Bab II: Aksi Kakek

Butir-butir padi yang menguning masak telah dipanen. Para petani di desa Lamtamot menyerahkannya ke mobil Pick Up setelah diletakkan ke dalam eumpang goni untuk dibawa ke pabrik kilang milik Hilman. Padi-padi itu akan diolah menjadi produk pangan yang siap untuk di makan.

Hilman duduk di sebuah rangkang atau pondok kecil yang ditopang oleh 4 buah tiang yang berada di tengah ladang mengamati para bawahannya bekerja. Ia duduk bersila bersama bapak-bapak petinggi desa menikmati secangkir kopi hitam dan menghisap rokok kretek.

Sebagian dari mereka menghisap bakong hijau, tembakau khas tanah Rencong yang harumnya hampir menyerupai tanaman ganja. Bakong hijau ini legal diperjual-belikan karena tidak memiliki efek samping seperti ganja. Segelintir dari kalangan bapak-bapak gemar menghisap jenis tembakau ini. Asap pun mengepul-ngepul menyebarkan bau khas di sekitar.

“Alhamdulillah, banyak sekali perubahan ke arah yang baik sejak para relawan itu menetap di sini. Apalagi mereka bekerja sama melibatkan teungku-teungku gampong membangun desa ini” Ucap seorang Tuha Peut ( Tuha Peut : Sebutan untuk Legislatif Desa khusus wilayah Aceh)

Hilman memainkan linting tembakaunya. Mendengar dengan perasaan tidak senang. Jujur saja, Hilman tidak suka dengan para relawan yang ada di desa mereka. Selain memonopoli Meunasah (Langgar), mereka juga membuat pesonanya di mata para gadis menurun drastis. Ilyas terutama. Kehadiran pemuda itu banyak menyita perhatian banyak orang.

"Iya, Alhamdulillah... Program-program dari Pemerintah seperti yang ada saat ini merupakan sebuah berkah bagi desa kita. Insya Allah untuk kemajuan generasi mendatang. Apalagi relawan seperti Teungku Ilyas, beliau benar-benar tampak tulus dalam menjalankan tugas" Sahut Pak Keuchik (Keuchik : Sebutan untuk Kepala Desa).

"Benar Pak! Apalagi berkat jasa Teungku Ilyas, Seorang wiraswasta kaya raya yang tidak mau disebutkan namanya membeli 10 hektar tanah di desa ini untuk membangun Yayasan. Saya sungguh terharu! " Ucap Bapak lainnya. Mereka semua mengangguk-anggukkan kepala. Setuju. Kecuali Hilman. Mendengarnya, hati pemuda berperawakan mirip orang Bangladesh itu bertambah dongkol. Ia langsung membuang rokok kretek nya padahal masih tersisa setengah.

Percakapan mereka terhenti ketika sebuah mobil dari kejauhan mendekat memasuki gerbang desa. Jalan yang bergelombang karena pengaruh wilayah perbukitan menyebabkan lajunya terlihat timbul tenggelam. Setelah semakin mendekat, pengemudi menghentikan mobil tersebut di badan jalan.

"Assalamu'alaikum Rakan-Rakan!! " Sapa orang yang tak lain adalah Ilyas dengan ramah setelah menurunkan kaca mobil. Ia mengangkat kedua tangannya memberikan salam hormat. Rakan-rakan adalah sapaan berbahasa Aceh yang berarti teman-teman namun dalam artian yang lebih akrab dan terkesan hangat. Ilyas benar-benar melakoni perannya dengan sangat baik.

"Wa'alaaikumsalam Teungku Ilyas! " Jawab mereka serempak. Ilyas mengajak Yahya turun dari mobil yang ditumpanginya.

"Begini pak Keuchik, pak Tuha Peut dan bapak-bapak sekalian... Saya minta izin membawa seorang kerabat saya untuk menginap di desa ini. Yahya nama nya"

Yahya ikut memberikan salam.

"Beliau ingin melihat perkembangan anak-anak dalam belajar pengetahuan agama. Saudara Yahya adalah orang yang akan terlibat dalam pembangunan yayasan nantinya" Terang Ilyas meminta izin. Memasukkan orang asing ke desa Lamtamot ini memang sedikit sulit. Mereka sangat waspada terhadap orang luar.

