NovelToon NovelToon

Story Halwa Dan Zalwa

SEBELUM OPERASI WAJAH

Halwa merupakan anak kedua dari pasangan suami istri yang bernama ibu Anih dan Ayah Husein. Meski begitu ia mempunyai kakak bernama Zalwa yang lebih cantik parasnya.

Musik telah berhenti, Halwa berdiri di depan cermin full body yang menempel di lemari pakaian dengan bibir yang melengkung ke atas lebar, membentuk senyum manis yang mengawali pagi hari senin ini.

Senyum Halwa luntur dan wajahnya berubah murung.

"Bekas jerawatnya aja belum hilang, eh ... muncul jerawat lagi belum lagi tompel wajah setengah hitam," gumam gadis itu sembari memegang dahi dengan posisi di dekat alis kanannya yang tebal.

Huffh!! sudahlah, Halwa tak mau membeberkan semua rasa sakitnya yang dia simpan entah sampai kapan, mungkin saja sampai dirinya merasa sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang selalu dia rasakan akibat ucapan orang orang yang dia sayangi, terutama ibu dari kekasihnya.

"Inget! Lo jangan pernah sekalipun keluar kamar selama masih ada temen gue di bawah, ngerti?!" itu kata Zalwa karna operasi wajahnya berhasil, tidak seperti Halwa gagal karna terlalu banyak campur klinik kecantikan.

Halwa mengangguk, lalu ia mengambil minum di dapur. Sebelum itu Halwa mendekatkan dirinya di dekat pintu kamarnya, menempelkan telinga kanannya di sana, mencoba mendengarkan suara di luar.

'Kayak udah nggak ada suara, mungkin aja temen Zalwa udah pada pulang kali ya' batin Halwa, lalu membuka pintu yang awalnya dia kunci itu.

Perlahan tapi pasti Halwa melangkah menuju arah tangga, menuruni satu persatu anak tangga dengan kepala menunduk, tanpa tahu bahwa di ruang keluarga yang letaknya dekat dengan tangga ke arah lantai dua itu terdapat beberapa remaja yang tengah sibuk dengan urusan masing masing.

Tap tap tap!!!

Suara langkah kaki yang beralaskan sandal rumahan itu dapat mengalihkan atensi kelima remaja yang tengah duduk santai di sofa ruang keluarga.

"Widihh, siapa tuh Zal," celetuk salah satu remaja di sana yang membuat Halwa spontan berhenti di undakan tangga terakhir dengan tubuh menegang.

"Adik gue. Halwa namanya." lirih kecil suara Zalwa.

"Ho'oh siapa tuh Zalwa, keknya cantik tuh, kenalin dong," timpal remaja yang memakai kaos trendy.

Evan yang duduk di single sofa gelagapan.

"H–hah? Yang kalian maksud siapa?" tanya Evan pura pura tidak tahu.

"Itu tuh yang berdiri kek patung di tangga," jawab remaja yang memakai anting hitam di telinga kanannya meski tempelan. Ujar Eros.

Evan melirik Halwa sekilas, lalu berujar berbohong dengan mencoba santai.

"Dia itu Ha .." Zalwa terdiam kala teman baiknya Evan nyeletug.

"Ohh itu pasti anaknya pembantu Zalwa, dia mungkin baru aja bersihin lantai atas."

Sakit, sungguh sakit hati Halwa setelah mendengar apa yang diucapkan teman kakaknya itu. Tak tahan, Halwa berlari berbalik arah kembali menuju kamarnya.

"Ohhh, tapi itu kenapa naik lagi ke atas?" tanya Eros yang tak mempermasalahkan face dalam berteman.

Dan itu adalah memori kelam Halwa pertama kali di saat masih remaja, hingga mereka dipertemukan kembali setelah dewasa dan bekerja setelah lulus kuliah dengan wajah dan tampilan berbeda. Halwa merubah namanya menjadi Zia karna tak ingin dikenal sebagai gadis tompel setengah hitam.

