Bab III: Terpana

Yahya masuk ke dalam kamar barak yang sudah Ilyas tempati selama setahun ini. Ia meletakkan barang-barang di sana. Lalu menatap ke sekeliling. Mengamati bangunan shelter bongkar pasang yang terbuat dari bahan Metal. Tampak kokoh. Yahya pun membuka jendela. Namun keningnya mengerut ketika matanya menangkap tiga kepala wanita berkerudung yang sedikit menyembul dari balik tembok. Namun hanya mata dari mereka saja yang terlihat. Yahya pun menutup kembali jendela tersebut dengan cepat.

“Kenapa jendelanya di tutup?” Tegur Ilyas yang tiba-tiba muncul menenteng bungkusan dari kedai.

“Apa mereka sering memantau-mu? " Tanya Yahya dengan wajah yang menunjuk ke arah jendela. Ilyas langsung mengerti apa yang Yahya bicarakan.

“Haha.. Begitulah... Pesonaku masih bekerja dengan sangat baik” Sahut Ilyas asal. Yahya tersenyum menggelengkan kepalanya.

“Kamu bawa apa?”

“Oh ini gula dan teh, bawaan kita nanti untuk pak Keuchik. Nanti malam kan mereka akan menjamu kamu!” Sahut Ilyas.

"Kenapa harus gula dan teh?"

"Adat. Setahun di sini aku seolah menyatu dengan kebiasaan mereka"

"Haha Kau benar-benar pintar beradaptasi, Yas! Salut" Yahya mengacungkan jempol nya.

"Hmh... Baiklah, selagi ada waktu kosong aku ingin melihat-lihat keadaan di desa ini"

"Kau tak ingin beristirahat dulu? Maaf, aku ada rapat di balai desa! Tapi Ga lama, cuma sejam. Setelah itu aku akan membawamu berkeliling. Bagaimana?" Tawar Ilyas.

"Nope. Ga masalah. Aku bisa pergi sendiri. Nanti aku akan memberitahukan-mu dimana posisiku berada. Kau bisa menjemputku di sana setelah rapat! "

***

Yahya keluar dari kamar membawa sebuah ransel berisikan camera mirrorless, tripod dan dompet. Ilyas meminjamkan motor miliknya untuk mempermudah Yahya berkeliling santai. Pemuda ini memakai kemeja lengan panjang untuk menghindarkan kulitnya dari sengatan matahari.

Yahya mengambil helm dari atas motor. Seketika Ia menyadari sesuatu. Beberapa pasang mata kembali mengamatinya. Namun pemuda ini memilih untuk tidak peduli. Ia mulai mengidupkan mesin lalu melajukan motornya.

“Abang itu siapa sih?”

“Sepertinya teman ustadz Ilyas. Kata Ayah, beliau akan menjamunya nanti malam. Sekarang aku akan kembali ke rumah untuk membantu Mamak menyiapkan makanan” Ucap anak pak Keuchik. Ekor matanya masih melihat punggung Yahya yang semakin menjauh hingga tak terlihat. Ia dan teman-temannya baru pulang dari warung kelontong membeli beberapa keperluan.

“Rani,, Beruntungnya kamu.. Berarti nanti malam juga ada Ustadz Ilyas dong!” Seru temannya berbinar.

“Kalau ada ustadz Ilyas memangnya kenapa?”

“Kamu berkesempatan mencari perhatiannya…”

“Jangan mimpi! Ustadz Ilyas itu sukanya sama Iqlima.. Bukan sama kamu atau aku!"

“Ha? Siapa bilang?” Sahut yang lain.

“Aku bisa lihat dari sorot mata beliau” Sahut Rani sendu. Suasana hatinya berubah.

“Mm..mana mungkin sekelas ustadz Ilyas tertarik sama Iqlima! Apa sih kelebihan Iqlima itu?!” Temannya Rani mulai meninggikan suara tak terima.

“Sudah ah, mau pulang. Jangan ghibah! Aku jalan duluan ya... Buru-buru.. Assalamu’alaikum” Rani langsung melesat berjalan cepat meninggalkan teman-teman nya yang tercengang.

