Story Halwa Dan Zalwa

Story Halwa Dan Zalwa

SEBELUM OPERASI WAJAH

Halwa merupakan anak kedua dari pasangan suami istri yang bernama ibu Anih dan Ayah Husein. Meski begitu ia mempunyai kakak bernama Zalwa yang lebih cantik parasnya.

Musik telah berhenti, Halwa berdiri di depan cermin full body yang menempel di lemari pakaian dengan bibir yang melengkung ke atas lebar, membentuk senyum manis yang mengawali pagi hari senin ini.

Senyum Halwa luntur dan wajahnya berubah murung.

"Bekas jerawatnya aja belum hilang, eh ... muncul jerawat lagi belum lagi tompel wajah setengah hitam," gumam gadis itu sembari memegang dahi dengan posisi di dekat alis kanannya yang tebal.

Huffh!! sudahlah, Halwa tak mau membeberkan semua rasa sakitnya yang dia simpan entah sampai kapan, mungkin saja sampai dirinya merasa sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang selalu dia rasakan akibat ucapan orang orang yang dia sayangi, terutama ibu dari kekasihnya.

"Inget! Lo jangan pernah sekalipun keluar kamar selama masih ada temen gue di bawah, ngerti?!" itu kata Zalwa karna operasi wajahnya berhasil, tidak seperti Halwa gagal karna terlalu banyak campur klinik kecantikan.

Halwa mengangguk, lalu ia mengambil minum di dapur. Sebelum itu Halwa mendekatkan dirinya di dekat pintu kamarnya, menempelkan telinga kanannya di sana, mencoba mendengarkan suara di luar.

'Kayak udah nggak ada suara, mungkin aja temen Zalwa udah pada pulang kali ya' batin Halwa, lalu membuka pintu yang awalnya dia kunci itu.

Perlahan tapi pasti Halwa melangkah menuju arah tangga, menuruni satu persatu anak tangga dengan kepala menunduk, tanpa tahu bahwa di ruang keluarga yang letaknya dekat dengan tangga ke arah lantai dua itu terdapat beberapa remaja yang tengah sibuk dengan urusan masing masing.

Tap tap tap!!!

Suara langkah kaki yang beralaskan sandal rumahan itu dapat mengalihkan atensi kelima remaja yang tengah duduk santai di sofa ruang keluarga.

"Widihh, siapa tuh Zal," celetuk salah satu remaja di sana yang membuat Halwa spontan berhenti di undakan tangga terakhir dengan tubuh menegang.

"Adik gue. Halwa namanya." lirih kecil suara Zalwa.

"Ho'oh siapa tuh Zalwa, keknya cantik tuh, kenalin dong," timpal remaja yang memakai kaos trendy.

Evan yang duduk di single sofa gelagapan.

"H–hah? Yang kalian maksud siapa?" tanya Evan pura pura tidak tahu.

"Itu tuh yang berdiri kek patung di tangga," jawab remaja yang memakai anting hitam di telinga kanannya meski tempelan. Ujar Eros.

Evan melirik Halwa sekilas, lalu berujar berbohong dengan mencoba santai.

"Dia itu Ha .." Zalwa terdiam kala teman baiknya Evan nyeletug.

"Ohh itu pasti anaknya pembantu Zalwa, dia mungkin baru aja bersihin lantai atas."

Sakit, sungguh sakit hati Halwa setelah mendengar apa yang diucapkan teman kakaknya itu. Tak tahan, Halwa berlari berbalik arah kembali menuju kamarnya.

"Ohhh, tapi itu kenapa naik lagi ke atas?" tanya Eros yang tak mempermasalahkan face dalam berteman.

Dan itu adalah memori kelam Halwa pertama kali di saat masih remaja, hingga mereka dipertemukan kembali setelah dewasa dan bekerja setelah lulus kuliah dengan wajah dan tampilan berbeda. Halwa merubah namanya menjadi Zia karna tak ingin dikenal sebagai gadis tompel setengah hitam.

***

BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN.

"Memangnya bayangan cintamu seperti Apa sih Wa?" senyum Dewi kala menatap Halwa yang sering di panggil Zia. Ia adalah sahabat berbeda sekolah, yang mengetahui nama panggilan asingnya. Bahkan Eros saja tidak tau.