***

BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN.

"Memangnya bayangan cintamu seperti Apa sih Wa?" senyum Dewi kala menatap Halwa yang sering di panggil Zia. Ia adalah sahabat berbeda sekolah, yang mengetahui nama panggilan asingnya. Bahkan Eros saja tidak tau.

"Yang jelas, dia itu sangat baik. Mampu membuat aku tersenyum, dua puluh empat jam nonstop di sisi aku." lirik Zia pada Dewi.

"Hadeuh, berlebihan. Dahlah gue cabut, lihat tuh pangeran Loh di sana udah terlihat jemput!" ungkap Dewi yang terlihat kesal, karna Zia sahabat baiknya itu terlihat bucin pada kekasihnya.

Hingga dimana mereka berpisah, namun ada raut tak biasa. Kala Halwa menatap mas Eros kakak kelasnya yang telah lulus dan di bangku kuliah semester akhir saat ini.

"Kok gak bilang mau jemput?" tanya Halwa.

"Surprise lah, masa buat pacarku aku bilang bilang sih." senyum Eros mengelus rambut lurus Halwa.

"Gombal deh, masa sih mas Eros datang tiba tiba. Pasti ada something nih. Ya kan, mas Eros mau buat kejutan apalagi sih. Mas Eros tuh selalu buat aku bahagia setiap saat. Dan .."

Hap! Eros memasukan coklat kesukaan Halwa. Ia sadar kala Halwa telah cerewet, cara merem agar tak terus mengoceh adalah dengan memasukan coklat lumer kedalam mulut Halwa.

"Mas Eros jail deh." senyum sebal Halwa.

"Habis kamu cerewet banget sih. Yank!" senyum Eros mencium kilat pipi Halwa.

"Eeeikh, mas Eros. Ini kan ruang umum, gila deh buat kecupan ga bilang bilang." menutup wajah karna malu.

"Sory. Yank, gimana uts akhirmu. Bakal lulus gak?"

"Mas Er, nih. Jangan gitu dong. Halwa udah semangat banget ini. Biar bisa satu jurusan satu kuliah bareng kita!" senyum Halwa pada Eros.

"Tapi kamu masuk, mas udah di balik gedung. S2 Wa," ketusnya.

"Tapi kan masih satu kampus mas, aku jadi gak sabar. Apa idola pacar ganteng aku ini tenar juga kaya di sekolah alumni abu abu." ledeknya.

"Ya udah, mas anter sampai depan gerbang ya!"

Halwa mengangguk, dengan motor bebek berwarna telor asin. Halwa di bonceng, terus terang dia adalah pacar diam diam Halwa semenjak pertama kali masuk. Hubungannya jangan di tanya, selalu aja putus nyambung kaya benang layangan berwarna warni yang putus di cari kembali, lalu di sambungin lagi.

Hingga di jalan, Halwa teringat kala pandangannya pada bahu punggung Eros. Sambil merentangkan kedua tangannya akan bahagia di bonceng dengan kekasihnya itu.

Eros adalah kakak pembina yang humble. Yang membuat dirinya semangat dan beruntung. Dari tugasnya mendapat bully di sekolah. Tapi seiring kepintaran dan prestasi. Ia jadi dekat dengan ketua osis. Selama ini, ia menjalani hubungan secara backstreet. Hanya Lara teman baik Halwa yang mengetahui hubungan mereka. Selalu aman dari terpaan gosip di sekolah.

"Bye. Udah mas Eros hati hati. Cepet sarjana biar bisa tandain aku ya!" tawanya menggoda.

"Kamu nih Wa. Bikin mas kesemsem aja sama senyum kamu. Makasih ya, mau hubungan pacaran kita dengan banyak terjangan kamu tetap ada. Terkadang senyuman kamu tuh bikin mas rindu, ga sabar pengen lulus S2. Doain biar kerjaan proyek mas nanti, bisa di terima!"

