Penjara Suci (Cinta Untuk Iqlima)
Desa Krueng Lamkareung, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar.
Prankkkkk
Pecahan gelas kaca berhamburan di lantai. Seseorang yang sudah sepuh dan berjalan tertatih memecahkannya. Darah segar mengalir dari telapak kaki. Setelah memecahkan gelas, beliau tidak sengaja menginjaknya.
“Astaghfirullah, Kek….!” Pekik Seorang gadis muda berusia 18 tahun. Ia mencampakkan kain yang baru saja diambilnya dari jemuran lalu berjalan tergopoh-gopoh menghampiri.
“Ya Rabb… Iqlima bantu bersihkan ya kek?” Pinta gadis tersebut merasa ngilu. Dengan cekatan ia mengambil kursi roda yang berada di dekat pintu kamar. Tangannya mengamit lengan kakek untuk ia arahkan ke atas kursi roda.
“Tidak usah! Aku bisa sendiri!” Ketus kakek. Perlahan dengan gemetaran beliau duduk di atas kursi roda setelah serpihan kaca yang mengenai kakinya menusuk lebih dalam.
“Ssssss..” Iqlima berdesis ngilu. Kakek menjalankan kursi rodanya sendiri.
Gadis yang diketahui bernama Iqlima melihat beliau dengan tatapan sendu. Lalu bergegas membersihkan serpihan kaca yang berserakan di lantai dan menuju dapur mengambil peralatan P3K.
“Biarkan saja!” Ucap kakek dengan nada tidak ramah.
“Walaupun kakek melarang, Iqlima akan tetap membersihkannya.. Kalau tidak luka ini bisa infeksi” Sahut Iqlima bersikeras.
“Biarkan saja. Biarkan membusuk sekalian! Luka ini tidak seberapa dibanding rasa sakit dihatiku!” Ucap kakek memalingkan wajah.
“Apa kakek masih marah?” Tanya Iqlima pelan. Tak terasa matanya basah.
“Hhhh bagaimana kakek tidak marah? Berkali-kali orang datang melamar tapi kamu tolak! Terakhir Hilman, Apa kurangnya si Hilman itu? Dia anak kepala desa, punya usaha kilang padi! Hidup dengannya kamu tidak akan merasa kurang!” Hardik kakek dengan suara tinggi. Iqlima diam menunduk.
“Coba Kamu lihat si Maryam… Teman yang usianya sebaya denganmu itu bahkan sekarang sudah memiliki anak! Dia sudah bahagia menikah dengan Helmi, pemuda yang dulunya juga pernah melamarmu! Hhhh Maryam itu anak yang patuh, ia tidak membangkang sepertimu! Huk Huk Huk….” Ucap kakek terbatuk. Tenggorokkannya terasa kering karena terlalu banyak berbicara. Iqlima menyodorkan gelas berisi air mineral yang berada di atas nakas tak jauh dari mereka.
Andai kakek tau kalau Maryam sangat menderita karena bang Helmi suka bermain buntut (judi angka) dan tengah dikejar-kejar hutang. Ucap Batin Iqlima.
“Bang Hilman itu pe…mabuk kek, Suka main perem…puan” Ucap Iqlima hati-hati.
“Semua itu bisa berubah… Kamu jangan tinggi hati! Kita ini orang ga punya. Orangtua-mu meninggal tanpa meninggalkan apapun untukmu! Sedang kakek sudah tua, kalau tiba-tiba kakek tiada.. kamu bagaimana? Siapa yang akan mengurusmu Iqlima?” Sambar kakek. Suara beliau berubah serak. Mata yang sudah hampir putih itu berkilat-kilat. Iqlima terenyak.
“Apa yang kamu harapkan dari Ilyas? Pemuda Pulau Jawa itu hanya merantau sebentar ke desa kita... Dia akan kembali ke kampung halamannya. Jadi tidak mungkin menikahimu! Apalagi kamu miskin dan yatim piatu!”
“Tapi Ustadz Ilyas berjanji akan menikahi Iqlima kek..” Lirih Iqlima.
“Kapan?! Mau sampai kapan kamu menunggu? Huk Huk Huk!” Kakek kembali terbatuk.