Ilyas sendiri menyembunyikan indentitas nya sebagai pimpinan pondok tinggi di Jakarta dan memiliki beberapa usaha di tanah Jawa dengan menjadi relawan biasa. Awalnya ia hanya ingin menambah pengetahuan dan pengalaman selama 3 bulan dengan mengikuti program pemerintah menjadi relawan. Namun lama-lama ia semakin senang menggelutinya. Hingga tidak terasa sudah setahun Ilyas menetap di desa ini.

Pak Keuchik dan yang lainnya langsung menyambut baik kehadiran Yahya. Kepercayaan penuh dan rasa hormat pada Ilyas menyebabkan mereka tidak banyak bertanya dan langsung memberi izin.

"Nanti malam, mampir ke rumah saya! Tamu harus kita jamu! Peumulia Jamee Adat Geutanyoe! Hahaha " Ucap Pak Keuchik menjabat hangat tangan Yahya.

***

"Hebat banget.. Ternyata kamu anak emas di desa ini! Mereka memperlakukanmu dengan begitu baik! Wuiii jabatannya Teungku" Seloroh Yahya ketika mereka sudah kembali menaiki mobil.

"Haha.. Teungku itu sama seperti Guru atau Ustadz... tapi Warga di sini memang baik. Mereka sebenarnya juga menarik. Kamu akan penasaran dan semakin penasaran jika mau sedikit saja tinggal di sini selama beberapa waktu! Siapa tau kamu juga akan menemukan jodohmu di sini!"

"Apa kamu sedang membujuk ku untuk menjadi relawan juga? Atau hanya sekedar basa basi?" Yahya menaikkan sebelah sebelah alis nya ke atas.

"Haha aku meminta mu dengan cukup diplomatis kan? "

"Sayangnya untuk kali ini aku ga bisa, Yas! Ada Project di Singapore yang harus aku selesaikan. Aku juga ga minat nikah muda! Aku akan menikah di usia 30-an!" Sahut Yahya. Ilyas terenyak. Ia lupa bahwa karakter dan Hobi mereka memang berbeda 180 derajat. Lelaki introvert itu tidak terlalu suka terlibat dengan banyak orang. Yahya juga lebih memilih kegiatan indoor daripada harus bertemu orang-orang kecuali karena keperluan bisnis.

"Usia 30 an? Hahahaha... Ah, Yang benar saja! Jangan sampai aku melayangkan bogem mentah padamu hanya karena ternyata kau yang lebih dulu menikah daripada aku! " Ilyas menggelengkan kepala merasa tidak yakin akan komitmen yang satu itu.

"Haha Asemmm" Yahya tersenyum sekilas menanggapi perkataan Ilyas. Mobil yang membawa mereka akhirnya memasuki halaman Barak Relawan.

"Ssssttt Ssssttt Ustadz Ilyas pulang.... Ustadz Ilyaass pulang" Bisik kawanan remaja perempuan yang melihat mobil relawan berhenti. Mereka tengah berada dalam perjalanan menuju meunasah untuk shalat Zhuhur berjama'ah. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk melihat Ilyas yang biasa menjadi Imam di sana. Mereka juga sengaja datang lebih cepat untuk menarik perhatian.

Ilyas dan Yahya turun dari mobil berbarengan.

"Woaaa Masya Allah... Ganteng sekali... " Pekik salah satu dari mereka dari kejauhan.

"Hey, liat... itu siapaa...! " Tunjuk yang lainnya ke arah Yahya.

"Hmh... mungkin Relawan baru! Ya Allah... Ga kalah ganteng! " Pekik salah seorang lainnya menutup mulut girang.

***

Kaaaaaf Haa Yaa 'Aiin Shaad~ Dzikru Rahmati Rabbika 'Abdahu Zakaria~ Iqlima mengalunkan bacaan alquran dengan irama tartil. Suara merdunya terdengar indah.