"Amiin. Aku selalu doakan ke suksesan mas Eros. Pastinya, dah akh. Aku masuk dulu, nanti mama sama ayah nongol lagi, ga enak soalnya kalau pulang telat terus. Ladenin mas terus aku ga sampe ke dalem nih!" senyum malu.

"Heuuumph. Baik baik dek Halwa!" sapa Eros dengan senyum sumringah.

Sesampai di pagar Rumah. Halwa di buat terkejut, kala rumahnya ramai.

"Mama!" teriak Halwa.

Halwa berlari dan mengejar keramaian, ia menyenggol bahu orangtua dengan permisi. Permisi bu! Permisi pak! ada apa ini sih??!

"Mama, Ama kenapa. Ka Zalwa ada apa dengan Ama?" histeris Halwa.

"Dek, Ama gak apa. Kamu tenangin diri, jangan panikan ya!" pinta Zalwa sang kakak.

"Terus, Ama kenapa kak?" huhuu mode menangis. Namun Zalwa memeluk sang adik.

"Ama, udah di cek pak mantri. Jangan nangis deh, lebay tau gak. Ama ga sengaja kepeleset, udah ga apa kok. Kamu jangan cengeng ya malu tau gak!"

Halwa mengusap air mata di pipi, setelah itu Zalwa berterimakasih karna tetangga membantunya menggontong dan membantu sang Ama cepat tertolong.

"Kak, pipi Ama dan kening kok biru. Jatuh emang bisa seperti ini ya?"

"Iya, udah gih. Ga usah khawatir, kamu bersih bersih dulu. Jangan buat Ama tambah sedih. Masa gadis Ama bisa bisanya cengeng, katanya udah punya cowo. Kenalin dong, Ama sama kakak pengen tau!"

"Ikh, apaan sih akak. Aku lagi tanya kondisi Ama. Malah yang lain. Owh ya, kak. Apa ayah udah tau, kalau Ama jatuh?"

Zalwa terdiam, seperti ada sesuatu yang di sembunyikan. Namun Zalwa pandai menyimpan rasa sebuah kekecewaan, tidak ingin adiknya merasakan pahit dan emosi tapi tak bisa berbuat apa apa. Ia hanya bisa berjanji pada Ama. Untuk menutup dan menjaga rapat semua yang ia lihat.

"Udah dik. Ayah bentar lagi juga sampai. Mungkin besok malam, ayah lagi di luar kota. Kamu yang semangat ya belajarnya!"

"Heuuuumph. Oke kak, aku masuk dulu ya!" senyum kecup Halwa ke kening kak Zalwa dan Ama.

Halwa di kamar meletakkan tas selempang, lalu bersandar pada kasur yang empuk. Membuka jendela dan menatap pemandangan yang terlihat asri. Ya, tak jauh adalah sebuah perbukitan gunung. Meski rumahnya paling terlihat mewah dari desanya. Tapi Halwa selalu ramah, bahkan ia mempunyai Mama dan Ayah yang membuat ia jadi panutan.

"Kamu lihat cinta, kelak kamu dan aku bersatu. Akan menjadi sosok keluarga bahagia. Seperti Ama Anih dan Ayah Husein. Mereka adalah orangtua aku pastinya dong. Yang paling super best!" lirik Halwa pada sebuah tulisan kertas berbentuk hati.

Halwa ingat akan manisnya mas Eros. Meski waktu masa sekolah ia selalu cemburu karna Eros ketua osis sekaligus pembina pramuka. Ia paling tenar dan tampan. Sudah pasti banyak hal kecil yang membuat mereka sama sama egois dan putus nyambung.

Tapi seiringnya waktu, satu tahun belakangan. Halwa merasa Eros membawa dirinya semakin dewasa. Apalagi saat first love. Halwa di buat gugup dan candu. Serasa dunia miliknya berdua, meski begitu ia tau batas. Hingga Eros berjanji kelak sarjana ia akan meminang Halwa secepatnya.

