Suasana pagi ini nampak begitu cerah, langit berwarna biru seperti birunya air laut. Embun pagi mengalir dipuncak dedaunan hijau, cahaya matahari perlahan-lahan masuk melalui celah-celah jendela kamar namun tidak menyilaukan mata sedikitpun. Sesekali terdengar kokok ayam bersahutan, kicauan burung yang hinggap di dahan pohon memberikan semangat baru bagi insan dibumi.
Disebuah rumah kecil dipinggiran kota Jakarta, tinggal lah seorang anak gadis berusia 21 tahun, memiliki postur tubuh tinggi, berambut pendek sebahu dan berkulit kuning langsat ciri khas wanita Asia. Ia anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya sudah lama meninggal sejak masih usia enam tahun. Ayahnya seorang buruh pabrik sementara ibu nya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Kehidupan sehari-hari keluarga gadis itu sangat sederhana, mereka hidup serba pas-pasan sehingga membuat Ameera harus bekerja paruh waktu untuk membantu perekonomian keluarga. Gadis itu bekerja disela-sela waktu senggang.
Mereka tinggal di sebuah perumahan perkampungan padat penduduk dipinggiran kota Jakarta dengan luas bangunan 27 meter dan luas tanah 60 meter. Sangat minimalis namun bagi gadis itu rumah sekecil apapun asalkan bersama kedua orang tuanya akan terasa lapang.
Dari depan kita bisa melihat rumah gadis itu begitu asri karena banyak ditanami pepohonan dan beraneka ragam bunga koleksi sang bunda. Saat pertama kali memasuki pekarangan rumah, kita disambut oleh sebuah pohon mangga yang menjulang tinggi ke awan. Disamping kanan-kiri terdapat beberapa pot bunga yang diletakan di atas meja besi. Rumah itu di dominasi warna merah jambu dan putih. Disudut teras terdapat sebuah akuarium kecil koleksi sang papa.
Di dalam kamar dengan luas 3x3 meter, seorang gadis masih terlelap dalam tidurnya. Ia masih enggan membuka mata padahal sang mentari sudah menampakkan sinarnya.
“Ameera, bangun sayang!” Suara wanita paruh baya menyadarkan gadis itu dari mimpi panjangnya.
“Ehm,” jawab Ameera singkat.
Ia masih belum membuka mata.
“Ameera!” Kali ini wanita itu meninggikan dua oktaf suara baritonenya.
“Iya bun, aku sudah bangun,” jawab gadis itu sambil menggerjapkan kedua matanya.
“Hoam.”
Gadis itu kini duduk diatas kasur. Ia meraba meja belajar mencari keberadaan ponselnya yang ada disamping ranjang.
“Baru pukul enam, kenapa bunda sudah ribut membangunkanku.”
Setelah nyawanya kumpul, ia segera beranjak dan menyambar handuk disudut kamar.
Gadis itu berjalan keluar kamar dan menuju kamar mandi.
~Wush~
Ia menyalakan keran shower dan memulai ritual mandi pagi. Pertama-tama ia menggosok gigi terlebih dahulu, kemudian meratakan busa sabun keseluruh tubuh. Menyapu sela-sela tubuh agar kuman dan bakteri hilang.
Empat puluh menit berlalu, kini gadis itu sudah siap di depan cermin. Ia mulai memoleskan foundation dan meratakannya, menaburkan sedikit bedak padat dengan warna senada dengan kulit wajahnya kemudian memoleskan lipstick berwarna merah jambu sebagai penyempurna penampilan.
”Sempurna,” Ameera nampak puas dengan hasil riasannya pagi ini.
Ameera bukan tipe gadis yang gemar berhias, di atas meja riasnya hanya terdapat dua atau tiga jenis produk kecantikan dan itu semua brand lokal. Bukannya ia tidak ingin mencoba membeli produk kecantikan dengan brand luar negeri hanya saja keadaan kantong gadis itu tidak mampu membeli produk mahal.
“Selamat pagi ayah dan bunda," sapa Ameera ketika ia sudah sampai ruang makan.
“Selamat pagi sayang.”
“Anak gadis setiap hari bangun siang. Mau jadi apa kamu setelah dewasa?”
Bunda Meta protes karena setiap pagi anak gadisnya selalu bangun siang.
“Aku mau jadi seorang sekertaris bun, masa iya dokter.”
Ameera mengalihkan topik karena melihat bundanya kesal dengan kebiasaan buruk dirinya.