Tok Tok Tok

Tok Tok Tok

Baru dua ayat dari Surah Maryam yang Iqlima baca namun suara gaduh ketukan pintu sudah terdengar. Iqlima urung melanjutkan bacaannya. Masih berbalut mukena usai menunaikan shalat zhuhur, ia bergegas membuka pintu.

"Mar... yam? "

"Hah Hah Hah..." Maryam menggendong anaknya yang berusia 5 bulan terengah-engah.

"Kamu kenapa? "

"Kakek Yakob... Hah Hah Hah.. "

"Kakekku kenapa?! "

"Iqlima... Hah Hah... Iqlima... cepat kamu ke rumah Ampon Din! Kakek mu berbuat ulah di sana... Hah Hah!! " Sahut Maryam panik. Sepertinya wanita itu sengaja berlari ke rumah Iqlima hanya untuk menyampaikan berita ini.

"Apa?! "

"Cepat Ima! " Titah Maryam.

"Ya Rabb.... " Iqlima langsung melesat ke dalam mengganti mukenanya dengan kerudung.

"Mar, tunggu aku di sini! Aku jemput kakek dulu! Kalau mau minum, ambil saja di dalam!" Ucap Iqlima tak kalah panik. Ia tau Maryam yang memiliki penyakit asma tak mungkin sanggup berlari lagi. Maryam mengangguk. Wanita yang sudah memiliki satu anak ini memilih duduk di teras.

Iqlima setengah berlari menuju rumah Ampon Din. Rumah salah seorang warga desa Lamtamot. Ayah dari Hilman.

"Tolong Ampon Din sudi kembali melamar Iqlima untuk Teuku Hilman...." Terlihat kakek berlutut di tanah memohon. Beliau menangkupkan kedua tangannya. Di sini banyak pasang mata melihat ulah beliau yang bukan sekali dua kali sudah melakukan hal ini.

"Pak Yakob... Iqlima sudah menolak nya... Kami tidak bisa melamarnya kembali.. Bagus juga cucu bapak menolak! Berarti dia sadar diri! Dari awal sebenarnya saya memang tidak setuju Hilman menikah dengan Iqlima... Maaf maaf saja... Kami lebih setuju dengan Pocut Meurah, gadis yang sudah jelas marwah kedudukannya! Iqlima itu siapa... Cih" Sahut Ampon tersenyum geli, mengejek.

"Tolonglah Ampon... Cucu saya ini banyak keistimewaan nya.... Iqlima pintar masak, dia pintar anak berbakti... " Kakek masih memohon. Tadi dengan berjalan terseok-seok beliau nekad berjalan ke rumah Ampon Din.

"Kembalilah Pak Yakob.. pergilah.. Bapak hanya Membuang-buang waktu saja!! " Ketus Ampon Din.

"Kaakeeeekkk!!!! " Pekik Iqlima dari jarak 7 meter. Ia langsung menghambur menarik kakeknya untuk berdiri. Kini semua mata tertuju padanya.

"Lepas Iqlima!!! " Titah Kakek.

"Ayo pulang kek!! Ayoo pulang... Hiks hiks... " Air mata Iqlima mulai jatuh berhamburan.

Sayang sekali si Iqlima ya... Punya kakek begitu... Salah sendiri... dia juga angkuh... Kemarin dilamar ga mau... Wanita sampah aja... Dih... Sok suci... Terdengar suara sumbang berbisik-bisik.

"Lepas... Kakek tengah memohon agar Hilman mau melamarmu kembali! Aneuk Bangai!!! Hardik Kakek. (Aneuk Bangai : Anak Dungu). Orang-orang yang melihat menatap dengan pandangan tak kalah mengejek lagi merendahkan.

"Ya Rabb... Kalau begini kakek mempermalukan Iqlima. Ima maluuu kek... hiks hiks... Ima malu... Ayo kita pulang.... Ima mohooon" Ucap Iqlima mengiba. Sungguh ia tidak tau harus meletakkan wajahnya kemana. Berulang kali kakek mempermalukannya di hadapan umum. Mengemis agar ada laki-laki yang berkenan menikahinya. Seolah-olah ia adalah barang yang tidak laku.

***

Note:

🌸Teuku dan Teungku berbeda maknanya ya!

