Penjara Suci (Cinta Untuk Iqlima)

Penjara Suci (Cinta Untuk Iqlima)

Bab I: Landing di Aceh

Desa Krueng Lamkareung, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar.

Prankkkkk

Pecahan gelas kaca berhamburan di lantai. Seseorang yang sudah sepuh dan berjalan tertatih memecahkannya. Darah segar mengalir dari telapak kaki. Setelah memecahkan gelas, beliau tidak sengaja menginjaknya.

“Astaghfirullah, Kek….!” Pekik Seorang gadis muda berusia 18 tahun. Ia mencampakkan kain yang baru saja diambilnya dari jemuran lalu berjalan tergopoh-gopoh menghampiri.

“Ya Rabb… Iqlima bantu bersihkan ya kek?” Pinta gadis tersebut merasa ngilu. Dengan cekatan ia mengambil kursi roda yang berada di dekat pintu kamar. Tangannya mengamit lengan kakek untuk ia arahkan ke atas kursi roda.

“Tidak usah! Aku bisa sendiri!” Ketus kakek. Perlahan dengan gemetaran beliau duduk di atas kursi roda setelah serpihan kaca yang mengenai kakinya menusuk lebih dalam.

“Ssssss..” Iqlima berdesis ngilu. Kakek menjalankan kursi rodanya sendiri.

Gadis yang diketahui bernama Iqlima melihat beliau dengan tatapan sendu. Lalu bergegas membersihkan serpihan kaca yang berserakan di lantai dan menuju dapur mengambil peralatan P3K.

“Biarkan saja!” Ucap kakek dengan nada tidak ramah.

“Walaupun kakek melarang, Iqlima akan tetap membersihkannya.. Kalau tidak luka ini bisa infeksi” Sahut Iqlima bersikeras.

“Biarkan saja. Biarkan membusuk sekalian! Luka ini tidak seberapa dibanding rasa sakit dihatiku!” Ucap kakek memalingkan wajah.

“Apa kakek masih marah?” Tanya Iqlima pelan. Tak terasa matanya basah.

“Hhhh bagaimana kakek tidak marah? Berkali-kali orang datang melamar tapi kamu tolak! Terakhir Hilman, Apa kurangnya si Hilman itu? Dia anak kepala desa, punya usaha kilang padi! Hidup dengannya kamu tidak akan merasa kurang!” Hardik kakek dengan suara tinggi. Iqlima diam menunduk.

“Coba Kamu lihat si Maryam… Teman yang usianya sebaya denganmu itu bahkan sekarang sudah memiliki anak! Dia sudah bahagia menikah dengan Helmi, pemuda yang dulunya juga pernah melamarmu! Hhhh Maryam itu anak yang patuh, ia tidak membangkang sepertimu! Huk Huk Huk….” Ucap kakek terbatuk. Tenggorokkannya terasa kering karena terlalu banyak berbicara. Iqlima menyodorkan gelas berisi air mineral yang berada di atas nakas tak jauh dari mereka.

Andai kakek tau kalau Maryam sangat menderita karena bang Helmi suka bermain buntut (judi angka) dan tengah dikejar-kejar hutang. Ucap Batin Iqlima.

“Bang Hilman itu pe…mabuk kek, Suka main perem…puan” Ucap Iqlima hati-hati.

“Semua itu bisa berubah… Kamu jangan tinggi hati! Kita ini orang ga punya. Orangtua-mu meninggal tanpa meninggalkan apapun untukmu! Sedang kakek sudah tua, kalau tiba-tiba kakek tiada.. kamu bagaimana? Siapa yang akan mengurusmu Iqlima?” Sambar kakek. Suara beliau berubah serak. Mata yang sudah hampir putih itu berkilat-kilat. Iqlima terenyak.

“Apa yang kamu harapkan dari Ilyas? Pemuda Pulau Jawa itu hanya merantau sebentar ke desa kita... Dia akan kembali ke kampung halamannya. Jadi tidak mungkin menikahimu! Apalagi kamu miskin dan yatim piatu!”