Saat Halwa sedang melamun tentang Eros, tiba saja sebuah pesan masuk. Membuat dirinya terkejut dan melempar ponselnya tak sengaja. Ia melihat buku diary Zalwa yang mencintai Eros diam diam, namun hatinya bingung harus bahagia atau pilu.

Brak! Halwaaa ...!! teriak Zalwa.

BERTUKAR PERAN

Halwa merasa lelah, namun mendengar kesedihan Zalwa membuat ia melepas Eros untuk bersama Zalwa. Ia ingat saat dahulu di bully, awalnya Zalwa memang tak menyukai wajahnya yang terlalu buruk. Seiringnya waktu dengan Herbal, Halwa bisa secantik saat ini meski tak seperti Zalwa. Maka dari itu ia berkorban dan membalas budi pada Zalwa untuk menjadi dirinya.

Ingatan Halwa saat itu membuat sesak di dada, ia hanya diam dan tetap melanjutkan jalannya menuju kelas dengan kepala menunduk menuju rumah. Baginya semua itu sudah biasa, sudah seperti makanan sehari hari untuknya. Bagusnya ada Zalwa yang suport agar dirinya selalu tampil percaya diri.

Namun Halwa sekilas melirik cowok terakhir yang berceletuk.

"Astagfirullah, nggak ngaca apa ya, aku aja eneg sendiri liat wajah sama penampilan kamu", ucap seseorang.

Membuat batin Halwa meringis pelan melihat penampilan cowok yang tak dia kenal itu membully fisiknya. Bahkan meludah, memaki dan masih banyak lagi.

Sehingga Halwa kembali pulang, saat Zalwa lebih dulu sampai dirumah. Ia melihat hal yang tak di inginkan untuk Halwa saat ini mantap meninggalkan dan sulit berkomitmen arti cinta.

Ia begitu terkejut, kenyataan sang Ibu telah di duakan oleh Ayah yang selama ia banggakan. Hingga ia memutuskan dan berlari ke kamar Zalwa sang kakak.

"Kenapa kaka sembunyikan semua ini dari Halwa, kenapa harus ibu menderita oleh Ayah kita kak?" Huhuu tangisan Zia nama panggilan Halwa berada di peluk Zalwa.

"Kamu gak akan mengerti dek, cukup gak usah membahas semua ini. Ibu sudah terlalu sulit, jangan lagi menambah beban!"

"Beban, apa setelah menikah akan banyak beban yang di hadapi. Kak, bantu Halwa jadilah Halwa saat ini, kita bertukar peran. Dengan begitu kita selamatkan ibu dan mahar pernikahan bisa membantu ibu dari jeratan hutang Ayah!"

"Apa maksudmu Dek. Kakak gak ngerti, jangan aneh aneh. Kamu harus sadar dan pikirkan dengan kepala dingin!"

"Ka, kekasih Halwa akan datang. Jadilah pengantin wanita. Eros tidak tau kalau aku punya kembaran, aku mohon kakak mau ya!"

"Enggak dek, pria itu mencintai kamu. Kakak tidak mengenal dan mencintainya!"

"Dia sangat baik, kelak kakak akan jatuh cinta padanya!"

Halwa kembali melepas cincin, lalu di kenakan pada Zalwa. Ia memeluk dan senyum pada sang kakak saat ini. "Maaf, Halwa harus pergi. Titip Ibu kak!"

BAYANGAN ZALWA BERUBAH KALA HALWA BENAR BENAR PERGI DENGAN KILAT.

Saya nikahkan. Halwa dengan seperangkat alat shalat dan emas tersebut, di bayar tunai!! itu adalah bayangan Zalwa yang kini menjadi Halwa palsu. Sungguh miris, ia berada di posisi sulit saat ini.

