Yahya keluar dari rumah kepala desa setelah makan dan berpamitan. Ia mengendarai sepeda motor di tengah gelapnya malam. Lampu penerangan jalan yang hanya ada satu dalam radius 300 meter menyebabkan jalanan tampak gelap gulita. Hanya bulan di atas sana atau lampu senter yang ditenteng oleh para warga masih berkeliaran dengan setia menemani.
Penjagaan dari beberapa pemuda dengan membentuk pos jaga di rangkang-rangkang yang terdapat di banyak sudut menyebabkan Desa Krueng Lam Kareung ini terbilang cukup aman.
Dari atas motor netra Yahya seperti menangkap sosok Ilyas. Ia menepikan motor tersebut dan menyipitkan mata untuk memastikan. Sepupunya itu berjalan di belakang seorang gadis seperti mengiringinya.
“Yaaas… Ilyas!” Panggil Yahya. Pemuda ini membuka helm nya. Ilyas dan gadis tersebut menoleh. Yahya melihat wajah yang tidak asing.
Deg.
Netra Yahya dan Iqlima saling bertemu. Ia dan gadis yang berjalan bersama Ilyas itu baru saja siang tadi bertemu. Iqlima sedikit terkejut, ia tidak menyangka bisa melihat kembali orang yang telah menolongnya dan kakek. Refleks, ia menyentuh kartu nama yang berada dalam kantong roknya.
“Hemm… Gimana tadi? Sorry, aku temenin Iqlima pulang!” Kalimat dari Ilyas membuyarkan tatapan saling pandang mereka.
“It’s okay… Aku udah pamit sama pak Kecik” Iqlima tersenyum mendengar logat bicara Yahya.
“Pak Keu.. Chik maksudnya..” Celoteh Iqlima memperbaiki. Yahya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“O iya, Kenalin. ini Iqlima. Calon istriku! Iqlima, ini sepupuku Yahya!” Ilyas dengan bangga memperkenalkan calon istrinya.
"Masya Allah... Baarakallah... Semoga niat baik kalian diberkahi oleh Allah SWT" Ucap Yahya mendo'akan.
"Aamiin yaa Rabbal 'alamiin" Ilyas mengaminkan.
"Iqlima, jangan lupa besok kita ke pantai Lampu'uk bersama teman relawan lain! " Lanjut Ilyas mengingatkan. Iqlima mengangguk lalu pamit untuk masuk ke dalam rumahnya yang memang terletak tidak jauh dari bahu jalan. Sebelum benar-benar masuk, ekor matanya sempat melirik Yahya yang membawa Ilyas hilang menembus pekatnya malam.
***
"Cukup Yas! Ummi katakan cukup! Ummi tidak akan menyetujuimu menikahi wanita yang tidak jelas asal usulnya itu! " Ucap Wirda tegas melalui sambungan telepon. Ibu dari Ilyas itu tetap kekeh tidak menyetujui niat baik anaknya. Hati Ilyas mencelos. Sudah beberapa bulan terakhir ia terus mencoba untuk membujuk ibunya, namun hasilnya masih tetap saja nihil.
"Mi, Iqlima itu gadis shaliha!" Lirih Ilyas hampir putus asa. Kalimat yang selalu ia ulang-ulang setiap kali membicarakan Iqlima.
"Shaliha saja tidak cukup, Ilyas! Kalau kamu kembali ke Jakarta hanya untuk membujuk Ummi merestui pernikahan kalian, lebih baik kamu tidak usah pulang! Ummi hanya mau kamu menikahi Aninditha Gayatri Rumi!" Tukas Wirda tanpa bisa dibantah. Wirda menutup pembicaraan sepihak. Ilyas hanya bisa menghela nafas dan memejamkan matanya. Betapa Wirda menepis segenap rasa rindu yang sudah setahun ini membuncah karena tidak bertemu Ilyas hanya karena bahasan pernikahan. Tiket pesawat yang sudah Ilyas pesan untuk kembali ke Jakarta terlepas dari genggaman dan jatuh ke lantai begitu saja.
Yahya yang sedari tadi mendengar percakapan antara ibu dan anak itu hanya bisa menaruh simpati. Ia menepuk-nepuk pundak lebar Ilyas mencoba membesarkan hatinya.
“Kau telah mendengar semuanya! Bro, aku harus bagaimana?” Tanya Ilyas sendu.
“Apa kau benar-benar mencintainya?” Yahya balik bertanya seduktif. Ilyas mengangguk.