🌸Teungku\= Ustadz

🌸Teuku/ Ampon\= Gelar bangsawan Aceh.

Teuku adalah gelar bangsawan untuk kaum pria dari suku Aceh. Teuku adalah seorang hulubalang atau ulèëbalang dalam bahasa Acehnya. Sama seperti tradisi budaya patrilineal lainnya, gelar Teuku dapat diperoleh seorang anak laki-laki, bilamana ayahnya juga bergelar Teuku/Ampon.

🌸 Jargon Peumulia Jamee Adat Geutanyoe (memuliakan tamu, tradisi kita) adalah kebiasaaan yang dilakoni oleh masyarakat secara turun-temurun dan kini sudah menjadi bagian dari adat Aceh.

***

Terpopuler

Comments

Mey-mey89

Mey-mey89

msh nyimak . .

2022-11-24

1

Ina mikayla

Ina mikayla

mulai seru nih 😍

2022-10-08

1

Dini Junghuni

Dini Junghuni

baca novel utk hiburan ❌
baca novel utk hiburan & menambah ilmu ✔️

2022-05-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab I: Landing di Aceh
2 Bab II: Aksi Kakek
3 Bab III: Terpana
4 Bab 4: Membahas Pernikahan
5 Bab 5: Roman Bahagia
6 Bab 6: Sudut Pandang Yahya
7 Bab 7: Hati Yang Nelangsa
8 Bab 8: Tangis Yang Tertahan
9 Bab 9: Beginikah Surat Cinta Itu?
10 Bab 10: Sudah Sejak Lama!
11 Bab 11: Laa Ilaa Ha Illallah, Muhammad Rasulullah
12 Bab 12: Kobaran Api
13 Bab 13: Pelukan Erat Yahya
14 Bab 14: Terlibat Lebih Jauh
15 Bab 15: Visual Para Tokoh
16 Bab 16: Mengunjungi Iqlima
17 Bab 17: Membuka Luka Lama
18 Bab 18: Tidak Pernah Memimpikannya!
19 Bab 19: Menjadi Lebih Kuat
20 Bab 20 : Misi Baru Layla
21 Bab 21: Pernikahan Yang Telah Di Atur
22 Bab 22: Ini Negeri Syari'ah!!
23 Bab 23: Orasi Yang Berapi-api
24 Bab 24: JANGAN DI BACA, SALAH UPDATE, LANJUT BAB 25!!!
25 Bab 25: Bukan Pernikahan Impian
26 Bab 26: Ciuman Beberapa Detik
27 Bab 27: Hati Yang Memanjatkan Do'a
28 Bab 28: Tidak Bisa Menjanjikan Apapun!
29 Bab 29: Seribu Jurus, Seribu Nyawa
30 Bab 30: Beban Mental, Beban Moral!
31 Bab 31: Umpan Pancingan
32 Bab 32: Yahya Lupa Diri
33 Bab 33: Sampai Bertemu di Jakarta!
34 Bab 34: Gerbang Bustanul Jannah
35 Bab 35: Tugas Iqlima dari Hajjah Aisyah
36 Bab 36: Iqlima Iqlima Iqlima... Oh Iqlima!
37 Bab 37: Body Massage
38 Bab 38: Prahara di Taman Surga
39 Bab 39: Menerobos Pekatnya Malam
40 Bab 40: Tuduhan Yahya
41 Bab 41: Connecting Door
42 Bab 42: Hukuman Mu Di Mulai Dari Sekarang!
43 Bab 43: Yahya Yang Pertama
44 Bab 44: Pintar Berkata-Kata
45 Bab 45: Bintang Kejora
46 Bab 46: Berwajah Malaikat Berhati Iblis!
47 Bab 47: Romansa Picisan
48 Bab 48: Kita Mau Kemana?!
49 Bab 49: Pemilik Taman Surga?
50 Bab 50: Keturunan Ampon Polem Pasha
51 Bab 51: Candu
52 Bab 52: Mengunjungi Asrama Santriwati
53 Bab 53: Hari Patah Hati Se-Bustanul Jannah