Tangisnya pecah, karna ketidak adilan hingga ia seberusaha mungkin tetap menunaikan janji menjadi Halwa, sesaat adiknya pergi memberikan kebaya indah di dalam balutan yang tak pernah Zalwa bayangkan.

Hanya bisa meremas kebaya itu, sang ibu masuk dan berusaha menenangkan agar anaknya itu tetap tenang.

Malam ini, Zalwa telah duduk di taman. Ia menghampiri berbagai sebuah restoran yang mirip seperti club. Dengan melihat bangunan besar di penjuru kota Amsterdam. Ia menunggu kedatangan Eros yang tak lain, menunggu hubungannya tak baik jika di teruskan ingin di bawa pergi ke mana, tak mungkin menikah dengan kekasih adiknya. Bagaimanapun, aku Zalwa kakak Halwa, Eros harus mengejar Halwa.

Dengan berat hati, sudah empat jam ia menunggu tak ada batang hidungpun yang muncul. Zalwa benar benar kesal, mengapa ia ada di posisi seperti ini.

JLEGEEER !!! HUJAN RINTIK TURUN SEMAKIN LEBAT. ZALWA TERKEJUT DENGAN MALU.

Zalwa menatap dagunya kala sebuah payung hitam, telah memayungi membuat kepala rambut tak jatuh. Belum lagi sebuah mantel, Eros datang dengan kilat memintanya untuk pulang. Meski tak ingin, awalnya Zalwa ingin tetap membicarakan jika ia bukan Halwa. Tapi beberapa puluh menit, ia terkejut akan sikap manis pria jangkung di hadapannya.

'Dek, apa ini kekasih kamu Eros, kita memang kembar yang sangat mirip. Tapi kepribadian kakak berbeda, apa kakak sanggup di pinang oleh pria dari pilihan ayah yang kasar. Atau kakak harus menikah dengan kekasihmu yang lembut dan sopan. Kenapa kamu pergi dek, jangan membuat pilihan sulit bagi kakak.' batin Zalwa yang kini menjadi Halwa.

Zalwa akhirnya dengan berat hati, harus meletakkan surat dengan sebuah tulisan di bangku panjang. Dengan tulisan untuk Halwa, dengan berat hati ia segera berdiri dan menerima pelukan sang ibu, yang tak mana ia harus mengajak sang ibu agar tak bersedih, dan menikah dengan pria pilihan adiknya yang pergi ke negri sebrang.

Zalwa tak menyangka, jika nasibnya harus begini. Ia ingin sekali berbicara dengan menatap wajah pria bernama Eros, meminta maaf dan meski hubungan mereka harus putus di tengah jalan kelak nanti. Zalwa harus sadar, dan tak boleh putus asa, jika kelak suatu hari pria itu mengetahui hal yang besar ini akan terkuak.

Ia mau tidak mau hanya memilih Eros kini yang harus ia terima, di banding pria pilihan ayah Husein yang sangat kasar terlebih usianya lebih jauh dua puluh tahun. Tidak ada lagi, kebahagiaan selain melihat ibunya tersenyum.

***

BERBEDA HAL DI KEDIAMAN KELUARGA BAHREIN.

"Eros, apa kamu sudah mantap. Malam ini kita harus meminang kekasihmu. Dengan begitu proses pernikahan kalian harus cepat di segerakan, Ya kan Pak?" tanya sang ibu bernama Rita.

Eros hanya tersenyum, dan Pak Sutejo hanya menaikan alis dan semar mesem tersenyum lebar dengan gayanya yang menarik kumis tipis. Ia hanya bisa mendukung pilihan putra sulungnya itu.

Eros menghubungi Halwa, agar malam ini ia bersiap. Dengan perasaan berbunga, ia menatap satu kotak cincin yang terhias di dalam ukiran nama inisal mereka.

Sementara Zalwa, ia terkejut kala pesan dari Eros.

AMAA .. AYAH, GAWAT?? TERIAK ZALWA MENGHAMPIRI MEJA DAPUR.