“Tapi Ustadz Ilyas berjanji akan menikahi Iqlima kek..” Lirih Iqlima.

“Kapan?! Mau sampai kapan kamu menunggu? Huk Huk Huk!” Kakek kembali terbatuk.

"Ilyas hanya seorang perantau, asal usulnya juga tidak jelas! Ia tidak lebih baik dari laki-laki yang Kamu tolak! Jangan mau ditipu oleh janji laki-laki! "

Iqlima menunduk dalam. Ia meremas ujung kerudungnya. Kakek benar. Kepastian dari Ilyas untuk menikahi nya masih belum terlalu jelas.

Sebenarnya Iqlima juga belum mencintai Ilyas, tapi daripada ia menikah dengan orang seperti Hilman atau Helmi, Iqlima berpikir akan lebih baik jika ia menikah dengan orang yang sudah jelas kesholehan-nya. Selama setahun ini, Iqlima banyak melihat hal positif dari diri Ilyas.

Iqlima merasa betapa ia hanya menjadi beban kakeknya saja. Sejak orangtua nya meninggal karena kecelakaan bus antar daerah delapan tahun lalu, Iqlima hanya diasuh oleh sang kakek. Karena kemiskinan, kerabat dan sanak saudara lainnya juga menjauh dari mereka.

Iqlima mencoba untuk mengerti apa yang kakeknya khawatirkan. Kakek hanya ingin agar ia segera menikah memiliki kehidupan yang layak. Memiliki keluarga yang utuh dan berbahagia. Begitulah yang selalu kakeknya gaungkan sejak 2 tahun lalu. Padahal umur Iqlima masih begitu muda. Iqlima sendiri sebenarnya masih belum ingin menikah. Untuk saat ini, Iqlima hanya ingin bersekolah tinggi dan meraih cita-cita. Ia ingin menjadi wanita karir yang mandiri. Ia tidak ingin di pandang rendah oleh siapapun.

***

Bandara Sultan Iskandar Muda

Seorang pemuda turun dari pesawat dengan tergesa. Ia melirik ke arah jarum jam yang ada ditangannya. Pukul 07.05 Wib. Ia harus bergegas, sebab tepat pukul 08.00 ia sudah harus menghadiri rapat dengan para rekan bisnisnya. Barang-barang yang ia perlukan sudah dibawa oleh asisten. Pemuda ini mengambil handphone dari saku celana dan meng-aktifkannya. Beberapa panggilan tak terjawab tertera di sana.

“Assalamu’alaikum Bah!” Sapa nya setelah menelfon ulang. Ternyata dari tadi ayahnya yang menelpon.

“…….”

“Alhamdulillah, Ini Yahya baru saja landing di Aceh!”

“……..”

“Iya, Alhamdulillah semuanya aman!”

“……..”

“Oh tentu... Sebentar lagi Yahya akan bertemu dengan Ilyas!”

“…….”

“Baik. Terima kasih, bah! Wa’alaikumsalam” Ucap seorang pemuda yang diketahui bernama Yahya menutup handphone-nya. Sebuah mobil sudah menunggu di depan pintu keluar.

“Arahkan mobilnya ke hotel Grand Nanggroe! Tolong agak dipercepat ya pak! Saya ada rapat penting” Titah Yahya.

“Siap pak!”

Mobil mereka melaju membelah jalan raya. Dari Bandara Sultan Iskandar Muda menuju hotel Grand Nanggroe kurang lebih memakan waktu setengah jam. Seperti biasa, dipertemuan bisnisnya Yahya tidak ingin terlambat.

Tap Tap Tap

Suara sol sepatu pantofel kulit terdengar. Yahya memasuki Function Room. Suasana ruang rapat yang khas terlihat. Yahya menatap santai satu persatu orang yang ada di dalam ruangan. Lalu ia menyapa mereka dengan hangat hingga matanya menangkap sesosok orang yang sudah sangat dikenalnya. Mereka saling tersenyum lebar. Setelah berbasa basi beberapa menit, tepat pukul 08.00 teng percakapan serius terdengar.

