Wanita Solihah Pujaan Hati
Duhai Sang Pencipta betapa rindunya hati ini yang tak tau ujungnya.
Ah! Mikir apa aku ini jelas-jelas dia sudah tidak memikirkanku lagi.
Namaku Raisa (Raisa Adita), aku lahir di Bandung, aku tinggal bersama Ayah (Agus Salim), Ibu (Maryati) dan Kakak laki-lakiku (Rangga), aku berada didalam kisahku nampaknya hidupku tak kalah gelap dengan lampu.
"Dasar ayam kampung!" aku kaget kucari denging suara itu.
"Miskin!" kali ini aku menoleh keluar.
"Kau tau? Kehadiran keluargamu pembawa sial!" ini adalah kata kata yang sangat menyedihkan bagiku.
Kulangkahkan kakiku menuju ke sekolah, tetapi aku tak pamit karena Orang Tuaku sudah pergi ke sawah untuk menanam padi kalau di kampung di sebutnya nandur. Aku pergi ke sekolah dengan berjalan kaki bersama teman perempuanku bernama Delia dan Astuti. Aku melewati perjalanan yang cukup jauh kurang lebih 4 Km dari rumah. Meskipun banyak yang menghinaku dan masalah datang lagi - datang lagi.
"Ca?" teman-temanku memanggilku Caca.
" Bagaimana ulanganmu hari ini sudah belajar belum?" tanya Astuti.
"Kalau aku sih semalam sudah belajar sistem kebut semalam, hahahaha..." lanjut astuti sambil tertawa terbahak-bahak.
"Sudah Tut sama aku juga," Jawabku sambil tersenyum.
"Kalau kamu, Del?"tanya Astuti ke Delia sambil menabok punggung Delia.
"Eeeeeemmmm belum Ca, Tut aku semalam ketiduran gimana donk?" jawab Delia panik.
"Ya sudah nanti kita belajar sama-sama lagi Del, Tut?" jawabku sambil menenangkan Delia.
Setiap perjalanan menuju ke Sekolah aku, Astuti dan Delia suka bertukar cerita, eh bukan hanya perjalanan menuju ke sekolah saja tetapi setiap kami berkumpul kami selalu bercerita atau bisa di sebut curhat hehe.
Tak ku hiraukan pandangan-pandangan aneh yang terpancar dari mata orang-orang di sekitarku. Aku bersama teman-teman hanya terus melangkah hingga masuk ke kelas dan duduk di bangkuku, mengambil pulpen dalam tas dan mengerjakan soal ujian.
"Kamu nyontek ya...?" ku dengar kalimat itu aku hanya tersenyum kepada teman yang telah melontarkan kalimat itu, dia teman sekelasku (Sintia Ariani).
"Tidak!" aku menoleh kepadanya dan menjawab.
"Lain kali kumpulkan ya Handphone nya kedepan tidak enak dilihat yang lain!" lanjutnya sambil tersenyum miris.
"Ya Allah sebenarnya Aku tidak nyontek..." kataku didalam hati, tapi aku hanya bisa pasrah.
"Apaan sih, Sin...?" sahut Delia membelaku.
"Diam ya Del aku tak bicara denganmu...!" sambil melotot dengan nada tinggi.
Sintia memang orang yang sangat terkenal di Sekolah. Selain orangnya yang cantik, jago memanah dan idola kaum laki-laki.
"Caca tidak nyontek Sin. Kamu kenapa sih nuduh-nuduh Caca nyontek? Oh...atau Kamu yang tidak bisa mengerjakan soalnya, bilang saja la....h!" Sambung Delia kepancing Emosi.
"Benar Sin Caca tidak nyontek..." Astuti sama-sama kepancing emosi.
Mereka hampir berantem gara-gara Sintia menjudge diriku nyontek, tetapi aku berusaha menenangkan Astuti dan Delia Agar tidak terpancing emosi.
" Sudah!" kataku.
"Tapi Ca... ini harga diri..." kata Astuti masih emosi.
"Ia Ca... Sintia sudah mencemarkan nama baikmu di depan teman-teman. Padahal kamu gak nyontek," sambung Delia sambil gereget.
"Tidak apa-apa del, Tut aku nyontek atau tidaknya hanya Allah yang tahu, serahkan saja pada yang di Atas!" aku berusaha menenangka Astuti dan Delia sambil memeluk mereka.
"Jangan terlalu baik kamu, Ca...! nanti dia malah ngelunjak," kata Delia sambil pergi menuju kantin sepertinya dia kecewa dengan perkataanku.