***

Yahya melajukan motornya dengan kecepatan lamban 40-45 km/jam. Pemuda ini benar-benar menikmati suasana pedesaan. Padahal di siang hari ini matahari terasa sangat terik menyengat.

Yahya menepikan motornya, menjepret beberapa gambar yang dianggapnya menarik. Ia melihat beberapa ibu-ibu dibantu oleh anak gadisnya tengah menjemur biji Kakao (biji coklat) di halaman rumah. Sebagian dari mereka mengupas kulit pinang. Sebagian yang lain menjemur padi yang baru saja usai dipanen.

Setelah berhasil mendapatkan beberapa gambar, Yahya kembali meneruskan perjalanannya. Ia melihat di desa ini terdapat begitu banyak kedai kopi yang menyebar di beberapa sudut. Pelanggan nya kebanyakan laki-laki paruh baya. Menurut penuturan salah satu warga, kedai kopi merupakan salah satu sarana silaturahim di Aceh. Mereka akan saling bertukar informasi terkini di sana. Jadi jangan heran kalau kedai kopi menyebar di begitu banyak titik.

Yahya membawa motor sambil mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Ia semakin larut menikmati kegiatan para warga yang tampak Harmoni. Sampai tiba-tiba matanya menangkap sebuah kegaduhan. Seorang kakek yang berlutut dengan seorang gadis muda menangis disebelahnya. Yahya memperlambat laju motornya. Ia melihat sekilas dengan tetap terus berjalan berusaha untuk tidak peduli.

“Ya Rabb… Kalau begini kakek mempermalukan Iqlima. Ima malu kek… Hiks Hiks… Ima maluu… Ayo kita pulang… Ima mohoon” Sayup-sayup suara gadis muda itu terdengar.

Mendengar suara seperti mengiba memanggil nurani Yahya untuk menghentikan motor yang sudah 20 meter meninggalkan lokasi. Ia memutar-balikkan motornya. Membuka kaca helm yang ia kenakan.

“Mbak mbak…”

“Ya?”

“Itu ada ribut-ribut apa ya? Kok ga ada yang bantu melerai?” Tanya Yahya heran pada salah satu warga yang melewatinya.

“Oh itu... Kakek yang sedang berlutut itu meminta pada tuan rumah untuk mau menerima cucunya sebagai menantu. Tapi tuan rumah menolak mentah-mentah. Ah, Kakeknya memang begitu, suka menawarkan cucu yatim piatunya pada laki-laki mana saja agar mau dinikahi. Pemandangan begitu sudah biasa bang! Sudah ga heran lagi. Kalau dibantu, nanti kakeknya malah marah dan memukul pakai tongkat. Jadi warga sudah tidak ingin berurusan dengan kakek itu. Kakeknya sendiri sudah agak pikun! Sering kumat!” Terang warga bergidik. Yahya terenyak.

“Kek, ayo kek… Hiks hiks…” Iqlima masih mengiba. Sayang, Kakek tidak juga beranjak dari tempatnya.

“Diam!! Kamu mau jadi perawan tua yang tidak laku?! Betoi-betoi Aneuk bangai, Hana tusoe droe (Benar-benar anak dungu tidak tau diri)! Huk Huk Huk” Bentak kakek dengan suara keras. Yahya bisa melihat ada darah yang mengalir dari kaki sang kakek. Sepertinya beliau berjalan jauh tanpa menggunakan alas.

“Iya, Tapi kita pulang dulu kek,,,” Iqlima mengusap airmata yang berhamburan. Hatinya terasa sakit Tapi ia tidak punya pilihan. Tangannya mencoba menarik lengan kakek agar mau beranjak. Apa daya, kakek tetap bersikukuh berlutut.

“Pulanglah kek, sudah saya katakan.. Iqlima tidak pantas untuk Hilman. Seribu wanita seperti Iqlima mampu Hilman dapatkan. Sebaiknya kakek pulang saja!” Ucap Ampon Din. Tangannya menunjuk ke arah jalan mengusir dengan angkuh sambil merendahkan Iqlima.

Entah mengapa melihat apa yang terjadi hati Yahya merasa iba. Pemuda tersebut melangkah mendekati mereka. Ia mengambil sapu tangan dari kantong celananya.