"Pak Ilyas sudah membeli 10 hektar tanah untuk diwaqafkan menjadi sebuah yayasan. Yayasan ini nantinya akan menaungi sekolah yang berbasis Islam Terpadu juga Lembaga amal" Seorang sekretaris membuka topik pembicaraan.

"Seluruh bahan baku bangunan akan di supply oleh PT. Harapan Sejahtera milik Pak Haji Zakaria. Perusahaan ini akan mengkoordinir pembangunan gedung dari awal hingga selesai. Pak Yahya sebagai direktur umum akan menanganinya secara langsung!" Sekretaris menjelaskan lebih lanjut.Haji Zakaria yang dimaksudkan adalah ayah dari Yahya. Parapetinggi yang hadir mengangguk-anggukkan kepala.

Para manager membaca Berkas-berkas yang berada di atas meja secara kilat hingga mereka menemui titik kesepakatan yaitu kapan tepatnya pembangunan akan dilaksanakan. Dalam waktu kurang dari dua jam, rapat pun dipadai. Mereka saling berjabat tangan tanda pengesahan dan melakukan sesi foto. Setelah itu, satu persatu dari mereka keluar ruangan.

"Ahlan wa Sahlan Yahya!! Kaef Hal?" Sapa Ilyas meledak sumringah ketika hanya ia dan Yahya yang tinggal di dalam ruangan. Pemuda itu merentangkan tangannya menyapa dengan bahasa Arab non baku.

"Khaer Alhamdulillah... Ah sepupuku bertambah tampan saja! " Sambut Yahya hangat. Mereka saling berpelukan.

"Mari kita bicara banyak di restaurant bawah! " Ajak Ilyas.

***

Seorang pramusaji memberikan buku menu.

"Pesan apa? " Tanya Yahya.

"Kebetulan aku belum makan pagi. Aku akan memesan menu makanan Aceh. Hitung-hitung sebagai latihan"

"Latihan? " Yahya mengerutkan keningnya.

"Ya... Calon istriku orang Aceh! " Seru Ilyas berbisik. Yahya terenyak.

"Mba, saya mau nasi gurih dendeng dengan kopi gayo" Ucap Ilyas beralih menoleh ke arah pramusaji.

"Bro, pesan apa? "

"Aku mau teh tarik" Sahut Yahya.

Pramusaji mencatat pesanan Yahya dan Ilyas kemudian berlalu.

"Kamu serius mau nikah dengan orang sini? " Tanya Yahya melanjutkan pembicaraan mereka yang tertunda.

"Aku serius. Aku jatuh cinta dengan gadis di Desa tempat ku menjadi relawan. Aku akan mengenalkanmu padanya. Ia gadis sederhana baik hati. Juga begitu anggun. Kau pasti setuju aku menikah dengannya!" Ucap Ilyas mengingat Iqlima. Ilyas dan Yahya adalah saudara sepupu yang sangat akrab. Mereka saling bertukar cerita.

"Benarkah? Kalau begitu Mabruk! Aku ikut senang! Semoga niat baikmu segera terlaksana" Ucap Yahya mendo'akan. Pemuda ini ikut bahagia.

"Tapi untuk merealisasikan pernikahan dengan cepat sepertinya akan sulit "

"Kenapa?"

"Ummi tidak setuju. Ummi ingin aku menikah dengan gadis Solo. Andai Ummi setuju, aku pasti akan langsung menikahinya" Terang Ilyas.

"Lalu apa langkahmu selanjutnya? " Tanya Yahya lagi.

"Aku akan meyakinkan Ummi. Aku akan terus membujuk agar Ummi luluh! "

"Kalau Ummi Wirda tetap tidak setuju bagaimana? "

"Aku akan tetap menikahi Iqlima" Sahut Ilyas mantap. Yahya mengangguk mencoba mengerti. Pembicaraan mereka seketika terhenti ketika pramusaji menghidangkan makanan.

"Kamu masih lama di Aceh? "

"Tidak, 2 hari lagi aku akan kembali ke Jakarta" Sahut Yahya menyeruput teh tariknya.