Ama Anih dan Ayah Husein tertegun menohok, kala Zalwa memberikan sebuah ponsel lipat. Yang memang itu adalah milik Halwa.

"Ama, bagaimana ini. Apa Zalwa tak bisa menolak, andai saja Halwa tak jadi pergi ke negri sebrang." menatap sedih.

"Nak, percayalah. Kamu terima, dan namamu Halwa sayang saat ini dan selamanya! Ini demi kebaikanmu, dengan begitu kamu tidak perlu menikah dengan Bahron anak teman ayahmu." peluk Ama, karna ia tak rela jika Zalwa menikah dengan pria yang notabane pernah gila dan pernah membuat kasus kekerasan pada tetangga.

"Zalwa, kamu terima. Lagi pula ayah sudah melihat sisi baik Eros. Mereka orang ternama, dengan begitu maharmu bisa untuk menebus hutang ayah. Jika kamu tak mau, maka pilihannya adalah Bahron." ketus Ayah Husein bertolak pinggang, dengan menaikan sebuah sarung ia berjalan pergi ke arah luar.

"Ayah, tapi Halwa bagaimana. Kelak kedepannya?" isak Zalwa.

"Wanita itu tidak akan pernah menemui hubungan kalian, sudah berapa kali ayah bilang padamu. Jangan buang waktumu!"

'Tapi, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik. Ama, Zalwa takut akan pernikahan ini dengan sebuah kebohongan.' batin Zalwa merasa sedih meski wajahnya tersenyum, karna Eros pria dulu yang ia sukai

"Sudahlah, ayo masuk Nak! Di luar sangat dingin dan ekstrem, bersiaplah untuk malam ini!"

HAAACIH ..HAAACIH!! BERSIN ZALWA.

Ibu Anih yang selalu di panggil Ama. Ia membantu memberikan mantel pada Zalwa, dengan berat hati Zalwa menerima balutan mantel berbulu itu dengan senyum dan lembut. Ada rasa kesedihan mendalam, kala dirinya harus merusak hubungan dirinya dengan sang adik.

'Kenapa setiap aku mencintai dalam, pria selalu membuatku sakit? Apa aku di takdirkan tak bisa untuk mencintai dan saling mencintai seperti pasangan umumnya dengan pilihanku sendiri," Benak Zalwa menunduk dan bersandar menghadap kaca. Kala dirinya hanya diam tak ingin menoleh ke arah manapun. Jelas ia lebih cantik dari Halwa benaknya menatap cermin.

Hingga ia menatap cermin, lalu membuka lemari dan barang barang Halwa. Tersirat pesan dan sebuah buku kecil kegemaran dan kesukaan Halwa. Tak lupa sebuah pesan surat yang di tulis Halwa sebelum pergi. Betapa hancur dirinya yang tak sebebas Halwa, andai ia tak lemah, mungkin ia bisa pergi bersama Halwa. Dan Zalwa tak terpisahkan. Tapi Ama, Ama anih sang ibu, yang telah menderita. Zalwa tak bisa meninggalkannya sedikitpun.

"Entah aku harus bahagia atau bersedih, kepergian Halwa sudah cukup membuat aku menang di rumah ini." tapi Zalwa menoleh ketika arah pintu mengetuk.

TOOOK .. TOOOK!! SUARA KETUKAN PINTU.

SAH

'Halwa, aku adalah kakak yang bodoh. Bisa tega membuat pria masa depanmu bersanding dengan wanita pembohong.'

Tidak, tapi aku menyelamatkan ibu. Jika ayah tak punya hutang segunung dengan istri sirinya, mungkin ibu tak akan menderita. Andai kamu tau yang sebenarnya Halwa. Jika saja kakak tidak lemah sepertimu, kakak sudah memberitau padamu yang sebenarnya dari awal. Agar kamu ketika tau, tidak akan membuat keputusan gila. Itu adalah benak batin Zalwa sang kakak yang menggantikan pengantin adiknya.