“Kau tau persis bagaimana aku! Aku tidak akan memutuskan sesuatu kalau tidak benar-benar yakin. Sekarang aku harus melakukan apa? Apa aku nekad saja menikahi Iqlima tanpa restu Ummi? Bukankah dalam islam seorang laki-laki tidak membutuhkan wali untuk menikah?” Ucap Ilyas mengusap kasar wajahnya. Yahya menggeleng cepat.
“Surga mu berada di bawah telapak kaki Ummi. Jangan kamu buang surga itu hanya demi seorang wanita” Sahut Yahya menohok. Ilyas terenyak. Pemuda ini menoleh. Jawaban singkat Yahya adalah bukan jenis jawaban yang ingin ia dengar untuk saat ini, Ilyas butuh dukungan. Namun bagaimanapun ucapan Yahya memang benar adanya.
“Berbulan-bulan ini aku merindukan gadis itu. Ia memang berada didekatku, kami sering terlibat dalam kegiatan yang sama walau sering kali tanpa kata. Tapi aku tetap saja merindukannya. Salahku juga yang tidak bisa mengontrol perasaan. Hhhh Tidak ada obat dari sebuah kerinduan selain bertemu. Dan sekarang aku membutuhkan obat itu! Aku ingin sekali menikahinya!” Curhat Ilyas. Mata nya berubah merah. Yahya tercengang. Ilyas bukanlah tipe laki-laki yang mudah luluh dengan wanita. Jika sepupunya sudah sampai di tahap ini, berarti gadis tersebut memanglah istimewa.
"Apa kau mau mendengar sebuah saran? " Ilyas mengangguk.
“Saranku, coba lakukanlah upaya terakhir. Usaha semaksimal mungkin. Pulang lah, bicarakan kembali pada Ummi! Siapa tau dengan menatap dan bicara dari hati ke hati beliau bisa luluh. Apalagi Ummi sangat menyayangi mu. Terangkan siapa sebenarnya wanita yang kau pilih itu, apa keunggulannya dan berikan argumen yang kuat!” Ucap Yahya pada akhirnya. Ilyas berpikir sejenak lalu mengangguk-angguk. Saran dari sepupu sekaligus sahabatnya tersebut adalah yang paling realistis untuk saat ini walau perkataan Ummi di telepon tadi sedikit banyak membuat hatinya teriris.
“Aku butuh bantuanmu untuk merealisasikan ini semua” Seketika Ilyas melebarkan senyum nya penuh makna.
“Ah Sudah kuduga! Jangan suruh aku untuk menetap di sini selama kau pulang ke Jakarta!” Yahya memicingkan matanya.
“Please.. Hanya seminggu saja! Aku akan menghandle pekerjaanmu selama itu! Nanti aku juga akan memesankan tiket baru untukmu!” Yahya hanya bisa memijat pelipis mendengar permohonan Ilyas. Kembali ke Jakarta yang seharusnya dua hari lagi terpaksa ia tunda.
***
Iqlima membuka pintu kamar kakeknya. Ia bernafas lega ketika mengetahui kakek telah tidur. Baru saja ia akan menutup kembali pintu kamar tersebut namun suara panggilan kakek terdengar memenuhi telinga.
“Mengapa lama sekali? Darimana saja kamu?!” Tanya kakek bangkit.
“Tadi rumah pak Keuchik penuh tamu kek, Iqlima tidak sengaja bertemu Ustadz Ilyas di jalan. Kami mengobrol sebentar” Ucap Iqlima berkata jujur.
“Kamu itu perempuan. Jangan cepat luluh dengan sembarang laki-laki. Huk Huk Huk!”
“Kek, Iqlima ingin minta restu. Iqlima mau menikah dengan Ustadz Ilyas. Apa boleh jika Iqlima meminta untuk dinikahkan dengan laki-laki pilihan Iqlima?” Tanya Iqlima tiba-tiba. Ia menggenggam erat tangan kakek dengan bersimpuh di kaki tempat tidur. Matanya berair.
“Hhhhh Keras kepala mu itu persis Cut Afla, Ibumu. Kalau saja ibu mu yang berasal dari kalangan bangsawan Aceh itu tidak menikah dengan Taufiq, Ayahmu. Tentu Ia tidak akan mengalami penderitaan. Anakku membawa banyak penderitaan padanya” Kenang Kakek mengelus kepala Iqlima. Kesadaran beliau memang kadang hilang kadang muncul.