"Yang jelas, dia itu sangat baik. Mampu membuat aku tersenyum, dua puluh empat jam nonstop di sisi aku." lirik Zia pada Dewi.

"Hadeuh, berlebihan. Dahlah gue cabut, lihat tuh pangeran Loh di sana udah terlihat jemput!" ungkap Dewi yang terlihat kesal, karna Zia sahabat baiknya itu terlihat bucin pada kekasihnya.

Hingga dimana mereka berpisah, namun ada raut tak biasa. Kala Halwa menatap mas Eros kakak kelasnya yang telah lulus dan di bangku kuliah semester akhir saat ini.

"Kok gak bilang mau jemput?" tanya Halwa.

"Surprise lah, masa buat pacarku aku bilang bilang sih." senyum Eros mengelus rambut lurus Halwa.

"Gombal deh, masa sih mas Eros datang tiba tiba. Pasti ada something nih. Ya kan, mas Eros mau buat kejutan apalagi sih. Mas Eros tuh selalu buat aku bahagia setiap saat. Dan .."

Hap! Eros memasukan coklat kesukaan Halwa. Ia sadar kala Halwa telah cerewet, cara merem agar tak terus mengoceh adalah dengan memasukan coklat lumer kedalam mulut Halwa.

"Mas Eros jail deh." senyum sebal Halwa.

"Habis kamu cerewet banget sih. Yank!" senyum Eros mencium kilat pipi Halwa.

"Eeeikh, mas Eros. Ini kan ruang umum, gila deh buat kecupan ga bilang bilang." menutup wajah karna malu.

"Sory. Yank, gimana uts akhirmu. Bakal lulus gak?"

"Mas Er, nih. Jangan gitu dong. Halwa udah semangat banget ini. Biar bisa satu jurusan satu kuliah bareng kita!" senyum Halwa pada Eros.

"Tapi kamu masuk, mas udah di balik gedung. S2 Wa," ketusnya.

"Tapi kan masih satu kampus mas, aku jadi gak sabar. Apa idola pacar ganteng aku ini tenar juga kaya di sekolah alumni abu abu." ledeknya.

"Ya udah, mas anter sampai depan gerbang ya!"

Halwa mengangguk, dengan motor bebek berwarna telor asin. Halwa di bonceng, terus terang dia adalah pacar diam diam Halwa semenjak pertama kali masuk. Hubungannya jangan di tanya, selalu aja putus nyambung kaya benang layangan berwarna warni yang putus di cari kembali, lalu di sambungin lagi.

Hingga di jalan, Halwa teringat kala pandangannya pada bahu punggung Eros. Sambil merentangkan kedua tangannya akan bahagia di bonceng dengan kekasihnya itu.

Eros adalah kakak pembina yang humble. Yang membuat dirinya semangat dan beruntung. Dari tugasnya mendapat bully di sekolah. Tapi seiring kepintaran dan prestasi. Ia jadi dekat dengan ketua osis. Selama ini, ia menjalani hubungan secara backstreet. Hanya Lara teman baik Halwa yang mengetahui hubungan mereka. Selalu aman dari terpaan gosip di sekolah.

"Bye. Udah mas Eros hati hati. Cepet sarjana biar bisa tandain aku ya!" tawanya menggoda.

"Kamu nih Wa. Bikin mas kesemsem aja sama senyum kamu. Makasih ya, mau hubungan pacaran kita dengan banyak terjangan kamu tetap ada. Terkadang senyuman kamu tuh bikin mas rindu, ga sabar pengen lulus S2. Doain biar kerjaan proyek mas nanti, bisa di terima!"

"Amiin. Aku selalu doakan ke suksesan mas Eros. Pastinya, dah akh. Aku masuk dulu, nanti mama sama ayah nongol lagi, ga enak soalnya kalau pulang telat terus. Ladenin mas terus aku ga sampe ke dalem nih!" senyum malu.

"Heuuumph. Baik baik dek Halwa!" sapa Eros dengan senyum sumringah.