“Dasar kamu ya, hobi sekali bersilat lidah.”
Bunda Meta menjewer telinga anaknya.
“Aw!”
“Aduh sakit bun. Ayah, tolongin Meera.”
Ameera mencoba melepaskan tangan bundanya dari telinga.
“Awas saja kalau membela Ameera, bunda tidak akan memberikan jatah sarapan untuk ayah.”
Bunda Meta mengancam suaminya.
“Maafkan ayah Meera, untuk kali ini tidak bisa membelamu," ucap Ayah Reza.
“Kamu coba belajar menjadi gadis rumahan dong Meera. Bantuin bunda kerja. Kamu sudah besar masa iya tidak paham dengan pekerjaan wanita,” Bunda Meta melepaskan tangannya dari telinga Ameera.
“Setinggi apapun jabatanmu, kelak kamu harus sadar bahwa kodrat seorang wanita adalah mengurus rumah, merawat suami dan anak.”
"Bunda tidak melarang kamu berkarier seperti wanita diluaran sana tapi harus ingat dengan tugas kamu sebagai seorang wanita.”
“Paham?” Bunda Meta menceramahi anaknya panjang lebar.
“Paham bun. Iya deh, besok aku mulai bangun pagi dan membantu bunda di dapur.”
“Ya sudah, sana duduk dan sarapan setelah itu berangkat ke kantor. Hari ini pertama kali magang kan?"
"Benar bun."
Ameera menghampiri ayahnya yang sedang duduk dikursi makan sambil mendengar ceramah Bunda Meta secara langsung. Pria itu hanya manggut-manggut mendengar istrinya berbicara.
“Ayo sarapan! Ini bunda buatkan nasi uduk, telur dadar, kering tempe dan sambal.”
Bunda Meta duduk disamping ayah Reza, sementara Ameera duduk berdahapan dengan bundanya. Mereka sarapan, menikmati nasi uduk hangat buatan Meta.
***
Hari ini merupakan hari pertama kelompok magang Donny mulai bekerja sebagai mahasiswa magang di perusahaan PT Indah Sentosa. Kelompok itu terdiri dari Donny sebagai ketua, Ameera, Naomi, Barra dan Emon sedang berkumpul di lapangan parkir perusahaan. Mereka sedang menunggu kepala HRD yang tak lain adalah Pak Imam, kakaknya Naomi.
Dua puluh menit menunggu akhirnya Pak Imam datang.
“Maaf sudah membuat kalian menunggu,"ucap Pak Imam setelah ia memarkirkan kendaraannya di parkiran khusus karyawan.
“Tidak apa-apa pak.” jawab Ameera.
“Kalian ikut keruanganku. Nanti akanku beritahu kalian ditempatkan di divisi mana selama magang disini.”
Mereka berlima mengikuti Pak Imam dari belakang.
PT Indah Sentosa merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tambang dengan anak cabang dimana-mana. PT Indah Sentosa didikan oleh Ibrahim Pieter berdiri sejak tahun 1990. Gedung perusahaan itu didominasi warna cream, saat memasuki lobi perusahaan kita akan disuguhkan betapa mewahnya bangunan itu. Terdapat sebuah logo perusahaan dibelakang meja resepsionis, beberapa lukisan menempel di dinding dan disudut ruangan diletakan pot besar sebagai pemanis ruangan.
“Tak ku sangka perusahaan ini begitu mewah," bisik Ameera saat mereka menaiki lift.
“Benar, sangat mewah," timpal Naomi.
Saat ini mereka sudah berada di lantai tiga.
“Silahkan duduk.”
Perlahan-lahan Ameera dan teman-temannya duduk kemudian Pak Imam segera membagi job description.
“Sebelumnya, perkenalkan nama saya Imam Hidayat, kalian bisa memanggil saya Pak Imam tapi diluar kantor cukup panggil Mas Imam saja. Saya menjabat sebagai kepala HRD diperusahaan ini.”
"Saya akan membagi tugas dan tanggung jawab selama kalian magang disini."
“Ameera dan Naomi, kalian ditempatkan di divisi administrasi dan keuangan.”
“Barra dan Emon di divisi perencanaan.”
“Sedangkan Donny, divisi pengolahan.”
“Apakah ada yang ingin ditanyakan?”
“Ya sudah kalau tidak ada yang ingin ditanyakan, saya akan memulai mengajak kalian berkeliling. Mari ikut dengan saya!”
