Sejak kecil aku merasa kedua orang tua ku memperhatikan kakak ku dibanding aku, tak peduli dia salah atau benar mereka akan selalu membelanya, hingga suatu saat terjadi pertengkaran pun aku yang harus mengalah, aku pun mulai melakukan apapun untuk menarik perhatian mereka. Cara yang aku pilih adalah berusaha keras sekolah agar bisa seperti orang lain.
"Yah...?" tidak menjawab.
"Yah...?" masih tidak menjawab Ibu pun mulai kesal.
"Yah, kalau Ayah seperti ini terus bagaimana kita bisa punya uang?" tanya Ibu dengan nada tinggi. Ayah hanya diam dan tidak menanggapi amarah Ibu.
"Kamu lihat sendirikan? Kenapa Ibu tidak bisa biayain kamu sekolah, Ayah kamu jarang usaha, darimana ibu bisa bayar sekolah kamu?" sambil banting-banting barang dapur karena terlalu emosi.
Pagi itu ibu tidak berhenti marah-marah hingga semua kesalahan-kesalahanku di masalalu di ungkit hingga larut malam pun masih marah-marah dan seakan-akan apa yang ada di dunia ini adalah kesalahanku hingga datang lah kakak ku pulang main.
Malam itu kami makan bersama-sama duduk satu meja dan saling behadap-hadapan tetapi tidak di hadiri Ayah karena Ayah masih marah.
"Kak sudah makan?" tanya Ibu dengan penuh kasih sayang sambil menyediakan makanan untuk Kak Rangga karena Kak Rangga adalah anak kesayangannya.
"Belum, Bu,"
"Loh! Kok belum sih, mau makan sama apa?"
"Sama ayam aja Bu..."kata Kak Rangga karena Kak Rangga tidak bisa makan selain sama ayam dan telur.
"Siap Bos!" kata Ibu memanjainya.
Buek... Buek... Buek...
Suara Burung hantu di malam yang sunyi dan hati yang sepi. Lalu aku keluar rumah dan memandang bintang sambil memikirkannya. apakah aku akan bertemu dia lagi ya Allah, rasa apa ini apakah ini bisa di sebut zina hati? ahhh entahlah.
"Kamu cantik..." dalam bayanganku terus terbayang apa yang di katakan dia waktu dulu.
"Meong... meong... meong..." malam itu aku di hampiri seekor Kucing cantik dan aku pun mengelusinya.
"Hay Kucing cantik?"
"Meong... meong..." ah entah apa yang kucing ini katakan tapi yang pasti dia menjawab kata-kataku.
"Kucing, apa kamu mempunyai nama?" Kucing itu mendengkur kakiku.
"Baik lah, aku akan memberimu nama dan mulai malam ini kamu aku panggil Imut ya, Imut karena kamu adalah kucing yang imut dan lucu.
"Imut... aku masuk dulu ya, aku ngantuk mau bobo, sekarang kamu pulang dulu besok kamu boleh datang lagi kesini!" lalu aku masuk dan berbaring di atas ranjang sambil memikirkannya lagi.
"Raisa!"
"Raksa!"
"Yusuf, kamu kemana aja?"
"Ada," sambil tersenyum dan memandangku.
"Tapi Yusuf, aku sangat merindukanmu aku tiap hari selalu memikirkanmu," jawabku dengan nada bahagia.
"Lupakan aku Raisa! Aku sudah tidak mencintaimu lagi, kamu harus membuka lembaran baru dengan orang lain!" Jawaban Yusuf sambil meninggalkan rumahku.
"Tapi Yusuf!" aku berteriak memanggil namanya.
" Yusuf!"
"Yusuf, jangan tinggalkan aku Yusuf!"
dan aku pun terbangun dari tidurku.
"Hah... hah...hah..." keringat bercucuran.
Astagfirullahaladzim cuman mimpi. Badan ku lemas dan aku langsung ke kamar mandi dan mengambil air Wudhu lalu melaksanakan Shalat Tahazud.
Malam itu setelah Shalat Tahazud aku mencurahkan hati ini kepada Allah.
"Ya Allah rasa apakah ini? Mengapa aku tidak bisa melupakannya?" sambil menangis dan kemudian bersujud lalu berdo'a lagi.