“Cut Afla itu orang berada, ayahnya kaya raya. Ia gadis jelita yang cerdas. Sayang sekali malah jatuh cinta pada anakku sampai rela di usir dari rumah. Andai ayahmu memiliki banyak uang, tentu tidak akan di pandang sebelah mata oleh keluarga ibumu. Andai aku juga berasal dari kalangan Teuku, tentu kata Cut sudah tersemat di depan nama mu menjadi Cut Iqlima. Ah walaupun pada ujungnya... keluarga ibu mu itu juga bangkrut. Aku yakin mereka pasti terkena karma! Hahahaha.. Huk Huk Hukum...” Lanjut kakek tertawa lalu terbatuk. Ada perasaan tidak nyaman di hati Iqlima ketika kakek membicarakan tentang keluarga ibu maupun kekurangan Ayah.
“Kakek yang sudah tua renta dan sebentar lagi akan masuk ke dalam kubur ini hanya tidak ingin penderitaan ibumu terulang padamu nak.. Kakek tidak ingin kau menikah dengan orang yang tidak mampu. Kakek ingin kamu hidup makmur dan layak… Huk Huk Huk…” Kakek menjeda kalimatnya.
“Hingga kau tidak perlu bersusah payah merajut tas sampai matamu sakit seperti yang kau lakukan sekarang. Ilyas itu hanya seorang perantau. Ia hanya teungku biasa.. Kakek tidak yakin ia akan bisa membuatmu bahagia. Kau akan terus menerus di pandang rendah dan akan menjadi sampah di masyarakat ini” Mata yang sudah mengerut itu berkaca-kaca. Mendengar apa yang kakeknya ucapkan membuat air mata Iqlima berhamburan. Kakek nya itu seperti mengalami rasa trauma akan status sosial mereka.
“Kakek…” Iqlima mengusap air mata nya.
“Iqlima akan sekolah setinggi mungkin. Iqlima akan meraih cita-cita. Entah ustadz Ilyas itu berasal dari keluarga berada atau tidak. Entah apa status sosial yang saat ini beliau sandang, Iqlima tidak memandang itu. Yang Iqlima tau beliau itu shalih, beliau sudah mau memperjuangkan Iqlima. Menerima cucu kakek yang penuh kekurangan ini. Itu sudah lebih dari cukup. Lagipula, Iqlima tidak ingin menggantungkan rejeki pada makhluk, rejeki Allah itu Maha Luas. Nantinya Iqlima juga ingin jadi wanita mandiri yang tidak ketergantungan pada laki-laki”
“Kek,, kakek mau kan merestui Iqlima dan Ustadz Ilyas?” Mata Iqlima dan kakek bertemu. Kakek diam tidak menjawab. Sampai pada akhirnya beliau menganggukkan kepala. Iqlima berhasil meluluhkan hatinya.
“Rabbii…..” Gadis itu menangis haru. Ia menghambur memeluk kakek. Roman-roman bahagia seperti akan menghampirinya.
***
Iqlima masuk ke dalam kamar. Gadis ini berwudhu’ dan melakukan shalat dua raka’at guna mengucapkan rasa syukur. Ia menangis tersedu-sedu di hamparan sajadah. Memohon ampunan dan ridha Allah swt. Mata lentik itu berubah sembab. Hidungnya merah berair. Ia mengakhiri ritual nya dengan membaca hamdallah. Iqlima hendak tidur, namun tangan nya tidak sengaja memegang sebuah kartu yang sejak tadi siang masih saja berada di dalam roknya. Iqlima mengambil dan memandang sekilas kartu nama tersebut.
Yahya El Fawwas Zakaria.
Entah mengapa ia merasa ada sedikit getaran ketika menyebutkan nama panjang pemuda itu. Namun wanita ini segera menepisnya. Mungkin getaran itu hanya berasal dari rasa Terima kasih karena telah menolongnya dan kakek semata. Iqlima tau bahwa sebentar lagi ia akan menjadi istri dari Ilyas. Iqlima sudah tidak boleh membawa laki-laki manapun ke dalam hati apapun alasannya.
Gadis ini pun langsung merobek kartu nama tersebut menjadi dua. Lalu ia meletakkannya ke sembarang tempat di laci meja.
***
Yuk dukung terus karya Alana dengan cara LIKE KOMEN VOTE, berikan HADIAHnya. Terima Kasih banyak ^^ Jazakumullah Khairal Jaza'. Semoga Allah memudahkan semua urusan kita ❤
IG @alana.alisha
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Siti Rihanah
semangat lanjut
2023-10-25
0
Mey-mey89
semangat thorr
2022-11-24
1
Mey-mey89
semangat thorr. .
2022-11-24
1