54 Bab 54: Bukan Mafia Syari'ah
55 Bab 55: I believe in You! I Trust You!
56 Bab 56: Bukan Pencemburu?
57 Bab 57: Pelakon Drama
58 Bab 58: Perkataan Adalah Do'a
59 Bab 59: Tidak Bisa Mentolerir!
60 Bab 60: Bernilai Mahal
61 Bab 61: Laki-laki Yang Tidak Asing?
62 Bab 62: Wanita Gila!
63 Bab 63: Harga Diri Yang Tercabik
64 Bab 64: Penyesalan dan Kerinduan
65 Bab 65: Tekad, Nekad
66 Bab 66: Aku Marah Tapi Aku Rindu~
67 Bab 67: Status, Formalitas~
68 Bab 68: Mengikuti Jejak
69 Bab 69: Aku Bukan Pelampiasan~
70 Bab 70: Sebuah Keberanian~
71 Bab 71: Senyuman Yang Sangat Manis~
72 Bab 72: Iqlima Satu-Satunya!
73 Bab 73: Yahya Menyerah
74 Bab 74: Pelukan Hangat Seorang Ayah~
75 Bab 75: Sedikit Berkorban (1000 Macam Perasaan) !
76 Bab 76: Malam Pengantin
77 Bab 77: Menemukan Permata Yang Hilang~
78 Bab 78: Jauh Lebih Dalam~
79 Bab 79: Rona Yang Bertambah~
80 Bab 80: Tersimpan Rapat
81 Bab 81: Tidak Pernah Menyesalinya
82 Bab 82: Reaksi Tubuh
83 Bab 83: Lipatan Harapan~
84 Bab 84: Malam Yang Syahdu
85 Bab 85: Peristiwa di Hotel
86 Bab 86: Hingga Menjadi Abu~
87 Bab 87: Perasaan Yang Berkecamuk
88 Bab 88: Ingin Sejenak Menepi~
89 Bab 89: Peperangan, Bidak Catur
90 Bab 90: Takdir Yang Berpihak?
91 Bab 91: Antara Hak dan Batil
92 Bab 92: Pesakitan~
93 Bab 93: Kemenangan Yang Terasa Melambai-Lambai~
94 Bab 94: Pertunjukan Drama
95 Bab 95: Berjalan Lancar Tanpa Hambatan
96 Bab 96: Jauh Daripada Itu, Aku Merindukanmu!
97 Bab 97: Suara Melebihi Ekspektasi
98 Bab 98: Menyesali Setiap Hari, Menangisi Setiap Malam~
99 Bab 99: Pewaris Keluarga
100 Bab 100: Selamanya Akan Begitu
101 Bab 101: Lantai Yang Dingin
102 Bab 102: Sebuah Pengakuan
103 Bab 103: Ekslusif
104 Bab 104: Tumpah Ruah
105 Bab 105: Suara Menggelegar
106 106: Berlian Dan Perak
107 Bab 107: Pesan Dari Pesantren
108 Bab 108: Kekhawatiran Yang Banyak
109 Bab 109: Perasaan Yang Terusik
110 Bab 110: Kau Telah Gagal!
111 Bab 111: Harga Diri Yang Terluka
112 Bab 112: Pesan Yang Masuk
113 Bab 113: Andai Tidak Ada Iqlima Di Antara Kita
114 Bab 114: Seribu Nyawa!
115 Bab 115: Kembali ke Bustanul Jannah?
116 Bab 116: Panggilan Telfon Dari Nilam Bustanul Jannah
117 Bab 117: Raut Wajah Yang Berkali-kali Berubah
118 Bab 118: Wajah yang Begitu Dingin
119 Bab 119: Akan Tetap Memperkarakannya!
120 Bab 120: Perkataan Yahya yang Menyudutkan!
121 Bab 121: Senyuman Sehangat Mentari Pagi~
122 Bab 122: Serasa Mendidih
123 Bab 123: Semoga, kau bisa mengerti....
124 Bab 124: Antara Iqlima dan Layla
125 Bab 125: Aku Tidak Bisa Memaafkan nya!!
126 Bab 126: Cemas~
127 Bab 127: Tajam Menusuk
128 Bab 128: Dalam Kegelapan~