"Ya Allah, jika dia jodohku tolong pertemukan lagi hamba dengan nya dan jika dia bukan jodohku tolong hapus dirinya dalam pikirkanku dan fokuskan aku dalam menuntut ilmu, berikan hamba jodoh yang menurut Engkau yang terbaik ya Allah,"
Aku harus menceritakan mimpiku ini kepada Delia karena Delia adalah pendengar yang sangat setia. Dari mulai aku berkenalan dengan Yusuf, sampai aku berpisah dengannya dia selalu mendengarkan curahan hatiku dan memberikan seribu solusi.
"Halo..."
"Ya halo..." Delia terbangun dari tidurnya dan menjawab telepon ku.
"Siapa nih...?" sepertinya Delia tidak melihat siapa yang menelponnya.
"Ini aku Caca, kenapa Del kamu masih tidur ya? Bangun Del! Aku mau curhat nih..."
"Kebiasaan kamu ah nelepon malam-malam enggak bisa besok-besok?"
"Enggak Del ini tentang Yusuf."
"Apa! Yusuf...?" Delia terkejut dan langsung terbangun sepertinya Delia tertarik dengan curhatanku.
"Terus! Terus!" sambung Delia penasaran ingin mendengarkan penjelasannya.
"Barusan aku memimpikannya,"
Aku terus menceritakan kejadian di mimpiku kepada Delia.
"Gimana, Del?"
"Gimana apanya, Ca?"
"Ya maksudnya apa aku harus melupakan Yusuf yang sudah menguasai hati ku?" kataku meminta saran kepada Delia.
"kalau menurut aku iya Ca kamu harus melupakan yusuf! Ya karena kamu itu cantik, baik, Solihah kamu harus mulai membuka hati kepada orang lain!" kata Delia menasehatiku.
"Dengarkan aku Ca! Sekarang kamu fokus aja kepada belajar kamu! Jangan terlalu memikirkan yang kan milikmu nanti kamu sakit!" sambung Delia dengan penuh kasih sayang.
"Iya Del terimakasih ya? Kamu memeng sahabatku dan pendengar yang baik dengan sejuta solusi."
" Ah, kamu ini kalau bicara suka berlebihan biasa aja kali, kan memang sudah seharusnya seorang sahabat memberikan yang terbaik buat sahabatnya, iya gak?" kata Delia, Delia memang Motivatorku.
"Ya Sudah kita tidur takut kesiangan besokkan ujian terakhir di Sekolah...!" Delia mengahiri teleponnya.
Aku kembali ke kamar tetapi aku tidak melanjutkan tidurku karena jika aku sudah terbangun suka tidak bisa tidur, lalu aku membuka buku dan belajar karena besok ujian terakhir.
Meskipun aku tidak bisa tidur, tapi lama kelamaan aku kembali tertidur pada waktu akan menjelang waktu subuh.
Dalam mimpi pemuda yang bernama Yusuf itu datang lagi. Tapi kedatangannya kali ini sedikit berbeda. Yusuf datang membawa seorang gadis cantik berkimar merah, bibirnya tipis, matanya sipit, alisnya tebal menyatu dan mempunyai lesung pipit tentu saja berbeda dengan diriku yang jauh dari kata cantik. Entah siapa gadis yang di bawa Yusuf itu, tetapi yang jelas mimpiku ini membuat diriku sangat cemburu.
Aku membukakan mataku, mengusuap wajahku dengan kedua tanganku. Tak sadar air mataku mengalir deras di pipiku. Entah apa maksud dengan semua mimpi ini. Apakah aku terlalu merindukan Yusuf? Atau apakah Yusuf memang bukan Jodoh yang di takdirkan tuhan untuk ku?
Aku tidak mau memikirkan mimpiku lagi, aku hanya bangkit dari tidurku dan masuk kedalam kamar mandi untuk mengambil Wudhu untuk menjalankam Shalat Subuh.
Ketika aku masuk kekamar mandi, aku hendak melihat cermin yang terpajang di kamarku lalu menatap wajahku, aku teringat pada gadis yang ada di mimpi yang di bawa Yusuf.
"Ah, aku tidak boleh memikirkan yang tidak seharusnya aku pikirkan," batinku.
Setelah mengambil wudhu aku langsung melaksanakan Shalat Subuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Papi Suho❤️💦
semangat terus untuk authornya.
2020-07-29
0
⊰⊹Rose Bread⊰⊹
aduh pangeran jangan bawa wanita jahat masalah rupa kalo tua semua jelek pak ntar yang baik dan sayang pergi baru nyesel Lo😂
2020-07-28
2
melniss
punya lesung pipit? aku dunk wanita yang di bawa Yusuf ckxkx, ihh nggk ahh nggk mau aku jadi perempuan yang kerjaannya perusak hubungan orang
2020-07-06
1