Leticia sedang berduaan dengan Braun di kamarnya. Mereka sedang menikmati camilan berupa roti kering. Braun menyuapi Leticia. Leticia sedang enggan memakan camilan. Biasanya ia dapat menghabiskan empat bahkan lima camilan dengan lahap. Entah mengapa akhir-akhir ini perutnya terasa tidak enak.
Tidak dapat menolak perlakuan Braun, Leticia memakan camilan itu. Braun melihatnya dengan gembira. Sedangkan Leticia berusaha keras untuk menelannya sambil menahan rasa mualnya.
Namun, ia tidak tahan. Ia menutupi mulutnya terasa ingin muntah.
Braun mulai curiga dengan gerak-gerik Leticia. Ia bertanya, "Apa Anda baik-baik saja, Sayang?"
"Saya merasa mual Braun," jawab Leticia jujur.
"Aku akan memanggil dokter istana. Sebaiknya Anda beristirahat dulu." Braun segera berdiri dan keluar dari kamar Leticia.
"Terima kasih." Leticia menggangguk pelan. Perutnya masih terasa tidak enak.
Tak lama dokter istana datang bersama dengan Braun. Dokter memeriksa kesehatan Leticia. Raut mukanya terlihat terkejut. Leticia berharap tubuhnya tidak apa-apa.
"Sudah berapa lama Anda tidak datang bulan, Permaisuri?"
Leticia bingung dengan pertanyaan dokter istana. "Sepertinya sekitar dua bulan."
Wajah dokter istana berubah menjadi cerah. Leticia berharap mendengar kabar baik.
"Selamat atas kehamilan Anda, Permaisuri."
Sebuah kabar baik. Inilah sesuatu yang ditunggu-tunggu Leticia dan Braun. Leticia hampir menangis mendengar kabar kehamilannya ini.
Ia menatap Braun yang sedang kebingungan. Sepertinya Braun tidak memperkirakan kehamilan Leticia akan secepat ini. Braun tersadar dari lamunannya menatap Leticia. Senyum terlihat di wajahnya.
"Kehamilan Anda sudah empat minggu, Permaisuri. Anda tidak boleh terlalu stres dan jangan sampai kelelahan. Ini semua untuk kesehatan sang bayi," lanjut dokter.
"Terima kasih." Leticia tersenyum gembira.
Braun meminta dokter istana keluar.
Hanya tersisa Leticia dan Braun. Braun memeluk Leticia. Mengecup kening Leticia dengan lembut.
"Semoga anak ini akan sehat." Braun mengelus-elus perut Leticia.
Leticia menyetuh tangan Braun yang ada di perutnya. "Tentu saja, dia adalah anak Kaisar dan Pemaisuri sudah sepastinya akan kuat dan sehat."
Leticia tertawa. Ia akan segera memiliki seorang anak. Tidak sabar menantikan kedatangannya, ia sudah
memikirkan untuk membeli peralatan bayi.
Entah akan mirip dengannya atau Braun. Entah laki-laki atau perempuan, ia tidak peduli. Ia sudah tidak sabar memeluk bayi itu dalam tangannya.
***
Berbulan-bulan selama kehamilan Leticia. Braun selalu menghampiri Leticia di kamar untuk mengecek kehamilannya. Setiap sebulan sekali Braun memanggil dokter istana untuk memeriksa kondisi janin Leticia.
Hingga tiba saatnya Leticia melahirkan. Braun berputar-putar di depan pintu. Ia merasa cemas akan kelahiran bayinya dan Leticia.
Dayang istana yang membantu persalinan Leticia, menyemangatinya.
Leticia menarik dengan kuat kain yang berada di kedua tangannya. Giginya mengigit dengan kuat penutup mulutnya. Tanpa penutup mulut mungkin bibirnya akan berdarah. Ini pertama kalinya ia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Peluh bercucuran dari seluruh tubuhnya. Ia berusaha mendorong bayinya sekuat tenaga sekali lagi.
Suara tangisan bayi menggema di ruangan. Ketegangan yang berada di tubuh Leticia berubah menjadi kelegaan. Tubuhnya terasa lemas. Tenaganya terkuras habis. Ia memejamkan mata sebentar untuk istirahat.
Salah satu dayang memanggil Braun. Wajah ketakutan berubah menjadi senyum kegembiraan. Braun masuk ke kamar Leticia. Ia segera melihat anaknya. Ternyata seorang putri.
Ia menggendong putri dan memberinya nama Judith. Braun membawanya agar Leticia dapat melihat anak mereka berdua. Seorang putri yang cantik yang memiliki warna rambut dan mata yang mirip Leticia. Jika besar pasti dia akan secantik Leticia.
Leticia masih terkulai lemas. Ia mencoba menyentuh putri mereka. Senyumnya melebar. Pandangannya bergeser dari putrinya menuju Braun. Braun masih tersenyum. Namun, Leticia merasa ada perbedaan dalam senyuman Braun. Meskipun Braun terlihat senang tetapi terlihat ada rasa ketidakpuasan di matanya.
Leticia berusaha tidak memikirkannya dan beristirahat lagi. Kebahagiaannya telah lengkap dengan hadirnya putri mereka.
