Berbagi Cinta: Complicated Love
Eve harus kembali ke negara K setelah diusir oleh keluarga besarnya 8 tahun silam akibat kemalangan yang menimpa keluarga besar Adwitiya yang merenggut nyawa Fahim Adwitiya dan istrinya Anna Bagaswara akibat kecelakaan mobil.
Eve yang saat itu berusia 17 tahun harus kembali menjadi seorang anak yatim piatu ketika kedua orang tua angkatnya meninggal dunia yang hendak menjemput Eve ke sekolahnya setelah Eve selesai mengurus berkas kelulusannya.
Keluarga besar Adwitiya yang memang sejak awal tidak menyukai keberadaan Eve yang diangkat oleh Fahim Adwitiya dan Anna Bagaswara sebagai anak mereka semakin menjadi memperlakukan Eve dengan mengusirnya dari rumah dan mengirim Eve untuk kuliah di luar negeri agar Eve tidak mengambil hak waris yang diberikan Fahim dan Anna kepada Eve anak angkat mereka.
Selama 8 tahun lamanya Eve tinggal di negara L seorang diri tanpa adanya sanak ataupun saudara selama menempuh dan menyelesaikan pendidikannya hingga ia bergelar sebagai dokter bedah. Bahkan tidak pernah sekalipun keluarga Adwitiya menelpon dirinya untuk sekedar menanyakan kabar ataupun datang ke acara lulusan Eve. Beruntungnya Eve menerima beasiswa secara penuh atas kecerdasan yang ia miliki dan harta peninggalan Fahim dan Anna untuk Eve yang tidak diketahui oleh keluarga besar Adwitiya hingga Eve tidak mengalami kesulitan ekonomi selama berkuliah di negara L untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Beberapa hari yang lalu saat Eve baru saja selesai dengan shift malamnya, Eve mendapatkan telepon dari keluarga Adwitiya yang menyuruhnya untuk segera pulang ke negara K. Eve yang saat itu merasa sangat senang dan berpikir bahwa keluarga Adwitiya sudah menerima dirinya dengan sepenuh hati dan menyesali perbuatan yang telah mereka lakukan kepada dirinya.
Saat ini Eve sedang berada di dalam pesawat, sejak duduk di bangku pesawat senyum merekah di bibir Eve tidak pernah sulut saat membayangkan betapa ia sangat disambut nanti ketika sampai di negara K.
“Aku tidak sabar.” Ucap Eve dengan senyum manisnya, Eve berjanji dengan dirinya ia akan menjadi anak yang manis dan berbakti kepada keluarga besar angkatnya serta membuat mereka merasa sangat bangga akan gelar dan prestasi yang diraihnya selama ia menempuh pendidikan.
“Ibu ayah, Eve merindukan kalian sebentar lagi Eve akan bertemu kalian maafkan Eve selama 8 tahun ini tidak berkunjung ke makam kalian.” Ucap Eve penuh kerinduan sambil memandang layar ponsel yang menampilkan potret Eve, Fahim dan Anna yang menjadi wallpaper di ponsel Eve. Bahkan di layar laptop Eve juga menampilkan potret kedua orang tua angkatnya.
“Eve tidak menyangka foto kebersamaan ini adalah foto terakhir Eve bersama ibu dan ayah.” Ucap Eve dengan lirih sambil mengusap air yang menganak di sudut matanya.
“Sepertinya paman dan bibi sudah berubah, mereka juga berbicara sangat lembut kepada Eve kemarin waktu di telepon bahkan mereka mengatakan sangat merindukan Eve dan meminta maaf kepada Eve. Hah Eve sudah tidak sabar untuk datang ke negara K.” Ucap Eve sambil melihat ke luar jendela yang menampilkan awan dan gelapnya malam.
Selama hampir 20 jam lamanya akhirnya pesawat yang membawa Eve dari negara L ke negara K mendarat juga di bandara. Eve memandang takjub terhadap perubahan di negara K selama ia tinggali.
“Selamat datang kembali Elakshi Feshika Adwitiya.” Ucap Eve kepada dirinya sendiri, langkah kakinya berjalan dan mendorong troli yang di atasnya ada dua koper miliknya tidak lupa pula tas ransel yang disandangnya ia letakkan di atas keranjang troli tersebut.
Memandang ke sekitar bandara untuk melihat siapakah yang akan menjemput dirinya ke bandara apakah itu paman dan bibinya. Kepalanya celingak celinguk mencari seseorang yang menuliskan namanya. Dengan penuh senyuman saat ia melihat tulisan namanya Eve menghampiri seorang pria yang sedang memegang banner atas namanya.