“Maaf ya kek!” Ucap Yahya.Ia hendak mengikatkan sapu tangannya ke kaki kakek yang mengeluarkan darah. Namun Kaki tersebut terlihat hitam. Sudah kapalan dan kotor terkena sapuan tanah secara terus menerus. Tanpa ada rasa jijik, Yahya sedikit membersihkannya sebelum mengikatkan sapu tangan tersebut. Iqlima dan warga desa terenyak.

“Sss siapa kamu?!” Bentak kakek terbata.

Plakkkk.

Kakek mengayunkan tongkat kayunya memukul lengan Yahya dengan kekuatan penuh.

“Awwww” Iqlima dan para gadis di sana memekik ngilu. Namun pemuda ini masih bergeming santai. Ia masih saja meneruskan aktifitasnya membalutkan sapu tangan ke kaki kakek yang terluka. Lalu Yahya mendekatkan wajahnya, membisikkan sesuatu ke telinga kakek. Orang tua tersebut tersenyum dan tampak melunak seketika.

Tak menunggu lebih lama, tangan kekar Yahya langsung mengangkat tubuh kakek ala bridal, lalu mendudukkan orang tua tersebut ke atas motor dan memegangnya. Iqlima dan segenap warga yang menyaksikan, mematung melihat aksi Yahya.

“Halo.. Kamu cucunya kan? Dimana rumah sakit terdekat? Kaki ini bisa infeksi jika tidak diobati” Tanya Yahya tiba-tiba.

“Eh ya… Hmh Di desa ini ada nya hanya puskesmas. Lurus saja ke sana. Kurang lebih 500 meter belok kanan, lalu bapak akan menemukan perempatan, di perempatan itu belok ke kiri. Jalan terus sampai 300 meter lagi, kalau menemukan sebuah pohon asam yang besar, belok lagi ke kanan. Nanti bapak akan melihat persawahan. Lalu….”

“Ah sudah sudah! Ribet! Kamu naik saja ke atas motor, pegang kakekmu. Tunjukkan dimana puskesmasnya!” Titah Yahya. Lalu ia naik ke atas motor. Sadar bangkunya sempit, Yahya pun beringsut ke depan memberikan jarak yang lebih lapang untuk penumpang. Dalam hati Yahya memohon agar Allah berkenan memudahkan mereka.

Menumpangkan dua orang dalam keadaan darurat, Yahya membawa motornya perlahan. Meninggalkan Ampon Din, dan warga desa yang tadinya hanya menonton Iqlima tanpa melakukan apapun. Merekahanya melihat seperti menyaksikan sebuah pertunjukkan.

“Aku belum pernah melihat pemuda itu. Siapa dia?” Bisik seorang gadis dengan mata berbinar. Dalam diam, Mereka seperti menemukan seorang idola baru.

***

Puskesmas Krueng Lamkareung

Yahya mengambil kursi roda dan membawa kakek ke dalam ruangan dokter setelah Iqlima selesai melakukan pendaftaran.

"Bagaimana dok? " Tanya Yahya pada dokter umum yang bertugas.

"Melihat lukanya, Saya harus merujuk bapak ini ke rumah sakit Umum Zainal Abidin, Banda Aceh. Sebab saya menemukan tanda-tanda adanya gula darah yang tinggi. Kita harus memeriksakan darah beliau ke Lab. Dikhawatirkan beliau memiliki Diabetes" Terang dokter.

"Saya minta surat rujukannya dok! Saya akan membawa kakek saya ke sana! " Ucap Iqlima cepat. Hatinya berubah tidak karuan. Dokter mengangguk.

"Sebentar, Aku akan menelpon teman ku untuk membawa mobil ke sini! Kita akan membawa kakek bersama" Tawar Yahya.

"Tidak usah pak! Di depan sini banyak becak. Saya bisa menyetop nya. Maaf sudah sangat merepotkan. Terima kasih banyak. Hanya Allah yang mampu membalas semua kebaikan bapak! " Sahut Iqlima. Ia menggerakkan kepala ke bawah tanda hormat. Yahya berpikir sejenak.

"Hmh baiklah... kalau memang begitu yang kamu inginkan. Aku permisi! "

"Tu...Tunggu! "

"Ya? " Yahya menoleh.

"Boleh tau siapa nama bapak? "

Yahya mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.