Zalwa masih menatap pria jangkung dengan jambang dan alis yang lebat. Mata yang bulat dan bulu mata yang indah. Ia terpesona kala pria itu memakai jas putih, dengan tersirat kebaya milik Halwa. Dengan gaya dan dandanan seperti Halwa, Zalwa harus merubah jika dia tak bersalah ketika Eros pria yang meminangnya marah dan kecewa ketika kelak semua tak bisa di tutupi.

"BAGAIMANA SAKSI SAH?"

"SAH," Alhamdulillah. Sorak seluruh yang hadir mengucap syukur. Selain tamu yang hadir di antara wali dan penghulu nikah.

Rasa syukur para hadirin yang datang. Sebuah janji suci dan adat sungkeman pun terlantun di acara ijab kabul. Kini ia melihat papan tulisan dan nama buku nikah itu adalah Halwa Tusabina menjadi istri dari seorang pria bernama Eros Admaja. Keturunan jawa bangsawan dengan papa mertua bernama Sutejo Admajadinata.

Eros mencium kening sang istri, Halwa kini menetes harus. Ia harus berlaga bersikap apa, ini pertamakalinya ia di sentuh oleh seorang pria yang sopan. Yang selalu menatapnya dalam dan berbicara gadis manisku.

Andai pria itu tau, lontaran itu adalah untuk Halwa yang asli. Bukan untuk aku wanita yang tidak tau diri, terbuai akan pria rupawan dan gigih seperti Eros. Bahkan aku tak tau latar belakang dia adalah keluarga terpandang, dengan pekerjaan ia saat ini adalah Insinyur dalam perusahaan membangun hotel dan Apartemen ternama milik swasta yang tercatat sebagai karyawan sipil karna gelarnya.

BEBERAPA BULAN KEMUDIAN.

Hari telah di lewati seperti bisanya, Halwa membuat sarapan untuk pria halalnya. Meski ada rasa ingin mengatakan kejujuran di awal, Tapi ia tetap tak bisa dan terus saja membungkam. Akan di mana pria itu sangat manis dan lembut, ia pun tak pernah lagi melihat sang Ama mendapat kekerasan dari Ayah.

"Mas, kamu sudah kenyang. Apa nanti lembur lagi?" mengambil piring yang terlihat kosong.

"Tidak Wawa sayang, mas akan usahakan pulang cepat. Jika mas lembur, mas akan kabari kamu secepatnya. Jika mas lembur, kabarin mas jika kamu ingin tidur di rumah Ama. Kasian Ama, atau jemput Ama untuk tidur di rumah ini sayang!"

"Ya, mas. Aku pasti akan memberitau." senyum Halwa palsu.

Eros tak lupa mengecup kening Halwa, Lalu ia mengendarai sebuah motor bebeknya, namun ia kembali ke tatapan sang istri kala Halwa memintanya menukar kunci.

"Mas, pakai mobil aja. Cuaca sedang hujan!"

"Aah, andai saja cerah. Baiklah, terimakasih sayang. Jaga dirumah dengan baik ya." melambai kiss pada tatapan wanita manis yang telah sah dan halal.

Halwa kembali masuk, ia mengambil tas karna akan kepasar saat ini bersama Ama. Yaitu sang ibu, memang jarak rumah mereka tinggali hanya berbeda gang. Namun ia juga cukup terkejut kala dirinya harus bungkam, tak berterus terang entah sampai kapan.

Took .. Took!!

"Ama, udah siap?"

"Ya nak, Ama pikir kamu gak jadi pergi ke pasar bareng?" senyum Ama.

"Jadi dong Ama, owh ya. Ayah hari ini pulang gak?" tanya Zalwa.

"Wa, kamu itu seperti Wawa, anak kembar Ama yang selalu mengutamakan Ama tersenyum. Ama tadi dapat pesan, Ayah sedang dines luar kota. Belum tau sampai kapan, kenapa emang?"

