih duduk diam di tempat. Braun mengambil salah satu bunga yang berada di dekat jendela. Ia mendekati Leticia sambil memberikan bunga itu.
"Ini adalah salah satu bunga yang disukai mendiang ibuku, aku harap Anda menyukainya," kata Braun sambil tersenyum.
Hati Leticia berdebar keras. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Tak sanggup menahannya lagi, senyum terlihat di bibirnya.
Cepat-cepat ia mengambil bunga itu, sambil mengucapkan terima kasih. Ia menutupi wajahnya dengan bunga itu, walaupun tahu tindakannya itu tidak dapat menutupi mukanya.
Braun hanya tersenyum melihat kelakuan Leticia.
"Kuharap kita bisa berhubungan dengan baik, Putri Mahkota," Braun meraih tangan Leticia yang tidak memegang bunga. Ia mencium tangan Leticia.
Benar mereka bertunangan. Leticia awalnya berpikir untuk mengeraskan hatinya. Tidak mungkin orang saling mencintai dalam pernikahan politik. Ia tidak berharap banyak pada pernikahan ini. Terlintas dalam pikirannya ia mungkin akan menderita seumur hidup.
Namun, ia salah. Kini, ia jatuh cinta. Dan Leticia juga yakin Braun juga mencintainya. Kalau tidak, bagaimana mungkin ia melakukan hal yang selembut itu?
Leticia menatap mata Braun, yang membuatnya tidak dapat memikirkan apapun.
***
"Anda menyukai pasangan yang seperti apa Yang Mulia?" tanya Leticia tiba-tiba.
Beberapa bulan berlalu sejak pertemuan pertama mereka. Leticia yang awalnya malu-malu mulai menjukkan perasaannya secara terang-terang. Braun sering menunjukkan perhatiannya kepada Leticia di depan orang lain. Meskipun, hal itu membuat Leticia malu, ia merasa senang.
"Aku menyukai wanita yang anggun, sedikit manja kepadaku tetapi tetap berperilaku bijaksana saat di depan orang lain." Braun tidur di pangkuan Leticia.
Seakan tahu apa yang dipikirkan Leticia Braun melanjutkan, "Tak perlu menjadi orang lain. Aku akan tetap mencintaimu, Leticia." Tangannya menyentuh pipi Leticia. Senyum manis Braun muncul. Leticia juga balas tersenyum.
"Saya juga mencintai Anda, Braun." Leticia menggenggam tangan Braun. Ia merasakan tangan kuat yang sering berlatih pedang.
Sekarang, Braun sedang beristirahat dari latihan pedang. Leticia sering melihatnya. Leticia mengagumi ilmu berpedang Braun. Ia berharap bisa berpedang sepertinya. Sewaktu kecil Leticia pernah diam-diam berlatih pedang. Duke Hilbright marah besar melihat putrinya menyembunyikan pedang kayu di kamarnya. Duke tidak ingin nilai anak perempuan yang bisa digunakan untuk pernikahan politik jadi berkurang.
Sejak kecil, ia tidak pernah menerima cinta Ayahnya. Yang dipikirkan Duke Hilbright hanyalah kekuasaan belaka.
Namun, Leticia tidak bisa sepenuhnya membenci ayahnya. Sekarang berkat ayahnya, ia bertemu dengan orang yang mencintainya.
Meskipun, Braun memintanya untuk tidak merubah sikap, ia akan melakukan hal itu. Dengan begitu Braun akan semakin mencintai dirinya.
Seorang pria mendatangi Leticia dan Braun dengan tergesa-gesa. Braun memasang muka kesal karena waktu berduaan mereka diganggu.
Ia berdiri. Namun, wajahnya kesalnya berubah menjadi terkejut begitu mendengar perkataan pria itu. Leticia menutup mulutnya yang ternganga.
"Kaisar memanggil Anda, Putra Mahkota. Baginda ingin mengucapkan kata-kata akhir." Pria itu mengulangi ucapannya lagi.
Braun langsung melesat menuju kamar Kaisar. Leticia mengikutinya. Ia kesulitan mengikuti langkah kaki Braun yang sangat cepat.
Mereka sampai pada kamar Kaisar. Braun masuk ke dalam. Pengawal menghalangi Leticia yang ingin masuk. Kaisar hanya ingin bertemu dengan anak semata wayangnya.
Leticia menunggu di luar. Selang beberapa lama, Braun keluar dengan menundukkan kepala.
"Kaisar telah meninggal. Aku akan menjadi Kaisar berikutnya."
Semua pengawal menundukkan kepala. Braun meminta semua pengawal pergi. Ia hanya ingin berdua dengan Leticia.
Leticia merasakan kesedihan di wajah Braun. Ia tahu Braun sangat menyayangi mendiang Kaisar.
Ini adalah sebuah kejadian yang tidak pernah dipikirkan Leticia sebelumnya. Ia berharap Kaisar akan melihat anaknya menikah.
Leticia memegang tangan Braun. Braun merasakan perhatian Leticia. Ia mendongak melihat Leticia.
"Saya akan selalu berada di sisi Anda, Yang Mulia," kata Leticia.
"Terima kasih, Leticia." Braun melepas genggaman Leticia dan memeluknya. Leticia membalas pelukan
Braun.
Braun melimpahkan semua perasaannya. Tanpa memikirkan apa yang dilihat oleh orang lain. Ia hanya bisa seperti itu di depan Leticia.
Karena Kaisar tidak boleh terlihat lemah. Sungguh menyedihkan Kaisar tidak boleh memperlihatkan perasaannya.
Leticia tidak akan meninggalkan Braun. Ia akan berada di sampingnya sampai akhir. Ia akan mendampinginya sebagai permaisuri.
***
Tak lama setelah Braun dinobatkan sebagai Kaisar, Braun dan Leticia melangsungkan pernikahan.
Kesedihan yang mereka rasakan karena kehilangan mendiang Kaisar berubah menjadi kebahagiaan.
Mereka mengucapkan janji suci di depan Paus. Biasanya para bangsawan di kekaisaran meminta berkat dari kuil agar mendapatkan kehidupan pernikahan yang bahagia. Di samping itu, mereka ingin menunjukkan kepada warga kekaisaran bahwa Kekaisaran Houllemmemiliki hubungan yang baik dengan kuil.
Leticia terus tersenyum sepanjang pernikahan. Kebahagiaan yang ia idam-idamkan menghampirinya.
Pernikahan yang politik yang semulanya tidak ia harapkan, menjadi sebuah berkah baginya. Sumber kebahagiaan yang tidak terbendung. Ia merasa beruntung bertemu dengan Braun.
Leticia menatap Braun yang juga tersenyum padanya. Perlahan tangan Braun membuka cadar pengantin wanita. Tidak ada penghalang antara wajah Leticia dengan Braun.
Bibir mereka saling bertemu. Tanda cinta mereka terikat dalam pernikahan telah dilakukan. Leticia berharap waktu bisa berhenti. Kebahagiaan yang ia rasakan ingin disimpan dalam-dalam. Bahkan rasanya seperti mimpi indah yang diharapkan takkan berakhir.
Namun, ia tidak tahu kejadian yang akan menimpanya. Masalah yang ia hadapi akan menghancurkan hubungan mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Remasari
salam dari "presdir pemakasa"😊
2022-03-04
2
IG: @sskyrach
Ceritanya bagus aku favoritkan ya, salam dari Terjerat Cinta Pangeran Vampir:)
2022-02-05
1
Instagram @AlanaNourah
aku fav-in yaa 🌺 suka deh yg kerajaan2 gini tuhh
2022-01-22
1