Mereka mengikuti Pak Imam dari belakang. Pria itu sibuk memperkenalkan Ameera dan kawan-kawan ke seluruh karyawan. Hari pertama magang, mereka habiskan untuk berkeliling dan mempelajari tugas serta kewajiban selama berada disana.
Tepat pukul delapan pagi, semua karyawan sudah bersiap dengan pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing. Mereka berkutat dengan monitor dan keyboard yang ada diatas meja kerja. Suara ketikan tombol keyboard menggema memenuhi ruangan.
“Selamat pagi Tuan Mark,” sapa security yang berjaga di depan pintu masuk perusahaan.
Pria itu tidak membalas, ia hanya melengos berjalan meninggalkan pintu lobi menuju lift. Ia berjalan dengan tegap dan penuh wibawa.
“Hari ini lima orang mahasiswa magang mulai bekerja untuk pertama kali.”
“Pastikan mereka tidak membuat masalah selama bekerja disini.” ucap pria itu dingin.
“Baik tuan.”
“Minta kepala HRD menghadapku sekalian ajak kelima mahasiswa itu juga.”
“Baik tuan," ucap Joe yang merupakan asisten pribadi pria tersebut.
“Permisi tuan,” Pak Imam muncul dari balik pintu diikuti kelima mahasiswa yang sedang magang di PT Indah Sentosa.
Pak Imam, Ameera, Naomi, Donny, Barra dan Emon memasuki ruangan.
Ruangan itu di dominasi warna putih dan cream, ditengah ruangan terdapat satu set meja kerja lengkap dengan monitor dan keyboard serta kursi hitam dibelakang meja. Di samping kanan terdapat dua buah sofa panjang berwarna hitam.
Di atas kursi kerja berbahan busa dengan bantal sandaran kepala dan penopang lengan, duduk seorang pria sekitar berusia 26 tahun dengan tinggi badan tidak kurang dari 180 cm.
“Tuan, ini adalah lima mahasiswa yang akan magang selama tiga bulan kedepan. Saya akan memperkenalkan mereka satu-satu. Mulai dari kanan saya adalah Donny ketua kelompok, Emon, Barra, Naomi dan yang terakhir Ameera.”
Tak ada satupun dari mereka yang berani menatap wajah pria di depan namun entah dorongan dari mana tiba-tiba wajah gadis itu mendongak dan menatap wajah pria dihadapannya.
Deg!
Jantung Ameera dalam sekejap berhenti berdetak, mata lancangnya telah bertemu pandang dengan pemilik tatapan dingin yang memiliki rupa sangat rupawan. Hidung mancung, alis tebal dan terdapat lesung dagu.
Segera gadis itu menundukan pandangan. Rasa mual, keringat dingin tanpa ia sadari mengucur dari pelipis. Ia segera mengusap dengan jari telunjuknya yang telanjang.
“Astaga, apa yang telah aku lakukan!” Ameera segera merutuki kebodohannya.
Bagaimana mungkin ia bisa memiliki keberanian untuk memandang wajah atasannya yang sedang duduk di kursi kebanggaan.
“Saya hanya ingin berpesan kepada kalian, tolong selama bekerja disini jangan sampai membuat kesalahan sedikitpun.”
“Jika butuh apa-apa kalian bisa bertanya kepada Pak Imam.”
“Untuk job description sudah saya jelaskan tuan.”
“Hu’um.” jawab pria itu singkat.
“Naomi dan Ameera, saya tugaskan dibagian divisi administrasi dan keuangan sisanya di perencanaan dan pengolahan.”
“Divisi administasi dan akuntansi, saya minta satu orang saja sisanya bisa bekerjasama dengan Joe.”
“Kamu, mulai saat ini bekerja langsung dibawah pengawasan asisten saya,” ujar pria itu sambil menunjuk kearah Ameera.
“Sisanya bisa kembali keruangan masing-masing dan kamu…..”
“Tetap disini.”
Semua orang kembali keruangan masing-masing terkecuali Ameera. Gadis itu masih berdiri mematung ditemani Joe.
“Nona….” tanya Joe.
“Nama saya Ameera Chantika,” ucap Ameera dengan mengalihkan pandangan kearah lain.
Gadis itu tidak berani menatap kembali wajah rupawan boss nya.
“Baik Nona Ameera, sebelumnya perkenalkan nama saya Joe yang akan mengawasi langsung pekerjaanmu selama magang disini.”