129 Bab 129: Kegaduhan di Tengah Malam
130 Bab 130: Tapi Mengapa?
131 Bab 131: Seperti Sungai Yang Bermuara~
132 Bab 132: Menepiskan Segala Perasaan~
133 Bab 133: Getaran di Dasar Sana
134 Bab 134: Perubahan Sikap~
135 Bab 135: Selamat Tinggal~~~
136 Bab 136: Gurat Cemas
137 Bab 137: Terlalu Banyak Hal
138 Bab 138: Menuju Aceh
139 Bab 139: Mereka Semua Melukaimu!
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab I: Landing di Aceh
2
Bab II: Aksi Kakek
3
Bab III: Terpana
4
Bab 4: Membahas Pernikahan
5
Bab 5: Roman Bahagia
6
Bab 6: Sudut Pandang Yahya
7
Bab 7: Hati Yang Nelangsa
8
Bab 8: Tangis Yang Tertahan
9
Bab 9: Beginikah Surat Cinta Itu?
10
Bab 10: Sudah Sejak Lama!
11
Bab 11: Laa Ilaa Ha Illallah, Muhammad Rasulullah
12
Bab 12: Kobaran Api
13
Bab 13: Pelukan Erat Yahya
14
Bab 14: Terlibat Lebih Jauh
15
Bab 15: Visual Para Tokoh
16
Bab 16: Mengunjungi Iqlima
17
Bab 17: Membuka Luka Lama
18
Bab 18: Tidak Pernah Memimpikannya!
19
Bab 19: Menjadi Lebih Kuat
20
Bab 20 : Misi Baru Layla
21
Bab 21: Pernikahan Yang Telah Di Atur
22
Bab 22: Ini Negeri Syari'ah!!
23
Bab 23: Orasi Yang Berapi-api
24
Bab 24: JANGAN DI BACA, SALAH UPDATE, LANJUT BAB 25!!!
25
Bab 25: Bukan Pernikahan Impian
26
Bab 26: Ciuman Beberapa Detik
27
Bab 27: Hati Yang Memanjatkan Do'a
28
Bab 28: Tidak Bisa Menjanjikan Apapun!
29
Bab 29: Seribu Jurus, Seribu Nyawa
30
Bab 30: Beban Mental, Beban Moral!
31
Bab 31: Umpan Pancingan
32
Bab 32: Yahya Lupa Diri
33
Bab 33: Sampai Bertemu di Jakarta!
34
Bab 34: Gerbang Bustanul Jannah
35
Bab 35: Tugas Iqlima dari Hajjah Aisyah
36
Bab 36: Iqlima Iqlima Iqlima... Oh Iqlima!
37
Bab 37: Body Massage
38
Bab 38: Prahara di Taman Surga
39
Bab 39: Menerobos Pekatnya Malam
40
Bab 40: Tuduhan Yahya
41
Bab 41: Connecting Door
42
Bab 42: Hukuman Mu Di Mulai Dari Sekarang!
43
Bab 43: Yahya Yang Pertama
44
Bab 44: Pintar Berkata-Kata
45
Bab 45: Bintang Kejora
46
Bab 46: Berwajah Malaikat Berhati Iblis!
47
Bab 47: Romansa Picisan
48
Bab 48: Kita Mau Kemana?!
49
Bab 49: Pemilik Taman Surga?
50
Bab 50: Keturunan Ampon Polem Pasha
51
Bab 51: Candu
52
Bab 52: Mengunjungi Asrama Santriwati
53
Bab 53: Hari Patah Hati Se-Bustanul Jannah
54
Bab 54: Bukan Mafia Syari'ah
55
Bab 55: I believe in You! I Trust You!
56
Bab 56: Bukan Pencemburu?
57
Bab 57: Pelakon Drama
58
Bab 58: Perkataan Adalah Do'a
59
Bab 59: Tidak Bisa Mentolerir!
60
Bab 60: Bernilai Mahal
61
Bab 61: Laki-laki Yang Tidak Asing?
62
Bab 62: Wanita Gila!
63
Bab 63: Harga Diri Yang Tercabik
64
Bab 64: Penyesalan dan Kerinduan
65
Bab 65: Tekad, Nekad
66
Bab 66: Aku Marah Tapi Aku Rindu~
67