"Ini kartu namaku. Kalau butuh bantuan, hubungi saja aku di nomor tersebut! " Yahya menyodorkan kartu namanya. Iqlima membaca nama yang tertera di sana. Yahya El Fawwaz Zakaria. Gumamnya pelan.

Yahya berbalik.

"Ah... Hmh satu lagi... Panggil saya Yahya atau Mas Yahya. Saya masih cukup muda untuk di sebut bapak! Okay, dik Iqlima?"

Ragu-ragu, perlahan Iqlima mengangguk. Kali ini Yahya benar-benar berbalik. Bergerak menjauh meninggalkan Iqlima yang terpana. Gadis ini dengan cepat mengejar, Ia mengintip Yahya dari balik jendela Puskesmas. Yahya tampak mempesona dengan motor matic-nya.

***

Yuk Dukung karya ini dengan Like, Komen, Vote dan berikan hadiahnya... Terima kasih 😇😇😇

IG: @alana.alisha

***

Terpopuler

Comments

Mey-mey89

Mey-mey89

suka sm karakter rani . .

2022-11-24

1

Dini Junghuni

Dini Junghuni

ihhiiirrrrrr
tersepona kah dirimu iqlima dgn pesona yahya?
hehe

2022-05-05

1

Black Swan 🖤

Black Swan 🖤

hm

2022-04-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab I: Landing di Aceh
2 Bab II: Aksi Kakek
3 Bab III: Terpana
4 Bab 4: Membahas Pernikahan
5 Bab 5: Roman Bahagia
6 Bab 6: Sudut Pandang Yahya
7 Bab 7: Hati Yang Nelangsa
8 Bab 8: Tangis Yang Tertahan
9 Bab 9: Beginikah Surat Cinta Itu?
10 Bab 10: Sudah Sejak Lama!
11 Bab 11: Laa Ilaa Ha Illallah, Muhammad Rasulullah
12 Bab 12: Kobaran Api
13 Bab 13: Pelukan Erat Yahya
14 Bab 14: Terlibat Lebih Jauh
15 Bab 15: Visual Para Tokoh
16 Bab 16: Mengunjungi Iqlima
17 Bab 17: Membuka Luka Lama
18 Bab 18: Tidak Pernah Memimpikannya!
19 Bab 19: Menjadi Lebih Kuat
20 Bab 20 : Misi Baru Layla
21 Bab 21: Pernikahan Yang Telah Di Atur
22 Bab 22: Ini Negeri Syari'ah!!
23 Bab 23: Orasi Yang Berapi-api
24 Bab 24: JANGAN DI BACA, SALAH UPDATE, LANJUT BAB 25!!!
25 Bab 25: Bukan Pernikahan Impian
26 Bab 26: Ciuman Beberapa Detik
27 Bab 27: Hati Yang Memanjatkan Do'a
28 Bab 28: Tidak Bisa Menjanjikan Apapun!
29 Bab 29: Seribu Jurus, Seribu Nyawa
30 Bab 30: Beban Mental, Beban Moral!
31 Bab 31: Umpan Pancingan
32 Bab 32: Yahya Lupa Diri
33 Bab 33: Sampai Bertemu di Jakarta!
34 Bab 34: Gerbang Bustanul Jannah
35 Bab 35: Tugas Iqlima dari Hajjah Aisyah
36 Bab 36: Iqlima Iqlima Iqlima... Oh Iqlima!
37 Bab 37: Body Massage
38 Bab 38: Prahara di Taman Surga
39 Bab 39: Menerobos Pekatnya Malam
40 Bab 40: Tuduhan Yahya
41 Bab 41: Connecting Door
42 Bab 42: Hukuman Mu Di Mulai Dari Sekarang!
43 Bab 43: Yahya Yang Pertama
44 Bab 44: Pintar Berkata-Kata
45 Bab 45: Bintang Kejora
46 Bab 46: Berwajah Malaikat Berhati Iblis!
47 Bab 47: Romansa Picisan
48 Bab 48: Kita Mau Kemana?!
49 Bab 49: Pemilik Taman Surga?
50 Bab 50: Keturunan Ampon Polem Pasha