“Aku Eve.” Sapa Eve penuh dengan semangat sambil membuka kacamatanya untuk memperlihatkan bahwa benar ini adalah dirinya. Pria itu tertegun dan memasang wajah datarnya saat melihat Eve yang penuh semangat dan matanya yang berbinar. Tampak penampilan Eve sangatlah dewasa dan elegan wajah cantik serta kulitnya yang putih mulus dengan bibirnya yang merah delima terus memancarkan senyumnya tidak lupa dengan lesung pipi yang menambah kesan Eve yang manis. Tubuh tingginya proporsional hingga membuat pria tersebut mendengus kesal namun hal itu tidak disadari Eve.
“Seharusnya kamu tidak balik ke negara ini.” Ucap pria yang tak lain adalah anak dari paman dan bibinya Gulzar Adwitiya dengan dingin hal itu membuat senyum Eve luntur namun hal itu tidak membuat semangat Eve padam karena sebentar lagi ia akan segera bertemu dengan paman dan bibinya.
“Apakah kak Zee sudah menikah?” Tanya Eve dengan antusias untuk mengisi keheningan yang tercipta. Ia tau sepupunya Gulzar yang lebih tua darinya 1 tahun ini tidak banyak berbicara dan dingin termasuk kepada dirinya. Namun Gulzar tidak pernah memperlakukannya dengan buruk walaupun ucapan yang dilontarkannya sangat dingin dan pedas hal itu sudah biasa bagi Eve.
Gulzar tidak menjawab pertanyaan Eve ia hanya fokus menyetir. Eve yang tidak mendapatkan respon dari Gulzar memajukan bibirnya hal itu dapat Gulzar lihat dari ekor matanya. “Masih saja seperti dulu.” Gerutu Eve.
“Kamu juga masih sama seperti dulu, polos.” Gumam Gulzar dengan lirih, Eve menolehkan kepalanya dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Gulzar.
“Kak Zee berbicara apa?” Tanya Eve sambil melihat wajah tampan Gulzar dari jarak dekat untuk memastikan pendengarannya.
“Sepertinya kamu perlu ke dokter THT.” Ucap Gulzar dengan datar hal itu membuat Eve memukul lengan Gulzar yang sedang menyetir hingga membuat setir mobil berbelok sedikit.
Gulzar menatap tajam ke arah Eve, “kalau kamu ingin segera mati jangan ajak aku.” Ucap Gulzar dengan dinginnya.
Eve mencebikkan bibirnya mendengar perkataan Gulzar yang pedas dan tajam, “pantas saja kak Zee belum menikah sampai sekarang bagaimana mau menikah jika kak Zee tetap saja dingin. Yang ada perempuan akan takut untuk mendekati kak Zee.” Gerutu Eve.
“Tapi kamu sama sekali tidak takut kepada diriku walaupun aku dingin terhadapmu.” Ucap benak Gulzar menjawab gerutuan Eve. Tak lama kemudian suara dering ponsel Gulzar berdering hingga membuat Eve menoleh untuk melihat siapa yang sedang menelpon Gulzar.
“Halo sayang, apakah kamu sudah menjemputnya?” Tanya suara wanita di sana, Gulzar yang mendengarnya menganggukkan kepalanya tanpa sadar. Sedangkan Eve mengernyitkan dahinya melihat Gulzar yang tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya.
“Kak Zee dijawab bagaimana bisa orang di seberang sana melihat anggukan kak Zee.” Ucap Eve dengan jengah melihat wajah lempeng Gulzar.
“Ibu bisa dengar sendiri bukan.” Kata Gulzar
“Baiklah bawa Eve ke mansion segera keluarga Werawan sudah datang ke rumah. Hati-hati sayang ibu menyayangimu.” Ucap ibu Gulzar yang tidak lain adalah ipar dari ayah angkat Eve.
Setelah sambungan telepon terputus, Gulzar menginjak pedal dengan kuat dan setir mobil dengan kuat hingga membuat Eve yang duduk di sebelahnya merasa terkejut dan ketakutan. “Kak Zee, pelan-pelan bawa mobilnya aku takut.” Pekik Eve hingga membuat Gulzar tersadar akan apa yang ia lakukan.
“Kakak kalau mau mati jangan ajak-ajak aku. Aku masih belum menikah dan mempunyai anak yang lucu-lucu.” Ungkap Eve sedangkan Gulzar yang mendengar hal itu menginjak rem hingga kepala Eve terkantuk dasbor mobil.
“Awww.” Ringis Eve dan menatap tajam ke arah Gulzar yang sedang menatap dirinya seperti biasa datar dan dingin. “Kakak bisa menyetir nggak sih.” Pekik Eve dengan kesal.