“Kamu akan menjadi asisten saya, menemani Tuan Mark dan mengurus semua keperluan beliau.”
“Ruanganmu tepat berada di samping ruangan CEO untuk memudahkan Tuan Mark jika membutuhkan bantuanmu.” ucap Joe panjang lebar.
Ameera hanya menganggukan kepala. Sesekali menggaruk bagian tengkuknya yang tidak gatal. Ia meremas telapak tangan karena gugup.
“Sial! Apa yang terjadi dengan ku?” Gerutu Ameera dalam hati.
Ia hanya berani mengumpat dalam hati tidak berani mengucapkan secara langsung karena tidak memiliki keberanian berkata kasar di depan atasannya tempat ia magang. Bisa-bisa baru pertama kali masuk kerja sudah langsung di depak dan langsung mendapatkan nilai 0 untuk tugas akhir kampus. Bagaimana dengan nasib keluarganya jika ia di blacklist dari seluruh perusahaan yang ada di Indonesia akibat terlalu lancang dalam bertutur kata.
“Baik tuan.”
“Pukul dua belas nanti, kamu ikut saya bertemu klien.”
Mark memberikan instruksi dengan tangannya, meminta agar gadis itu segera mengambil barang bawaannya dan memindahkannya ke ruangan disamping ruangan CEO.
“Untung saja aku diperbolehkan meninggalkan ruangan. Jika berlama-lama berada disana mungkin saja aku akan jatuh cinta kepadanya," ucap Ameera lirih.
***
Siang harinya sesuai rencana, Mark dan Ameera pergi menemui Mr. Lee di sebuah bar. Mereka pergi diantar seorang supir sementara Joe mengurusi pekerjaan lain.
Di dalam mobil, Ameera duduk di samping kemudi sedangkan Mark duduk di kursi belakang. Terjadi kecanggungan diantara mereka, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan sama sekali. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak sengaja mata Ameera beradu pandang dengan atasannya. Gadis itu terpesona dan matanya tak berkedip memandangi keindahan ciptaan Tuhan.
"Apakah aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama?" Tanya Ameera dalam hati.
Gadis itu berperang dengan pikirannya sendiri, ia mencoba menepis rasa yang tumbuh dihatinya. Disaat Ameera mencoba menjernihkan pikiran, suara serak pak supir mengagetkannya.
"Sudah sampai tuan dan nona."
Ameera turun terlebih dulu dan membukakan pintu untuk Mark. Mereka berjalan masuk ke dalam bar.
"Halo, Mr. Lee. Apa kabar?" Mark menjabat tangan rekan kerjanya.
"Halo Tuan Mark, kabar saya baik-baik saja."
Kemudian mereka terlibat percakapan membahas soal pekerjaan.
Ameera meminta izin untuk pergi ke toilet. Saat ia kembali, alangkah terkejutnya gadis itu mendapati tubuh Mark dalam keadaan lemah. Ia berlari menghampiri atasannya.
"Tuan, apa yang sudah anda berikan?"
"Tuan Mark hanya mabuk, karena terlalu banyak minum," ucap Mr. Lee acuh.
"Ameera, cepat bawa aku pergi dari sini," pinta Mark lirih.
Gadis itu memapah tubuh kekar Mark keluar. Di dalam mobil, Mark berteriak kepanasan. Ia melepaskan setelan jas yang dikenakan, melepaskan dasi dan manik kancing kemejanya.
"Pak, tolong bawa kami ke hotel terdekat."
Ameera memutuskan membawa Mark ke sebuah hotel, ia cemas dengan kondisi atasannya. Tubuh pria itu panas dan mengeluarkan banyak peluh.
Kini mereka berdua sudah ada di dalam kamar, gadis itu susah payah membawa tubuh Mark ke dalam kamar. Ia membaringkannya di atas ranjang, saat hendak beranjak, tiba-tiba saja sebuah tangan menarik tubuh Ameera dan kini posisi gadis itu tepat dibawah Mark.
Ameera melihat kelopak mata pria itu sudah diselimuti kabut gairaah akibat obat perangsang yang diberikan oleh Mr. Lee secara diam-diam, menyebabkan Mark kehilangan kendali dan ingin segera melampiaskan hasratnya.
"T-tuan, apa yang ingin anda lakukan?" Tanya Ameera gugup.
to be continued....