51 Bab 51: Candu
52 Bab 52: Mengunjungi Asrama Santriwati
53 Bab 53: Hari Patah Hati Se-Bustanul Jannah
54 Bab 54: Bukan Mafia Syari'ah
55 Bab 55: I believe in You! I Trust You!
56 Bab 56: Bukan Pencemburu?
57 Bab 57: Pelakon Drama
58 Bab 58: Perkataan Adalah Do'a
59 Bab 59: Tidak Bisa Mentolerir!
60 Bab 60: Bernilai Mahal
61 Bab 61: Laki-laki Yang Tidak Asing?
62 Bab 62: Wanita Gila!
63 Bab 63: Harga Diri Yang Tercabik
64 Bab 64: Penyesalan dan Kerinduan
65 Bab 65: Tekad, Nekad
66 Bab 66: Aku Marah Tapi Aku Rindu~
67 Bab 67: Status, Formalitas~
68 Bab 68: Mengikuti Jejak
69 Bab 69: Aku Bukan Pelampiasan~
70 Bab 70: Sebuah Keberanian~
71 Bab 71: Senyuman Yang Sangat Manis~
72 Bab 72: Iqlima Satu-Satunya!
73 Bab 73: Yahya Menyerah
74 Bab 74: Pelukan Hangat Seorang Ayah~
75 Bab 75: Sedikit Berkorban (1000 Macam Perasaan) !
76 Bab 76: Malam Pengantin
77 Bab 77: Menemukan Permata Yang Hilang~
78 Bab 78: Jauh Lebih Dalam~
79 Bab 79: Rona Yang Bertambah~
80 Bab 80: Tersimpan Rapat
81 Bab 81: Tidak Pernah Menyesalinya
82 Bab 82: Reaksi Tubuh
83 Bab 83: Lipatan Harapan~
84 Bab 84: Malam Yang Syahdu
85 Bab 85: Peristiwa di Hotel
86 Bab 86: Hingga Menjadi Abu~
87 Bab 87: Perasaan Yang Berkecamuk
88 Bab 88: Ingin Sejenak Menepi~
89 Bab 89: Peperangan, Bidak Catur
90 Bab 90: Takdir Yang Berpihak?
91 Bab 91: Antara Hak dan Batil
92 Bab 92: Pesakitan~
93 Bab 93: Kemenangan Yang Terasa Melambai-Lambai~
94 Bab 94: Pertunjukan Drama
95 Bab 95: Berjalan Lancar Tanpa Hambatan
96 Bab 96: Jauh Daripada Itu, Aku Merindukanmu!
97 Bab 97: Suara Melebihi Ekspektasi
98 Bab 98: Menyesali Setiap Hari, Menangisi Setiap Malam~
99 Bab 99: Pewaris Keluarga
100 Bab 100: Selamanya Akan Begitu
101 Bab 101: Lantai Yang Dingin
102 Bab 102: Sebuah Pengakuan
103 Bab 103: Ekslusif
104 Bab 104: Tumpah Ruah
105 Bab 105: Suara Menggelegar
106 106: Berlian Dan Perak
107 Bab 107: Pesan Dari Pesantren
108 Bab 108: Kekhawatiran Yang Banyak
109 Bab 109: Perasaan Yang Terusik
110 Bab 110: Kau Telah Gagal!
111 Bab 111: Harga Diri Yang Terluka
112 Bab 112: Pesan Yang Masuk
113 Bab 113: Andai Tidak Ada Iqlima Di Antara Kita
114 Bab 114: Seribu Nyawa!
115 Bab 115: Kembali ke Bustanul Jannah?
116 Bab 116: Panggilan Telfon Dari Nilam Bustanul Jannah
117 Bab 117: Raut Wajah Yang Berkali-kali Berubah
118 Bab 118: Wajah yang Begitu Dingin
119 Bab 119: Akan Tetap Memperkarakannya!
120 Bab 120: Perkataan Yahya yang Menyudutkan!
121 Bab 121: Senyuman Sehangat Mentari Pagi~
122 Bab 122: Serasa Mendidih
123 Bab 123: Semoga, kau bisa mengerti....
124 Bab 124: Antara Iqlima dan Layla
125 Bab 125: Aku Tidak Bisa Memaafkan nya!!