"Ilyas hanya seorang perantau, asal usulnya juga tidak jelas! Ia tidak lebih baik dari laki-laki yang Kamu tolak! Jangan mau ditipu oleh janji laki-laki! "
Iqlima menunduk dalam. Ia meremas ujung kerudungnya. Kakek benar. Kepastian dari Ilyas untuk menikahi nya masih belum terlalu jelas.
Sebenarnya Iqlima juga belum mencintai Ilyas, tapi daripada ia menikah dengan orang seperti Hilman atau Helmi, Iqlima berpikir akan lebih baik jika ia menikah dengan orang yang sudah jelas kesholehan-nya. Selama setahun ini, Iqlima banyak melihat hal positif dari diri Ilyas.
Iqlima merasa betapa ia hanya menjadi beban kakeknya saja. Sejak orangtua nya meninggal karena kecelakaan bus antar daerah delapan tahun lalu, Iqlima hanya diasuh oleh sang kakek. Karena kemiskinan, kerabat dan sanak saudara lainnya juga menjauh dari mereka.
Iqlima mencoba untuk mengerti apa yang kakeknya khawatirkan. Kakek hanya ingin agar ia segera menikah memiliki kehidupan yang layak. Memiliki keluarga yang utuh dan berbahagia. Begitulah yang selalu kakeknya gaungkan sejak 2 tahun lalu. Padahal umur Iqlima masih begitu muda. Iqlima sendiri sebenarnya masih belum ingin menikah. Untuk saat ini, Iqlima hanya ingin bersekolah tinggi dan meraih cita-cita. Ia ingin menjadi wanita karir yang mandiri. Ia tidak ingin di pandang rendah oleh siapapun.
***
Bandara Sultan Iskandar Muda
Seorang pemuda turun dari pesawat dengan tergesa. Ia melirik ke arah jarum jam yang ada ditangannya. Pukul 07.05 Wib. Ia harus bergegas, sebab tepat pukul 08.00 ia sudah harus menghadiri rapat dengan para rekan bisnisnya. Barang-barang yang ia perlukan sudah dibawa oleh asisten. Pemuda ini mengambil handphone dari saku celana dan meng-aktifkannya. Beberapa panggilan tak terjawab tertera di sana.
“Assalamu’alaikum Bah!” Sapa nya setelah menelfon ulang. Ternyata dari tadi ayahnya yang menelpon.
“…….”
“Alhamdulillah, Ini Yahya baru saja landing di Aceh!”
“……..”
“Iya, Alhamdulillah semuanya aman!”
“……..”
“Oh tentu... Sebentar lagi Yahya akan bertemu dengan Ilyas!”
“…….”
“Baik. Terima kasih, bah! Wa’alaikumsalam” Ucap seorang pemuda yang diketahui bernama Yahya menutup handphone-nya. Sebuah mobil sudah menunggu di depan pintu keluar.
“Arahkan mobilnya ke hotel Grand Nanggroe! Tolong agak dipercepat ya pak! Saya ada rapat penting” Titah Yahya.
“Siap pak!”
Mobil mereka melaju membelah jalan raya. Dari Bandara Sultan Iskandar Muda menuju hotel Grand Nanggroe kurang lebih memakan waktu setengah jam. Seperti biasa, dipertemuan bisnisnya Yahya tidak ingin terlambat.
Tap Tap Tap
Suara sol sepatu pantofel kulit terdengar. Yahya memasuki Function Room. Suasana ruang rapat yang khas terlihat. Yahya menatap santai satu persatu orang yang ada di dalam ruangan. Lalu ia menyapa mereka dengan hangat hingga matanya menangkap sesosok orang yang sudah sangat dikenalnya. Mereka saling tersenyum lebar. Setelah berbasa basi beberapa menit, tepat pukul 08.00 teng percakapan serius terdengar.
"Pak Ilyas sudah membeli 10 hektar tanah untuk diwaqafkan menjadi sebuah yayasan. Yayasan ini nantinya akan menaungi sekolah yang berbasis Islam Terpadu juga Lembaga amal" Seorang sekretaris membuka topik pembicaraan.
"Seluruh bahan baku bangunan akan di supply oleh PT. Harapan Sejahtera milik Pak Haji Zakaria. Perusahaan ini akan mengkoordinir pembangunan gedung dari awal hingga selesai. Pak Yahya sebagai direktur umum akan menanganinya secara langsung!" Sekretaris menjelaskan lebih lanjut.Haji Zakaria yang dimaksudkan adalah ayah dari Yahya. Parapetinggi yang hadir mengangguk-anggukkan kepala.