"Kalau begitu siang ini aku akan mengajakmu ke desa Krueng Lamkareung. Desa ini salah satu desa paling terpencil di Kota ini. Desa dimana aku terlibat menjadi relawan...Kamu harus menyapa anak-anak pintar di sana, rata-rata mereka sudah bisa menghafal 5 juz al-Qur'an!" Terang Ilyas.

"Nama Desa nya terdengar sedikit asing. Apa di desa itu kamu bertemu tambatan hati? "

"Haha... Ya... begitulah... "

***

Yuk Dukung karya ini dengan Like, Komen, Vote dan berikan hadiahnya... Terima kasih 😇😇😇

IG: @alana.alisha

***

Terpopuler

Comments

asirah lina

asirah lina

hadir

2023-12-07

1

Lely Purwanti

Lely Purwanti

salam dari aceh tenggah ,bener meriah di mana kopi gayo berasal..

2023-10-25

1

Zulaikha Maznun

Zulaikha Maznun

salam kenal dari Aceh🙏

2023-10-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab I: Landing di Aceh
2 Bab II: Aksi Kakek
3 Bab III: Terpana
4 Bab 4: Membahas Pernikahan
5 Bab 5: Roman Bahagia
6 Bab 6: Sudut Pandang Yahya
7 Bab 7: Hati Yang Nelangsa
8 Bab 8: Tangis Yang Tertahan
9 Bab 9: Beginikah Surat Cinta Itu?
10 Bab 10: Sudah Sejak Lama!
11 Bab 11: Laa Ilaa Ha Illallah, Muhammad Rasulullah
12 Bab 12: Kobaran Api
13 Bab 13: Pelukan Erat Yahya
14 Bab 14: Terlibat Lebih Jauh
15 Bab 15: Visual Para Tokoh
16 Bab 16: Mengunjungi Iqlima
17 Bab 17: Membuka Luka Lama
18 Bab 18: Tidak Pernah Memimpikannya!
19 Bab 19: Menjadi Lebih Kuat
20 Bab 20 : Misi Baru Layla
21 Bab 21: Pernikahan Yang Telah Di Atur
22 Bab 22: Ini Negeri Syari'ah!!
23 Bab 23: Orasi Yang Berapi-api
24 Bab 24: JANGAN DI BACA, SALAH UPDATE, LANJUT BAB 25!!!
25 Bab 25: Bukan Pernikahan Impian
26 Bab 26: Ciuman Beberapa Detik
27 Bab 27: Hati Yang Memanjatkan Do'a
28 Bab 28: Tidak Bisa Menjanjikan Apapun!
29 Bab 29: Seribu Jurus, Seribu Nyawa
30 Bab 30: Beban Mental, Beban Moral!
31 Bab 31: Umpan Pancingan
32 Bab 32: Yahya Lupa Diri
33 Bab 33: Sampai Bertemu di Jakarta!
34 Bab 34: Gerbang Bustanul Jannah
35 Bab 35: Tugas Iqlima dari Hajjah Aisyah
36 Bab 36: Iqlima Iqlima Iqlima... Oh Iqlima!
37 Bab 37: Body Massage
38 Bab 38: Prahara di Taman Surga
39 Bab 39: Menerobos Pekatnya Malam
40 Bab 40: Tuduhan Yahya
41 Bab 41: Connecting Door
42 Bab 42: Hukuman Mu Di Mulai Dari Sekarang!
43 Bab 43: Yahya Yang Pertama
44 Bab 44: Pintar Berkata-Kata
45 Bab 45: Bintang Kejora
46 Bab 46: Berwajah Malaikat Berhati Iblis!
47 Bab 47: Romansa Picisan
48 Bab 48: Kita Mau Kemana?!
49 Bab 49: Pemilik Taman Surga?
50 Bab 50: Keturunan Ampon Polem Pasha
51 Bab 51: Candu
52 Bab 52: Mengunjungi Asrama Santriwati