126 Bab 126: Cemas~
127 Bab 127: Tajam Menusuk
128 Bab 128: Dalam Kegelapan~
129 Bab 129: Kegaduhan di Tengah Malam
130 Bab 130: Tapi Mengapa?
131 Bab 131: Seperti Sungai Yang Bermuara~
132 Bab 132: Menepiskan Segala Perasaan~
133 Bab 133: Getaran di Dasar Sana
134 Bab 134: Perubahan Sikap~
135 Bab 135: Selamat Tinggal~~~
136 Bab 136: Gurat Cemas
137 Bab 137: Terlalu Banyak Hal
138 Bab 138: Menuju Aceh
139 Bab 139: Mereka Semua Melukaimu!
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab I: Landing di Aceh
2
Bab II: Aksi Kakek
3
Bab III: Terpana
4
Bab 4: Membahas Pernikahan
5
Bab 5: Roman Bahagia
6
Bab 6: Sudut Pandang Yahya
7
Bab 7: Hati Yang Nelangsa
8
Bab 8: Tangis Yang Tertahan
9
Bab 9: Beginikah Surat Cinta Itu?
10
Bab 10: Sudah Sejak Lama!
11
Bab 11: Laa Ilaa Ha Illallah, Muhammad Rasulullah
12
Bab 12: Kobaran Api
13
Bab 13: Pelukan Erat Yahya
14
Bab 14: Terlibat Lebih Jauh
15
Bab 15: Visual Para Tokoh
16
Bab 16: Mengunjungi Iqlima
17
Bab 17: Membuka Luka Lama
18
Bab 18: Tidak Pernah Memimpikannya!
19
Bab 19: Menjadi Lebih Kuat
20
Bab 20 : Misi Baru Layla
21
Bab 21: Pernikahan Yang Telah Di Atur
22
Bab 22: Ini Negeri Syari'ah!!
23
Bab 23: Orasi Yang Berapi-api
24
Bab 24: JANGAN DI BACA, SALAH UPDATE, LANJUT BAB 25!!!
25
Bab 25: Bukan Pernikahan Impian
26
Bab 26: Ciuman Beberapa Detik
27
Bab 27: Hati Yang Memanjatkan Do'a
28
Bab 28: Tidak Bisa Menjanjikan Apapun!
29
Bab 29: Seribu Jurus, Seribu Nyawa
30
Bab 30: Beban Mental, Beban Moral!
31
Bab 31: Umpan Pancingan
32
Bab 32: Yahya Lupa Diri
33
Bab 33: Sampai Bertemu di Jakarta!
34
Bab 34: Gerbang Bustanul Jannah
35
Bab 35: Tugas Iqlima dari Hajjah Aisyah
36
Bab 36: Iqlima Iqlima Iqlima... Oh Iqlima!
37
Bab 37: Body Massage
38
Bab 38: Prahara di Taman Surga
39
Bab 39: Menerobos Pekatnya Malam
40
Bab 40: Tuduhan Yahya
41
Bab 41: Connecting Door
42
Bab 42: Hukuman Mu Di Mulai Dari Sekarang!
43
Bab 43: Yahya Yang Pertama
44
Bab 44: Pintar Berkata-Kata
45
Bab 45: Bintang Kejora
46
Bab 46: Berwajah Malaikat Berhati Iblis!
47
Bab 47: Romansa Picisan
48
Bab 48: Kita Mau Kemana?!
49
Bab 49: Pemilik Taman Surga?
50
Bab 50: Keturunan Ampon Polem Pasha
51
Bab 51: Candu
52
Bab 52: Mengunjungi Asrama Santriwati
53
Bab 53: Hari Patah Hati Se-Bustanul Jannah
54
Bab 54: Bukan Mafia Syari'ah
55
Bab 55: I believe in You! I Trust You!
56
Bab 56: Bukan Pencemburu?
57
Bab 57: Pelakon Drama
58
Bab 58: Perkataan Adalah Do'a
59
Bab 59: Tidak Bisa Mentolerir!
60
Bab 60: Bernilai Mahal
61
Bab 61: Laki-laki Yang Tidak Asing?
62
Bab 62: Wanita Gila!
63
Bab 63: Harga Diri Yang Tercabik
64
Bab 64: Penyesalan dan Kerinduan
65
Bab 65: Tekad, Nekad