Ameera panik karena saat ini mata indah berwarna coklat milik Mark menatapnya dengan tajam. Pria itu mencengkram kedua lengan Ameera dan mengikatnya menggunakan dasi.
Mark melepaskan ikat pinggang dan seluruh pakaiannya tanpa tersisa, dengan napas tersengal-sengal ia melepaskan rok dan blouse milik Ameera. Pria itu mencium bibir Ameera dengan rakus dan memberikan kiss mark dileher dan punggung. Tubuh mulus Ameera kini tertutupi oleh kiss mark yang diberikan oleh pria itu.
"Tuan, tolong jangan lakukan ini," Ameera berusaha berontak tapi sia-sia karena tenaga Mark begitu kuat.
"Diam!" teriak Mark, pria itu dengan buas menerkam kembali tubuh Ameera.
Beberapa menit kemudian, Mark berhasil merebut kesucian gadis itu secara paksa.
Ameera tak menyangka bahwa Mark tega merampas mahkota yang ia jaga selama ini. Gadis itu menangis tersendu-sendu mengingat kejadiaan naas yang menimpanya.
Sejak saat itu, Ameera berubah menjadi gadis pemurung dan menutup diri dengan lingkungan. Hingga suatu hari, ia harus menerima kenyataan bahwa saat ini didalam rahimnya tumbuh seorang malaikat kecil. Gadis itu bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, ia tidak mungkin tega melenyapkan janin yang baru saja tumbuh dalam rahimnya dengan terpaksa Ameera memberitahu Mark bahwa saat ini ada nyawa lain didalam perutnya.
"Tuan, ada yang ingin saya bicarakan dengan anda." ucap Ameera, ia sengaja menemui atasannya untuk memberi kabar kehamilannya.
"Cepat katakan, ada apa?" Jawab Mark dingin.
"Saya hamil," ucap Ameera singkat.
"Kamu serius?"
"Iya tuan, kata dokter sudah memasuki usia kandungan empat minggu," lanjut gadis itu.
Mata Mark berbinar-binar, membayangkan bahwa di dalam rahim Ameera tumbuh calon anaknya.
"Jika tuan tidak ingin bertanggung jawab, saya akan menggugurkannya."
"Tidak, jangan gugurkan anak itu."
"Saya akan bertanggung jawab tapi pernikahan kita akan dilakukan secara siri."
"Kenapa secara siri tuan?" Tanya Ameera heran.
"Sudah, jangan banyak tanya!"
Selang tiga hari kemudian, Mark dan Ameera melangsungkan pernikahan secara siri. Pernikahan itu hanya dihadiri oleh kedua orang tua Ameera, Joe dan ketua RT setempat. Di hadapan penghulu, Mark dengan lantang mengucapkan ijab qabul dan mereka pun resmi menjadi suami istri.
***
Waktu berlalu dengan begitu cepat, kini Ameera dan teman-teman sudah terbiasa dengan aturan dan cara kerja yang diterapkan oleh perusahaan. Mereka mengerjakan semua pekerjaan dengan suka cita, performa kelima mahasiswa magang tersebut bisa diacungi jempol bahkan Mark selaku CEO perusahaan sangat puas dengan kinerja Ameera dan kawan-kawan.
Siang itu, sebuah mobil mewah berwarna hitam baru saja berhenti di depan pintu masuk perusahaan. Seorang wanita cantik berparas rupawan bak seperti Dewi Aphrodite yang diyakini oleh orang Yunani merupakan dewi tercantik dalam mitologi Yunani. Rambut panjang lurus dengan model poni layer tepat dibawah dagu menciptakan wajah anggun dan di bagian ujung rambut dibuat bergelombang membuat penampilan wanita itu begitu menawan. Para karyawan perusahaan begitu terpesona dengan kedatangan wanita itu yang tak lain adalah Stevanie, istri dari CEO PT Indah Sentosa.
Kabar pernikahan siri antara Mark dengan Ameera terdengar sampai ke telinga Stevanie, istri pertama Mark. Ia begitu marah karena secara diam-diam suaminya sudah menikah lagi dengan wanita lain dibelakangnya. Amarah wanita itu semakin menjadi-jadi tatkala mengetahui bahwa saat ini madunya tengah mengandung buah cinta mereka, membuatnya semakin membenci dan ingin rasanya melenyapkan Ameera berserta kandungannya.
"Selamat siang nyonya," sapa security yang bertugas menjaga pintu masuk perusahaan.
"Hu'um," jawab wanita itu singkat.