“Perempuan tidak boleh berteriak seperti itu.” Ingat Gulzar dengan dingin kepada Eve yang memekik kesal kepada dirinya.
“Itu sangat berbahaya kak Zee, bagaimana nanti jika kita mengalami kecelakaan atau ada orang yang terkejut di belakang saat melihat kak Zee tadi yang mengerem mendadak.” Ucap Eve yang masih memasang wajah kesalnya, “minta maaf tidak kepada Eve.” Lanjut Eve sambil mengulurkan tangannya.
“Tidak mau, ini bukan salahku.” Ucap Gulzar dengan datar sambil melajukan mobilnya kembali yang sempat terhenti akibat aksinya yang mengerem mendadak hingga membuat jidat Eve memerah dan sedikit benjol.
“Lihat jidat Eve merah dan sedikit benjol.” Ucap Eve dengan kesalnya kepada Gulzar yang hanya meliriknya sekilas seperti tidak tertarik.
Mobil yang dikendarai Gulzar akhirnya memasuki gerbang rumah keluarga Adwitiya, “akhirnya aku kembali.” Ucap Eve dengan senyumnya yang merekah membuat Gulzar tidak terlihat sama sekali dengan Eve yang merasa sangat senang.
“Ternyata banyak yang sudah berubah, aku sangat merindukan kamarku.” Ungkap Eve dengan mata berbinarnya sambil berdiri di samping mobil sedangkan Gulzar menurunkan kedua koper Eve dan memberikan ransel milik Eve dengan cukup kasar kepada Eve hingga membuat sedikit tersentak karena ulah dari Gulzar.
“Lembut sedikit kenapa sih.” Gerutu Eve untuk kesekian kalinya sambil mamajukan bibirnya karena yang menjadi tersangka hanya diam dan datar.
Eve langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah meninggalkan Gulzar yang menyeret kedua kopernya. Sebenarnya tadi ada pelayan yang ingin membantu untuk membawa kedua koper milik Eve namun hal itu dicegah oleh Gulzar karena ia masih bisa sendiri.
“Selamat datang kembali Nona.” Sapa pelayan tersebut dengan terharu sekaligus memandang sedih ke arah wajah dan mata Eve yang berbinar penuh kebahagiaan.
“Terimakasih bi Jum.” Ucap Eve dengan ramah sambil memberikan senyum manisnya. Sedangkan Gulzar hanya memandang datar dengan Eve yang tidak luput memberikan senyumannya sedari tadi.
Eve berjalan ke dalam rumah kakinya terhenti saat melihat paman dan bibinya yang melihat dirinya sudah ada di sini tersenyum dengan lega. “Paman bibi.” Panggil Eve dengan senyumnya saat melihat paman dan bibinya yang tersenyum kepada dirinya.
Bi Jum yang melihatnya memandang dengan sendu ke arah Eve yang harus kembali menjadi boneka kedua majikannya yang dipanggil Eve paman dan bibi tersebut. Bibi Jum memahami bahwa senyum yang diterbitkan oleh Tuan dan Nyonya itu hanyalah senyum yang penuh keterpaksaan dan lega karena semua akan berjalan lancar jika sudah ada Eve di sini sekarang.
“Sayang kamu sudah pulang.” Ucap ibunya Gulzar
“Iya bibi Bora, Eve sangat merindukan kalian.” Ungkap Eve penuh dengan haru melihat bahwa ia disambut dengan baik tidak pernah terpikirkan oleh Eve ia akan diterima dengan terbuka lebar dalam keluarga Adwitiya. Akhirnya keinginan dan harapannya terwujud. Sebagai basa basi bibi Bora memeluk Eve walaupun sebenarnya ia merasa enggan dan jijik kepada Eve. Namun karena ada tamu yang membantu perusahaan Adwitiya mau atau tidak mau ia harus berakting sebentar.
“Bibi juga sangat merindukanmu Eve sayang.” Balas bibi Bora dengan senyum paksaannya.
“Sayang duduklah perkenalkan dirimu.” Ucap ayah Gulzar bernama Tibra Adwitiya. Eve yang mendengar pamannya memanggil sayang membuatnya sangat senang.
Sedangkan Gulzar mengepalkan kedua tangannya saat melihat pemandangan yang sangat menjijikkan baginya. Eve baru menyadari bahwa tidak hanya paman dan bibinya di dalam ruang keluarga ada tamu ternyata yaitu sepasang pasangan paruh baya dan seorang perempuan yang sangat cantik dan elegan memberikan senyuman kepada dirinya.