53 Bab 53: Hari Patah Hati Se-Bustanul Jannah
54 Bab 54: Bukan Mafia Syari'ah
55 Bab 55: I believe in You! I Trust You!
56 Bab 56: Bukan Pencemburu?
57 Bab 57: Pelakon Drama
58 Bab 58: Perkataan Adalah Do'a
59 Bab 59: Tidak Bisa Mentolerir!
60 Bab 60: Bernilai Mahal
61 Bab 61: Laki-laki Yang Tidak Asing?
62 Bab 62: Wanita Gila!
63 Bab 63: Harga Diri Yang Tercabik
64 Bab 64: Penyesalan dan Kerinduan
65 Bab 65: Tekad, Nekad
66 Bab 66: Aku Marah Tapi Aku Rindu~
67 Bab 67: Status, Formalitas~
68 Bab 68: Mengikuti Jejak
69 Bab 69: Aku Bukan Pelampiasan~
70 Bab 70: Sebuah Keberanian~
71 Bab 71: Senyuman Yang Sangat Manis~
72 Bab 72: Iqlima Satu-Satunya!
73 Bab 73: Yahya Menyerah
74 Bab 74: Pelukan Hangat Seorang Ayah~
75 Bab 75: Sedikit Berkorban (1000 Macam Perasaan) !
76 Bab 76: Malam Pengantin
77 Bab 77: Menemukan Permata Yang Hilang~
78 Bab 78: Jauh Lebih Dalam~
79 Bab 79: Rona Yang Bertambah~
80 Bab 80: Tersimpan Rapat
81 Bab 81: Tidak Pernah Menyesalinya
82 Bab 82: Reaksi Tubuh
83 Bab 83: Lipatan Harapan~
84 Bab 84: Malam Yang Syahdu
85 Bab 85: Peristiwa di Hotel
86 Bab 86: Hingga Menjadi Abu~
87 Bab 87: Perasaan Yang Berkecamuk
88 Bab 88: Ingin Sejenak Menepi~
89 Bab 89: Peperangan, Bidak Catur
90 Bab 90: Takdir Yang Berpihak?
91 Bab 91: Antara Hak dan Batil
92 Bab 92: Pesakitan~
93 Bab 93: Kemenangan Yang Terasa Melambai-Lambai~
94 Bab 94: Pertunjukan Drama
95 Bab 95: Berjalan Lancar Tanpa Hambatan
96 Bab 96: Jauh Daripada Itu, Aku Merindukanmu!
97 Bab 97: Suara Melebihi Ekspektasi
98 Bab 98: Menyesali Setiap Hari, Menangisi Setiap Malam~
99 Bab 99: Pewaris Keluarga
100 Bab 100: Selamanya Akan Begitu
101 Bab 101: Lantai Yang Dingin
102 Bab 102: Sebuah Pengakuan
103 Bab 103: Ekslusif
104 Bab 104: Tumpah Ruah
105 Bab 105: Suara Menggelegar
106 106: Berlian Dan Perak
107 Bab 107: Pesan Dari Pesantren
108 Bab 108: Kekhawatiran Yang Banyak
109 Bab 109: Perasaan Yang Terusik
110 Bab 110: Kau Telah Gagal!
111 Bab 111: Harga Diri Yang Terluka
112 Bab 112: Pesan Yang Masuk
113 Bab 113: Andai Tidak Ada Iqlima Di Antara Kita
114 Bab 114: Seribu Nyawa!
115 Bab 115: Kembali ke Bustanul Jannah?
116 Bab 116: Panggilan Telfon Dari Nilam Bustanul Jannah
117 Bab 117: Raut Wajah Yang Berkali-kali Berubah
118 Bab 118: Wajah yang Begitu Dingin
119 Bab 119: Akan Tetap Memperkarakannya!
120 Bab 120: Perkataan Yahya yang Menyudutkan!
121 Bab 121: Senyuman Sehangat Mentari Pagi~
122 Bab 122: Serasa Mendidih
123 Bab 123: Semoga, kau bisa mengerti....
124 Bab 124: Antara Iqlima dan Layla
125 Bab 125: Aku Tidak Bisa Memaafkan nya!!