Bab 67: Status, Formalitas~
68
Bab 68: Mengikuti Jejak
69
Bab 69: Aku Bukan Pelampiasan~
70
Bab 70: Sebuah Keberanian~
71
Bab 71: Senyuman Yang Sangat Manis~
72
Bab 72: Iqlima Satu-Satunya!
73
Bab 73: Yahya Menyerah
74
Bab 74: Pelukan Hangat Seorang Ayah~
75
Bab 75: Sedikit Berkorban (1000 Macam Perasaan) !
76
Bab 76: Malam Pengantin
77
Bab 77: Menemukan Permata Yang Hilang~
78
Bab 78: Jauh Lebih Dalam~
79
Bab 79: Rona Yang Bertambah~
80
Bab 80: Tersimpan Rapat
81
Bab 81: Tidak Pernah Menyesalinya
82
Bab 82: Reaksi Tubuh
83
Bab 83: Lipatan Harapan~
84
Bab 84: Malam Yang Syahdu
85
Bab 85: Peristiwa di Hotel
86
Bab 86: Hingga Menjadi Abu~
87
Bab 87: Perasaan Yang Berkecamuk
88
Bab 88: Ingin Sejenak Menepi~
89
Bab 89: Peperangan, Bidak Catur
90
Bab 90: Takdir Yang Berpihak?
91
Bab 91: Antara Hak dan Batil
92
Bab 92: Pesakitan~
93
Bab 93: Kemenangan Yang Terasa Melambai-Lambai~
94
Bab 94: Pertunjukan Drama
95
Bab 95: Berjalan Lancar Tanpa Hambatan
96
Bab 96: Jauh Daripada Itu, Aku Merindukanmu!
97
Bab 97: Suara Melebihi Ekspektasi
98
Bab 98: Menyesali Setiap Hari, Menangisi Setiap Malam~
99
Bab 99: Pewaris Keluarga
100
Bab 100: Selamanya Akan Begitu
101
Bab 101: Lantai Yang Dingin
102
Bab 102: Sebuah Pengakuan
103
Bab 103: Ekslusif
104
Bab 104: Tumpah Ruah
105
Bab 105: Suara Menggelegar
106
106: Berlian Dan Perak
107
Bab 107: Pesan Dari Pesantren
108
Bab 108: Kekhawatiran Yang Banyak
109
Bab 109: Perasaan Yang Terusik
110
Bab 110: Kau Telah Gagal!
111
Bab 111: Harga Diri Yang Terluka
112
Bab 112: Pesan Yang Masuk
113
Bab 113: Andai Tidak Ada Iqlima Di Antara Kita
114
Bab 114: Seribu Nyawa!
115
Bab 115: Kembali ke Bustanul Jannah?
116
Bab 116: Panggilan Telfon Dari Nilam Bustanul Jannah
117
Bab 117: Raut Wajah Yang Berkali-kali Berubah
118
Bab 118: Wajah yang Begitu Dingin
119
Bab 119: Akan Tetap Memperkarakannya!
120
Bab 120: Perkataan Yahya yang Menyudutkan!
121
Bab 121: Senyuman Sehangat Mentari Pagi~
122
Bab 122: Serasa Mendidih
123
Bab 123: Semoga, kau bisa mengerti....
124
Bab 124: Antara Iqlima dan Layla
125
Bab 125: Aku Tidak Bisa Memaafkan nya!!
126
Bab 126: Cemas~
127
Bab 127: Tajam Menusuk
128
Bab 128: Dalam Kegelapan~
129
Bab 129: Kegaduhan di Tengah Malam
130
Bab 130: Tapi Mengapa?
131
Bab 131: Seperti Sungai Yang Bermuara~
132
Bab 132: Menepiskan Segala Perasaan~
133
Bab 133: Getaran di Dasar Sana
134
Bab 134: Perubahan Sikap~
135
Bab 135: Selamat Tinggal~~~
136
Bab 136: Gurat Cemas
137
Bab 137: Terlalu Banyak Hal
138
Bab 138: Menuju Aceh
139
Bab 139: Mereka Semua Melukaimu!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!