Zalwa terdiam, ia mengingat mas Eros yang kini sibuk. Takut seperti Ayah Husein yang telah lama sembunyi dan Ama mengetahui Ayah menikah dan mempunyai anak semenjak ia berusia lima belas tahun. Hal itu hanya dirinya sendiri, tapi sikap manis Ama yang manis dan patuh rela di madu. Membuat hatinya ketar ketir, wajar saja ia telah jatuh cinta pada pria bernama Eros. Kekasih Halwa yang asli.

"Kok ngelamun sih, jadi kepasar gak nak?" senggol manja sang ibu.

"Heehe, Ama kagetin aja. Ia nih, Wawa mau ajak Ama nginep gimana. Soalnya mas Eros kemungkinan lembur. Mau ya Ama?" senyum manja bergelanyut di ketiak sang ibu. Alhasil Ama hanya mengangguk, melihat anak sulungnya yang kini tetap saja manja meski sudah memiliki suami.

***

MEETING PERUSAHAAN XC.

Saat ini Eros sedang meeting untuk sebuah pembangunan pemerintahan, yang memang ia akan kembali lembur lagi sudah pasti. Di saat waktu meeting selesai, Eros yang ingin kembali keruangan. Tiba saja Emir sang teman nyeletug tanpa di saring saat mereka masih melingkar di meja meeting. Tak terkecuali sang bos atau klien.

"Heiy .. Heiiy, gue liat pengantin kadang banyak melamun terus, makin banyak beban ya lo Eros?" tanya Emir.

"Apaan sih, gajebo loh. Gue masih belum ada waktu buat ajak bini gue ketempat yang pernah kita janjiin bersama. Mungkin itu peyebabnya." gumam Eros.

"Apaan tuh, bagi bagilah cerita sama kita yang lajang ini?!" sindir Emir.

"Apa Wawa lo udah berubah ya Ros, biasanya kan nikah dan belum nikah berbeda Ros. Yee gak," goda Sandi menatap Emir.

"Apaan sih, kacau lo deh. Udah balik lagi kerja sekarang, kita lembur tau gak, ghibah aja lo!" Eros beranjak.

"Eeh, jangan lupa. Akhir pekan kita bakal kedatangan insinyur kompeten cantik loh Ros, jangan lupa kalau cantik kenalin kita biar ga jomblo ya Pak Eros!" teriak Emir menggoda.

Tapi Eros hanya melambaikan tangan, dan pergi berlalu keruang kantornya. Hingga beberapa saat, ia kembali menatap sebuah gulungan kertas denah. Ia juga sempat mendapat email dari pak Rustandi jika akhir pekan ada insinyur yang datang untuk meminta denah sesuai klien. Hal inilah yang membuat Eros sibuk untuk membahagiakan Halwa pergi ke negeri sebrang di kota Paris dan Amsterdam yang pernah mereka impikan.

Namun ketika bolpen terjatuh, Eros mengambilnya. Ia teringat perkataan Sandi. Membuat dirinya memikirkan Halwa yang tak ingin melanjutkan kuliah, tak pernah menggoda dan ketus manja bersikap konyol seperti biasanya. Hal itu membuat Eros tetap tak memikirkan hal buruk. Namun mengingat dirinya dan impian bersama Halwa Tusabina.

TLIITH .. TLIITH.

Sebuah benda kecil berbunyi dari saku kemejanya. Hal itu membuat Eros termangu diam dan pucat pasi.

***

HELLO, JANGAN LUPA MASUK RAK. DAN JEJAKNYA YA!!

SEMOGA KISAH CINTA ANAK MUDA PENUH IMPIAN MEMBUAT KALIAN SEMAKIN BUCIN TIADA TARA. OR MENGINGAT MASA MASA INDAH, KALAU KITA PERNAH MUDA DAN PERNAH BUCIN HEEEEHEE.

-- HAPPY READING ALL --

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!