Sesampai di pagar Rumah. Halwa di buat terkejut, kala rumahnya ramai.

"Mama!" teriak Halwa.

Halwa berlari dan mengejar keramaian, ia menyenggol bahu orangtua dengan permisi. Permisi bu! Permisi pak! ada apa ini sih??!

"Mama, Ama kenapa. Ka Zalwa ada apa dengan Ama?" histeris Halwa.

"Dek, Ama gak apa. Kamu tenangin diri, jangan panikan ya!" pinta Zalwa sang kakak.

"Terus, Ama kenapa kak?" huhuu mode menangis. Namun Zalwa memeluk sang adik.

"Ama, udah di cek pak mantri. Jangan nangis deh, lebay tau gak. Ama ga sengaja kepeleset, udah ga apa kok. Kamu jangan cengeng ya malu tau gak!"

Halwa mengusap air mata di pipi, setelah itu Zalwa berterimakasih karna tetangga membantunya menggontong dan membantu sang Ama cepat tertolong.

"Kak, pipi Ama dan kening kok biru. Jatuh emang bisa seperti ini ya?"

"Iya, udah gih. Ga usah khawatir, kamu bersih bersih dulu. Jangan buat Ama tambah sedih. Masa gadis Ama bisa bisanya cengeng, katanya udah punya cowo. Kenalin dong, Ama sama kakak pengen tau!"

"Ikh, apaan sih akak. Aku lagi tanya kondisi Ama. Malah yang lain. Owh ya, kak. Apa ayah udah tau, kalau Ama jatuh?"

Zalwa terdiam, seperti ada sesuatu yang di sembunyikan. Namun Zalwa pandai menyimpan rasa sebuah kekecewaan, tidak ingin adiknya merasakan pahit dan emosi tapi tak bisa berbuat apa apa. Ia hanya bisa berjanji pada Ama. Untuk menutup dan menjaga rapat semua yang ia lihat.

"Udah dik. Ayah bentar lagi juga sampai. Mungkin besok malam, ayah lagi di luar kota. Kamu yang semangat ya belajarnya!"

"Heuuuumph. Oke kak, aku masuk dulu ya!" senyum kecup Halwa ke kening kak Zalwa dan Ama.

Halwa di kamar meletakkan tas selempang, lalu bersandar pada kasur yang empuk. Membuka jendela dan menatap pemandangan yang terlihat asri. Ya, tak jauh adalah sebuah perbukitan gunung. Meski rumahnya paling terlihat mewah dari desanya. Tapi Halwa selalu ramah, bahkan ia mempunyai Mama dan Ayah yang membuat ia jadi panutan.

"Kamu lihat cinta, kelak kamu dan aku bersatu. Akan menjadi sosok keluarga bahagia. Seperti Ama Anih dan Ayah Husein. Mereka adalah orangtua aku pastinya dong. Yang paling super best!" lirik Halwa pada sebuah tulisan kertas berbentuk hati.

Halwa ingat akan manisnya mas Eros. Meski waktu masa sekolah ia selalu cemburu karna Eros ketua osis sekaligus pembina pramuka. Ia paling tenar dan tampan. Sudah pasti banyak hal kecil yang membuat mereka sama sama egois dan putus nyambung.

Tapi seiringnya waktu, satu tahun belakangan. Halwa merasa Eros membawa dirinya semakin dewasa. Apalagi saat first love. Halwa di buat gugup dan candu. Serasa dunia miliknya berdua, meski begitu ia tau batas. Hingga Eros berjanji kelak sarjana ia akan meminang Halwa secepatnya.

Saat Halwa sedang melamun tentang Eros, tiba saja sebuah pesan masuk. Membuat dirinya terkejut dan melempar ponselnya tak sengaja. Ia melihat buku diary Zalwa yang mencintai Eros diam diam, namun hatinya bingung harus bahagia atau pilu.

Brak! Halwaaa ...!! teriak Zalwa.

Terpopuler

Comments

Bella

Bella

Mulai baca

2022-02-21

0

DIARA VS

DIARA VS

Mulai baca

2022-02-12

0

Ratna0789

Ratna0789

cus langsung kesini nih kak

2022-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!