Stevanie mendekati meja resepsionis.
"Aku ingin bertemu suamiku!" Ucap wanita itu kesal.
"Tuan Mark ada di ruangan, nyonya. Silakan masuk."
Tanpa menunggu lama, Stevanie langsung menaiki lift menuju ruangan CEO tempat suaminya menghabiskan waktu mengurusi perusahaan.
"Mas!" Ucap Stevanie saat kaki jenjangnya memasuki ruangan.
"Sayang, tumben main ke kantor," Mark memberikan kecupan hangat di kening istrinya.
"Kenapa kamu menikah lagi dibelakangku?" Stevanie bertolak pinggang.
"Kamu tahu dari mana berita itu?" Tanya Mark gugup.
"Tidak penting, cepat jawab pertanyaanku!"
"Aku menikahi gadis itu karena saat ini ia sedang berbadan dua. Satu bulan lalu akibat obat perangsang aku merebut kesuciannya secara paksa."
"Apa?"
"Lantas kenapa kamu tidak memberitahuku!" Stevanie menjatuhkan tubuhnya secara kasar ke atas sofa.
"Aku belum siap sayang. Ku mohon, tolong maafkan aku." Mark berjongkok dan menggenggam tangan istrinya.
"Baiklah, aku akan memaafkanmu tapi janji jangan buat kesalahan lagi."
"Tentu sayang."
Mark memeluk erat tubuh Stevanie.
Saat keduanya asyik bercumbu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Di luar sana seorang gadis muda tengah berdiri membawa dua buah dokumen kerjasama yang harus ditanda tangani oleh Mark.
"Permisi tuan, ini dokumen yang anda minta." ucap Ameera lembut.
Stevanie menunjukan sikap tidak sukanya terhadap gadis itu. Ia memperhatikan penampilan Ameera dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Wanita itu iri dengan bentuk tubuh dan kecantikan Ameera, walau tanpa polesan tebal namun kecantikannya begitu alami
"Oh, jadi kamu istri kedua suami saya," ucap Stevanie penuh nada sindiran.
"Maaf nyonya, apa anda berbicara kepada saya?"
"Kamu pikir saya berbicara kepada siapa?"
"Tunggu, istri kedua. Maksud anda....?"
"Perkenalkan, saya Stevanie Pieter. Istri sah bosmu!"
Jleger!
Ibarat mendengar gemuruh petir di siang bolong, kabar itu begitu tiba-tiba membuat tubuh Ameera melemas seketika. Kakinya seolah tak mampu menopang beban tubuh, ia menyentuh meja kerja Mark dan perlahan-lahan duduk di kursi.
"Kamu pikir suami saya masih single!" Tanya Stevanie sinis.
"Asal kamu tahu, statusmu tidak lebih dari istri siri Tuan Mark jadi jangan harap akan mendapatkan sebagian harta dari penghasilan perusahaan ini."
"Lagipula, Tuan Mark tidak akan sudi menikahimu jika di dalam perutmu tidak ada calon anaknya!"
"Dia menikahimu demi bayi itu!"
"Cinta dan kasih sayang Tuan Mark hanya untuk saya seorang."
Stevanie berdiri dengan angkuh di depan meja kerja suaminya. Ia begitu geram melihat istri kedua suaminya, saat masih berada dirumah, wanita itu sudah merencanakan sebuah rencana besar untuk mencelakai Ameera dan bayi dalam kandungannya, karena Stevanie tidak sudi jika harus berbagi suami dengan wanita lain. Apalagi harus berbagi cinta dan kasih sayang yang sebelumnya hanya untuknya seorang namun kini posisi Stevanie dalam hati Mark terancam akibat kehadiran orang ketiga dalam rumah tangganya.
"Sudah sayang, jangan kamu lampiaskan kemarahanmu kepada Ameera. Kasihan bayi dalam kandungannya. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada calon anakku."
Mark menyentuh pundak istrinya, mencoba membujuk agar wanita itu tidak marah lagi kepada Ameera.
"Baik, aku tidak akan memarahinya lagi tapi dengan satu syarat. Kamu harus makan siang bersamaku."
"Tentu saja!" ucap Mark.
"Bagus, akhirnya rencana pertamaku untuk mencelakai gadis ini beserta janinnya berjalan lancar. Dengan aku memarahinya, maka mental dan jiwanya terganggu dan itu akan berakibat buruk terhadap kandungannya," ucap Stevanie dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!