126 Bab 126: Cemas~
127 Bab 127: Tajam Menusuk
128 Bab 128: Dalam Kegelapan~
129 Bab 129: Kegaduhan di Tengah Malam
130 Bab 130: Tapi Mengapa?
131 Bab 131: Seperti Sungai Yang Bermuara~
132 Bab 132: Menepiskan Segala Perasaan~
133 Bab 133: Getaran di Dasar Sana
134 Bab 134: Perubahan Sikap~
135 Bab 135: Selamat Tinggal~~~
136 Bab 136: Gurat Cemas
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Bab I: Landing di Aceh
2
Bab II: Aksi Kakek
3
Bab III: Terpana
4
Bab 4: Membahas Pernikahan
5
Bab 5: Roman Bahagia
6
Bab 6: Sudut Pandang Yahya
7
Bab 7: Hati Yang Nelangsa
8
Bab 8: Tangis Yang Tertahan
9
Bab 9: Beginikah Surat Cinta Itu?
10
Bab 10: Sudah Sejak Lama!
11
Bab 11: Laa Ilaa Ha Illallah, Muhammad Rasulullah
12
Bab 12: Kobaran Api
13
Bab 13: Pelukan Erat Yahya
14
Bab 14: Terlibat Lebih Jauh
15
Bab 15: Visual Para Tokoh
16
Bab 16: Mengunjungi Iqlima
17
Bab 17: Membuka Luka Lama
18
Bab 18: Tidak Pernah Memimpikannya!
19
Bab 19: Menjadi Lebih Kuat
20
Bab 20 : Misi Baru Layla
21
Bab 21: Pernikahan Yang Telah Di Atur
22
Bab 22: Ini Negeri Syari'ah!!
23
Bab 23: Orasi Yang Berapi-api
24
Bab 24: JANGAN DI BACA, SALAH UPDATE, LANJUT BAB 25!!!
25
Bab 25: Bukan Pernikahan Impian
26
Bab 26: Ciuman Beberapa Detik
27
Bab 27: Hati Yang Memanjatkan Do'a
28
Bab 28: Tidak Bisa Menjanjikan Apapun!
29
Bab 29: Seribu Jurus, Seribu Nyawa
30
Bab 30: Beban Mental, Beban Moral!
31
Bab 31: Umpan Pancingan
32
Bab 32: Yahya Lupa Diri
33
Bab 33: Sampai Bertemu di Jakarta!
34
Bab 34: Gerbang Bustanul Jannah
35
Bab 35: Tugas Iqlima dari Hajjah Aisyah
36
Bab 36: Iqlima Iqlima Iqlima... Oh Iqlima!
37
Bab 37: Body Massage
38
Bab 38: Prahara di Taman Surga
39
Bab 39: Menerobos Pekatnya Malam
40
Bab 40: Tuduhan Yahya
41
Bab 41: Connecting Door
42
Bab 42: Hukuman Mu Di Mulai Dari Sekarang!
43
Bab 43: Yahya Yang Pertama
44
Bab 44: Pintar Berkata-Kata
45
Bab 45: Bintang Kejora
46
Bab 46: Berwajah Malaikat Berhati Iblis!
47
Bab 47: Romansa Picisan
48
Bab 48: Kita Mau Kemana?!
49
Bab 49: Pemilik Taman Surga?
50
Bab 50: Keturunan Ampon Polem Pasha
51
Bab 51: Candu
52
Bab 52: Mengunjungi Asrama Santriwati
53
Bab 53: Hari Patah Hati Se-Bustanul Jannah
54
Bab 54: Bukan Mafia Syari'ah
55
Bab 55: I believe in You! I Trust You!
56
Bab 56: Bukan Pencemburu?
57
Bab 57: Pelakon Drama
58
Bab 58: Perkataan Adalah Do'a
59
Bab 59: Tidak Bisa Mentolerir!
60
Bab 60: Bernilai Mahal
61
Bab 61: Laki-laki Yang Tidak Asing?
62
Bab 62: Wanita Gila!
63
Bab 63: Harga Diri Yang Tercabik
64
Bab 64: Penyesalan dan Kerinduan
65
Bab 65: Tekad, Nekad