“Perkenalkan saya Elakshi Feshika Adwitiya. Om dan tante boleh memanggil saya Eve.” Ucap Eve dengan lembut memperkenalkan dirinya kepada sepasang pasangan paruh baya tersebut dan perempuan di sampingnya. Namun mata Eve menangkap ada kursi kosong di sebelah perempuan tersebut tapi Eve tidak menghiraukannya.
“Ternyata Eve sangat cantik ibu, jadi mereka akan sangat cocok.” Ungkap perempuan yang dipuji Eve cantik dan elegan tersebut. Pasangan paruh baya tersebut memandang kagum dan haru ke arah Eve.
“Iya, Adya kamu benar.” Ucap wanita paruh baya tersebut dengan senyum yang tidak luput dari wajahnya. “Jadi, kapan kita akan menikahkan Eve dengan anak saya Jeng Bora.” Lanjut wanita paruh baya tersebut.
Eve yang mendengarnya terkejut dan memandang orang di sekeliling ruangan ini penuh dengan kebingungan, “maksudnya?” Tanya Eve yang masih belum mengerti.
“Gulzar sebaiknya kamu segera membawa adikmu ke kamarnya sepertinya ia sangat lelah.” Ucap bibi Bora melihat anaknya yang masih diam berdiri layaknya patung. Sedangkan Eve tidak mau namun ia terpaksa mengikuti Gulzar yang membawanya untuk segera masuk ke dalam kamarnya setelah mendengar hal perkataan Gulzar bahwa ia akan segera menjelaskan hal ini kepada Eve.
“Maafkan saya jeng Dhara, Eve memerlukan waktu istirahatnya setelah menempuh perjalanan yang cukup menguras tenaga. Saya tidak mau Eve sakit nantinya.” Ucap bibi Bora hal itu dimaklumi oleh pasangan paruh baya tersebut tapi tidak dengan Adya yang merasakan sesuatu yang janggal di dalamnya.
“Kak apa maksudnya tadi?” Tanya Eve yang meminta kejelasan mengenai perkataan yang dilontarkan wanita paruh baya yang baru ditemui Eve tersebut.
Gulzar memandang Eve dengan wajah datarnya dapat Gulzar lihat wajah dan mata berbinarnya tergantikan dengan kegelisahan dan kekhawatiran, “kak Zee jangan diam saja jawab pertanyaan Eve apa maksudnya?” Tanya Eve kembali sambil mengguncang badan kekar Gulzar.
“Kamu disuruh kembali karena untuk segera dinikahkan demi menyelamatkan perusahaan keluarga besar Adwitiya yang hampir bangkrut.” Jawab Gulzar dengan lancar dan dingin.
Eve yang mendengarnya menggelengkan kepalanya menatap tidak percaya akan apa yang telah ia dengar. Air mata Eve menganak di kedua matanya karena merasakan perasaan yang sangat kecewa dan sangat sedih ternyata paman dan bibinya membohongi dirinya.
“Kakak tidak bohongkan.” Tangis Eve sambil memegang dadanya sesak menerima kenyataan yang baru ia dengar, sedangkan Gulzar hanya memandang Eve dengan datarnya dan mengepalkan kedua tangannya karena kesal melihat Eve yang menangis. Gulzar pun meninggalkan Eve seorang diri di dalam kamarnya yang masih sibuk dengan tangisannya dan segera mengunci pintu kamar Eve dari luar.
“Ibu, ayah.” Tangis Eve dengan pilu sambil menelungkupkan kepalanya di antara kedua lututnya ketika mengingat bahwa ia akan dinikahkan dengan orang yang tidak dikenalinya dan dijadikan alat untuk urusan bisnis keluarga Adwitiya.
Semenjak kepulangan tamu yang mendatangi kediaman keluarga Adwitiya. Paman dan bibi Eve tidak datang ke kamar Eve karena mereka merasa malas berurusan dengan anak pungut seperti Eve tersebut. Mau atau tidak mau Eve harus menerima pernikahan ini mereka akan memaksa Eve nantinya karena tidak ada pilihan buat Eve. Seharusnya Eve bersyukur karena akan masuk ke dalam keluarga kaya dan terpandang nomor 1 di negara K tersebut walaupun pria yang akan menikahi Eve sudah beristri paman dan bibi Eve tidak akan peduli yang penting perusahaan Adwitiya tidak bangkrut.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Anonymous
/
2024-07-08
0
Sunshine
Kasihan sekali🥺🥺🥺
2022-03-27
0
Sunshine
Memangnya kenapa sih kalau Eve itu anak pungut😏😏😏😑😑😑
2022-01-10
0