Para manager membaca Berkas-berkas yang berada di atas meja secara kilat hingga mereka menemui titik kesepakatan yaitu kapan tepatnya pembangunan akan dilaksanakan. Dalam waktu kurang dari dua jam, rapat pun dipadai. Mereka saling berjabat tangan tanda pengesahan dan melakukan sesi foto. Setelah itu, satu persatu dari mereka keluar ruangan.
"Ahlan wa Sahlan Yahya!! Kaef Hal?" Sapa Ilyas meledak sumringah ketika hanya ia dan Yahya yang tinggal di dalam ruangan. Pemuda itu merentangkan tangannya menyapa dengan bahasa Arab non baku.
"Khaer Alhamdulillah... Ah sepupuku bertambah tampan saja! " Sambut Yahya hangat. Mereka saling berpelukan.
"Mari kita bicara banyak di restaurant bawah! " Ajak Ilyas.
***
Seorang pramusaji memberikan buku menu.
"Pesan apa? " Tanya Yahya.
"Kebetulan aku belum makan pagi. Aku akan memesan menu makanan Aceh. Hitung-hitung sebagai latihan"
"Latihan? " Yahya mengerutkan keningnya.
"Ya... Calon istriku orang Aceh! " Seru Ilyas berbisik. Yahya terenyak.
"Mba, saya mau nasi gurih dendeng dengan kopi gayo" Ucap Ilyas beralih menoleh ke arah pramusaji.
"Bro, pesan apa? "
"Aku mau teh tarik" Sahut Yahya.
Pramusaji mencatat pesanan Yahya dan Ilyas kemudian berlalu.
"Kamu serius mau nikah dengan orang sini? " Tanya Yahya melanjutkan pembicaraan mereka yang tertunda.
"Aku serius. Aku jatuh cinta dengan gadis di Desa tempat ku menjadi relawan. Aku akan mengenalkanmu padanya. Ia gadis sederhana baik hati. Juga begitu anggun. Kau pasti setuju aku menikah dengannya!" Ucap Ilyas mengingat Iqlima. Ilyas dan Yahya adalah saudara sepupu yang sangat akrab. Mereka saling bertukar cerita.
"Benarkah? Kalau begitu Mabruk! Aku ikut senang! Semoga niat baikmu segera terlaksana" Ucap Yahya mendo'akan. Pemuda ini ikut bahagia.
"Tapi untuk merealisasikan pernikahan dengan cepat sepertinya akan sulit "
"Kenapa?"
"Ummi tidak setuju. Ummi ingin aku menikah dengan gadis Solo. Andai Ummi setuju, aku pasti akan langsung menikahinya" Terang Ilyas.
"Lalu apa langkahmu selanjutnya? " Tanya Yahya lagi.
"Aku akan meyakinkan Ummi. Aku akan terus membujuk agar Ummi luluh! "
"Kalau Ummi Wirda tetap tidak setuju bagaimana? "
"Aku akan tetap menikahi Iqlima" Sahut Ilyas mantap. Yahya mengangguk mencoba mengerti. Pembicaraan mereka seketika terhenti ketika pramusaji menghidangkan makanan.
"Kamu masih lama di Aceh? "
"Tidak, 2 hari lagi aku akan kembali ke Jakarta" Sahut Yahya menyeruput teh tariknya.
"Kalau begitu siang ini aku akan mengajakmu ke desa Krueng Lamkareung. Desa ini salah satu desa paling terpencil di Kota ini. Desa dimana aku terlibat menjadi relawan...Kamu harus menyapa anak-anak pintar di sana, rata-rata mereka sudah bisa menghafal 5 juz al-Qur'an!" Terang Ilyas.
"Nama Desa nya terdengar sedikit asing. Apa di desa itu kamu bertemu tambatan hati? "
"Haha... Ya... begitulah... "
***
Yuk Dukung karya ini dengan Like, Komen, Vote dan berikan hadiahnya... Terima kasih 😇😇😇
IG: @alana.alisha
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
asirah lina
hadir
2023-12-07
1
Lely Purwanti
salam dari aceh tenggah ,bener meriah di mana kopi gayo berasal..
2023-10-25
1
Zulaikha Maznun
salam kenal dari Aceh🙏
2023-10-24
1