"Del comeon, Del...!" kataku meyakinkan Delia
"Sudah-Sudah kita ke kantin saja yu! Ca sudah lapar nih." ajak Astuti sambil menggandeng tanganku karna Bel sudah berbunyi tandanya telah istirahat.
"Huuuuuuuu....!" semua teman-teman gengnya Sintia menyorakiku.
Setibanya di kantin aku dan teman-teman ku di hampiri seorang pemuda tampan bernama Satria (Satria Sandiega). Satria kakak kelas ku di sekolah kelas XII IPS 1 sedangkan Aku kelas XI IPA 2, Satria duduk di sebelahku sambil memesan makanan.
"Bi...!" Sambil melambaikan tangan ke pelayan kantin Bi Jua namanya.
"Iya Jang," Bi Jua memanggil Satria dengan sebutan Jang karena Jang itu berasal dari kata Ujang yang berarti Sebutan kepada Anak laki-laki.
"Bi, aku mau Bakso sama Teh manis 1," kata Satria.
"Siap Jang laksanakan...!!!" kata Bi Jua. Karena Bi Jua adalah pelayan yang sangat ramah.
Diriku Terus menunduk dan mataku tak kuasa melihatnya akan tetapi Satria terus berusaha mengobrol dengan Delia seakan-akan ini dunia mereka.
"Del, Tut Aku Duluan masuk kelas ya ada yang harus aku selesaikan," aku buru-buru ke kelas karena jika aku terlalu lama dekat dengan Satria lama-lama aku mati gaya.
"Del, kenapa Raisa diam saja?" tanya Satria seakan-akan dia ingin tahu banyak tentang Raisa.
"Sepertinya Caca Sariawan hahahahaha..."jawab Delia sambil tertawa riang. Memang tertawanya Delia seperti tertawa julid.
"Suts... jangan berbicara seperti itu, nanti kalau Caca tahu Dia bisa nangis! hahahahaha..." Ledek Astuti sambil ketawa.
"Kamu suka sama Caca?" tanya Delia ke Satria penasaran.
"Apaan sih..." sambil malu-malu dan menunduk.
"Sudah ngaku saja!" kata Delia mendesak Satria.
"Mau kita jodohkan gak?"tanya Astuti.
"Nanti Aku beri nomernya Caca,"
"Kalau kalian siap menjodohkan mana mungkin saya nolak perempuan secantik Raisa,"
"Tapi kamu harus tau Sat! Caca masih mengingat-ingat masalalunya. Aku minta tolong sama kamu Sat! Untuk bisa membantu Caca agar bisa melupakan masalalunya, Aku kasian sama Caca yang setiap harinya penuh dengan bayangan masalalunya," Delia menjelaskan panjang lebar tentangku.
"Ia Sat, kamu pasti bisa dan kalau kamu berhasil mengubah hidup Caca, aku dan Delia akan mengizinkan kamu dekat dengan Caca," Astuti membujuk Satria agar bisa dekat denganku, Ahhh mereka ini ada-ada saja kelakuannya.
setelah mereka selesai ngobrol kemudian Astuti dan Delia menuju ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi tandanya memulai kembali pelajaran.
"Ca!" Delia memanggilku tetapi aku pura-pura tak mendengarnya.
"Suts..."
"Suts..." Delia terus memanggilku lalu aku menolehnya karena Aku penasaran apa yang akan Delia katakan.
" Kenapa, Del?" aku menjawab dengan nada pelan karena takut terdengar oleh Pak Guru.
"Menurutmu Satria bagaimana?" tanya Delia berusaha menggodaku.
"Bagaimana apanya? Tanyaku pura-pura tak ngerti maksud Delia sambil tersenyum.
"Ia Satria sepertinya Dia meyukaimu," kata Delia.
"Ah... kamu ada-ada saja," aku berusaha tidak memperpanjang perkataan Delia yang akan menjodohkanku dengan Satria.
"Moveon Ca, moveon...!" kata Delia terus menggangguku.
"Sudah-sudah nanti aku bicarakan lagi!" aku berusaha mengakhiri pembicaraan Delia Soal Satria.
Kring...Kring...Kring...
tandanya bel berbunyi dan diriku buru-buru pulang karena banyak urusan di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ila Ila
click j
2021-02-01
0
Bunda Aqazam
aku baca novel ini, referensi dr novel toon di ig. sepertinya bagus
2020-08-04
2
Papi Suho❤️💦
hy aku mampir.
2020-07-29
0