66
Bab 66: Aku Marah Tapi Aku Rindu~
67
Bab 67: Status, Formalitas~
68
Bab 68: Mengikuti Jejak
69
Bab 69: Aku Bukan Pelampiasan~
70
Bab 70: Sebuah Keberanian~
71
Bab 71: Senyuman Yang Sangat Manis~
72
Bab 72: Iqlima Satu-Satunya!
73
Bab 73: Yahya Menyerah
74
Bab 74: Pelukan Hangat Seorang Ayah~
75
Bab 75: Sedikit Berkorban (1000 Macam Perasaan) !
76
Bab 76: Malam Pengantin
77
Bab 77: Menemukan Permata Yang Hilang~
78
Bab 78: Jauh Lebih Dalam~
79
Bab 79: Rona Yang Bertambah~
80
Bab 80: Tersimpan Rapat
81
Bab 81: Tidak Pernah Menyesalinya
82
Bab 82: Reaksi Tubuh
83
Bab 83: Lipatan Harapan~
84
Bab 84: Malam Yang Syahdu
85
Bab 85: Peristiwa di Hotel
86
Bab 86: Hingga Menjadi Abu~
87
Bab 87: Perasaan Yang Berkecamuk
88
Bab 88: Ingin Sejenak Menepi~
89
Bab 89: Peperangan, Bidak Catur
90
Bab 90: Takdir Yang Berpihak?
91
Bab 91: Antara Hak dan Batil
92
Bab 92: Pesakitan~
93
Bab 93: Kemenangan Yang Terasa Melambai-Lambai~
94
Bab 94: Pertunjukan Drama
95
Bab 95: Berjalan Lancar Tanpa Hambatan
96
Bab 96: Jauh Daripada Itu, Aku Merindukanmu!
97
Bab 97: Suara Melebihi Ekspektasi
98
Bab 98: Menyesali Setiap Hari, Menangisi Setiap Malam~
99
Bab 99: Pewaris Keluarga
100
Bab 100: Selamanya Akan Begitu
101
Bab 101: Lantai Yang Dingin
102
Bab 102: Sebuah Pengakuan
103
Bab 103: Ekslusif
104
Bab 104: Tumpah Ruah
105
Bab 105: Suara Menggelegar
106
106: Berlian Dan Perak
107
Bab 107: Pesan Dari Pesantren
108
Bab 108: Kekhawatiran Yang Banyak
109
Bab 109: Perasaan Yang Terusik
110
Bab 110: Kau Telah Gagal!
111
Bab 111: Harga Diri Yang Terluka
112
Bab 112: Pesan Yang Masuk
113
Bab 113: Andai Tidak Ada Iqlima Di Antara Kita
114
Bab 114: Seribu Nyawa!
115
Bab 115: Kembali ke Bustanul Jannah?
116
Bab 116: Panggilan Telfon Dari Nilam Bustanul Jannah
117
Bab 117: Raut Wajah Yang Berkali-kali Berubah
118
Bab 118: Wajah yang Begitu Dingin
119
Bab 119: Akan Tetap Memperkarakannya!
120
Bab 120: Perkataan Yahya yang Menyudutkan!
121
Bab 121: Senyuman Sehangat Mentari Pagi~
122
Bab 122: Serasa Mendidih
123
Bab 123: Semoga, kau bisa mengerti....
124
Bab 124: Antara Iqlima dan Layla
125
Bab 125: Aku Tidak Bisa Memaafkan nya!!
126
Bab 126: Cemas~
127
Bab 127: Tajam Menusuk
128
Bab 128: Dalam Kegelapan~
129
Bab 129: Kegaduhan di Tengah Malam
130
Bab 130: Tapi Mengapa?
131
Bab 131: Seperti Sungai Yang Bermuara~
132
Bab 132: Menepiskan Segala Perasaan~
133
Bab 133: Getaran di Dasar Sana
134
Bab 134: Perubahan Sikap~
135
Bab 135: Selamat Tinggal~~~
136
Bab 136: Gurat Cemas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!