66
Bab 66: Aku Marah Tapi Aku Rindu~
67
Bab 67: Status, Formalitas~
68
Bab 68: Mengikuti Jejak
69
Bab 69: Aku Bukan Pelampiasan~
70
Bab 70: Sebuah Keberanian~
71
Bab 71: Senyuman Yang Sangat Manis~
72
Bab 72: Iqlima Satu-Satunya!
73
Bab 73: Yahya Menyerah
74
Bab 74: Pelukan Hangat Seorang Ayah~
75
Bab 75: Sedikit Berkorban (1000 Macam Perasaan) !
76
Bab 76: Malam Pengantin
77
Bab 77: Menemukan Permata Yang Hilang~
78
Bab 78: Jauh Lebih Dalam~
79
Bab 79: Rona Yang Bertambah~
80
Bab 80: Tersimpan Rapat
81
Bab 81: Tidak Pernah Menyesalinya
82
Bab 82: Reaksi Tubuh
83
Bab 83: Lipatan Harapan~
84
Bab 84: Malam Yang Syahdu
85
Bab 85: Peristiwa di Hotel
86
Bab 86: Hingga Menjadi Abu~
87
Bab 87: Perasaan Yang Berkecamuk
88
Bab 88: Ingin Sejenak Menepi~
89
Bab 89: Peperangan, Bidak Catur
90
Bab 90: Takdir Yang Berpihak?
91
Bab 91: Antara Hak dan Batil
92
Bab 92: Pesakitan~
93
Bab 93: Kemenangan Yang Terasa Melambai-Lambai~
94
Bab 94: Pertunjukan Drama
95
Bab 95: Berjalan Lancar Tanpa Hambatan
96
Bab 96: Jauh Daripada Itu, Aku Merindukanmu!
97
Bab 97: Suara Melebihi Ekspektasi
98
Bab 98: Menyesali Setiap Hari, Menangisi Setiap Malam~
99
Bab 99: Pewaris Keluarga
100
Bab 100: Selamanya Akan Begitu
101
Bab 101: Lantai Yang Dingin
102
Bab 102: Sebuah Pengakuan
103
Bab 103: Ekslusif
104
Bab 104: Tumpah Ruah
105
Bab 105: Suara Menggelegar
106
106: Berlian Dan Perak
107
Bab 107: Pesan Dari Pesantren
108
Bab 108: Kekhawatiran Yang Banyak
109
Bab 109: Perasaan Yang Terusik
110
Bab 110: Kau Telah Gagal!
111
Bab 111: Harga Diri Yang Terluka
112
Bab 112: Pesan Yang Masuk
113
Bab 113: Andai Tidak Ada Iqlima Di Antara Kita
114
Bab 114: Seribu Nyawa!
115
Bab 115: Kembali ke Bustanul Jannah?
116
Bab 116: Panggilan Telfon Dari Nilam Bustanul Jannah
117
Bab 117: Raut Wajah Yang Berkali-kali Berubah
118
Bab 118: Wajah yang Begitu Dingin
119
Bab 119: Akan Tetap Memperkarakannya!
120
Bab 120: Perkataan Yahya yang Menyudutkan!
121
Bab 121: Senyuman Sehangat Mentari Pagi~
122
Bab 122: Serasa Mendidih
123
Bab 123: Semoga, kau bisa mengerti....
124
Bab 124: Antara Iqlima dan Layla
125
Bab 125: Aku Tidak Bisa Memaafkan nya!!
126
Bab 126: Cemas~
127
Bab 127: Tajam Menusuk
128
Bab 128: Dalam Kegelapan~
129
Bab 129: Kegaduhan di Tengah Malam
130
Bab 130: Tapi Mengapa?
131
Bab 131: Seperti Sungai Yang Bermuara~
132
Bab 132: Menepiskan Segala Perasaan~
133
Bab 133: Getaran di Dasar Sana
134
Bab 134: Perubahan Sikap~
135
Bab 135: Selamat Tinggal~~~
136
Bab 136: Gurat Cemas
137
Bab 137: Terlalu Banyak Hal
138
Bab 138: Menuju Aceh
139
Bab 139: Mereka Semua Melukaimu!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!