***
Putri Judith sudah berumur satu bulan. Setelah selesai dari tugasnya ia mendatangi putrinya. Ia menggendongnya dan menyuruh ibu asuh putrinya keluar. Ia hanya ingin menikmati waktu dengan putrinya saja. Melihat wajah Putri yang lucu dan menggemaskan.
Tak lama kemudian Kaisar datang. Leticia segera mendekati Braun. Memperlihatkan anak yang mereka kasihi.
"Aku ingin berbicara serius, Sayang," ucap Braun dengan nada yang berat.
"Tentang apa Braun?" Wajah Leticia berubah keras. Tidak seperti biasanya Braun mengajak bicara seperti ini.
"Sayang, Aku harap Anda segera hamil lagi dengan anak laki-laki." Kesungguhan terlihat di matanya.
"Apakah putri kita tidak cukup, Braun?" tanya Leticia.
"Aku membutuhkan pewaris tahta yang sah. Yaitu anak laki-laki, Sayang." Braun tetap teguh pada pendiriannya.
Mata Leticia melebar. Ternyata Braun tidak bahagia seperti dirinya. Sebelumnya Braun tidak pernah terburu-buru memiliki anak laki-laki. Mungkin setelah menjadi kaisar perlu memikirkan kesejahteraan kekaisaran. Salah satunya adalah pewaris. Dengan adanya pewaris, kelangsungan kekaisaran akan terjamin. Ia tidak ingin kekaisaran yang diwariskan dari ayahnya dijalankan dengan buruk.
Leticia memejamkan matanya. Menghembuskan napas.
"Baiklah jika itu yang Anda inginkan Braun."
"Terima kasih, Sayang. Aku akan memberi tahu dokter istana untuk memberikan obat agar Anda segera hamil."
Braun segera meninggalkan kamar Judith. Leticia melihat Judith yang masih berada di tangannya. Ada perasaan gembira campur sedih. Ia merasa gembira karena akan mempunyai anak lagi. Namun, ada perasaan tidak enak. Ia takut jika melahirkan anak perempuan lagi, Braun akan tidak mencintainya. Ia takut tidak bisa membahagiakan suaminya.
Tidak baik memperlihatkan sisi buruk di depan anak-anak. Leticia berusaha tersenyum.
"Kamu akan segera memiliki seorang adik laki-laki," kata Leticia lirih.
Semoga ucapan Leticia menjadi kenyataan. Dengan begitu kebahagiaan Braun akan lengkap. Harapan Leticia sangat sederhana, yaitu keluarganya berbahagia.
Minggu menjadi bulan. Bulan menjadi tahun. Sudah empat tahun Leticia tidak hamil lagi. Braun semakin frustrasi melihat Leticia yang tak kunjung hamil. Kali ini Ia memanggil dokter istana untuk memeriksa kondisi Leticia.
Setiap bulan Leticia selalu menunggu kabar baik dari dokter istana. Hanya saja, kabar itu tak kunjung datang. Ia hampir menyerah. Ia pernah membujuk Braun untuk membuat Judith menjadi pewaris tahta meskipun hanya seorang perempuan. Namun, Braun tetap mempertahankan tradisi kekaisaran sebelumnya yang menyatakan pewaris sah adalah anak laki-laki keluarga kekaisaran. Leticia mengalah mengikuti permintaan Braun.
Dokter istana telah datang ke kamar Leticia. Braun yang duduk di kursi, bergegas berdiri. Ia menatap dokter istana, menunggu kabar baik datang. Begitu pula Leticia.
Dokter istana memejamkan matanya. Ia seperti berpikir memilih kata yang tepat untuk menyampaikan ucapan yang akan dikatakannya. Ia melihat Leticia dengan mata nanar.
Leticia sepertinya tahu kata-kata yang ingin diucapkan dokter istana. Ia tidak hamil.
"Maafkan saya, Permaisuri," kata dokter istana.
Ia sudah mempersiapkan hatinya setiap hari. Namun, tetap saja hatinya terasa sakit.
"Ada kemungkinan Anda mandul. Sudah lama Anda tidak hamil meskipun meminum obat penambah penyuburan. Rahim Anda semakin lemah. Kemungkinan hamil akan semakin sulit, Permaisuri." Dokter istana menundukkan kepala sedalam-dalamnya.
'Aku mandul. Apakah aku tidak salah dengar?' Leticia berusaha memahami kata-kata dokter istana. Namun, otaknya sudah kosong tidak dapat memikirkan apapun. Kemarahannya memuncak.
"Jangan menghina keluarga kekaisaran. Aku pernah hamil sebelumnya. Aku tidak mandul!" teriak Leticia.
"Sekali lagi maaf, Permaisuri. Saya hanya mengatakan keadaan tubuh Anda yang sebenarnya." Dokter istana hanya bisa menunduk.
Air mata Leticia mengalir deras. Braun meminta dokter istana untuk keluar. Ia menghampiri Leticia berusaha menghiburnya
Leticia menangis dengan keras. Ia tidak bisa membahagiakan Braun. Keluarga yang didambakannya tidak akan terwujud.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments