Pernikahan Eve dan Tala dilangsungkan secara meriah walaupun di antara keduanya sama-sama tidak mengharapkan pernikahan ini. Mereka hanya bisa tersenyum dengan terpaksa. Jika Eve melakukannya supaya orang tidak merasa curiga dengan pernikahan ini sedangkan Tala dipaksa karena Adya istrinya yang terus menyuruhnya tersenyum.
Di sudut lain ada seorang pria yang memandang ke arah pengantin baru tersebut dengan mata kosong dan dalamnya. Ingin sebenarnya ia membuat Eve melarikan diri tapi ia tidak punya kuasa untuk itu apalagi hatinya sangat terluka melihat Eve bersanding dengan pria yang sudah menjadi suaminya. Karena tidak kuat melihatnya akhirnya ia langsung pergi meninggalkan tempat tersebut untuk menenangkan diri sejenak.
Adya yang melihat Tala dan Eve di atas pelaminannya tersenyum sangat bahagia, “aku harap kalian akan menjadi keluarga selamanya.” Harapan Adya terhadap pernikahan Tala dan Eve.
Ibu Dhara dan ayah Davka ayah dari Nabastala tersenyum penuh bahagia melihat menantu mereka Adya yang sangat berbesar hati menguzinkan putranya Tala menikah kembali apalagi melihat tatapan berkaca-kaca Adya yang matanya terus memandang ke arah Eve istri kedua anaknya. Walaupun sebenarnya mereka tidak pernah mengatakan bahwa mereka menginginkan cucu kepada Adya dan Tala karena ingin menjaga perasaan dan
mental Adya tapi lihat apa yang dilakukan Adya demi Tala dan mereka sebagai mertuanya. Rasanya mereka sebagai orang tua merasa sangat bersyukur memiliki menantu sebaik Adya yang sudah mereka anggap sebagai anak sendiri.
“Sayang terimakasih karena kamu sudah berkorban sebesar ini demi Tala. Ibu sangat bersyukur memiliki menantu yang sangat baik hatinya.” Ucap ibu Dhara terharu sambil memegang tangan Adya yang duduk di samping kirinya.
“Ibu tidak perlu seperti ini. Adya sangat berterimakasih kepada ibu dan ayah yang menerima Adya apa adanya walaupun masa lalu Adya sangat buruk.”
“Menantu ayah jangan berkata seperti itu, semua manusia mempunyai masa lalu dan pernah melakukan kesalahan yang terpenting kamu sudah berubah. Ayah dan ibu tau bahwa kamu adalah orang yang baik hatinya.” Ucap Ayah Davka.
“Jangan buat Adya mewek dong ayah nanti maskara Adya luntur. Ibu dan ayah nggak mau kan lihat Adya kayak zombie.” Canda Adya hingga membuat ibu Dhara dan ayah Davka tertawa mendengarnya. Beginilah kehidupan mereka selama beberapa tahun belakangan ini walaupun mereka tidak mempunyai cucu yang meramaikan rumah tapi mereka mempunyai menantu yang sangat perhatian dan mencairkan suasana rumah menjadi lebih hidup.
“Apa ibu dan ayah tau bahwa menantu baru kalian pernah berkata seperti yang ayah katakan tadi kepada Adya ketika Geya mengusik Adya di kamar rias pengantin wanita.” Ucap Adya memberitahu dengan penuh semangatnya.
“Benarkah, menantu baru ibu memang yang terbaik membela menantu tertua ibu.” Ucap ibu Dhara terkekeh hingga membuat ayah Davka dan Adya tertawa mendengarnya.
Di atas pelaminan Tala sangat senang melihat istrinya Adya dan kedua orangtuanya tertawa bahagia entah apa yang diceritakan mereka tapi Tala sangat senang. Begitu juga dengan Eve yang memandang pemandangan tersebut merasakan hatinya sangat sejuk. Inilah yang ingin Eve harapkan dari dulu sebuah kekeluargaan dan kebersamaan yang kental tanpa menghakimi dan memandang rendah orang lain.
Acara pernikahan berakhir selesai ketika jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, kaki Eve sangatlah sakit dan pegal akibat memakai sepatu tinggi yang dikenakannya untuk menjadi ratu sehari tersebut.
Kini ia kembali ke kamar yang telah disiapkan oleh pihak hotel untuk pengantin baru dengan Tala yang berjalan di depannya tanpa ada suara. Jujur saat ini Eve sangatlah gugup apalagi ini adalah malam pertama mereka sebagai pengantin baru Eve merasa sangat lelah jika mereka harus melakukan ritual sebagai suami istri tapi jika suami dingin di depannya ini melakukan ia tidak bisa menolak karena itu adalah hak buat suaminya dan ia harus melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.
Kepala Eve terkantuk oleh punggung lebar dan kekar Nabastala karena ia memandang ke bawah saat berjalan dan sedikit melamun. “Maafkan aku.” Ucap Eve walaupun jidatnya sedikit sakit ketika ia menabrak punggung Tala. Permintaan maaf Eve tidak dihiraukan Tala walaupun tadi ia sempat berhenti memencet tombol pin pintu kamar mereka.
Dengan kakinya yang panjang Tala melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi setelah melepaskan jas pengantin yang dikenakannya di atas sofa. Eve hanya mengikuti ke mana arah Tala berjalan.
Dengan kakinya yang panjang Tala melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi setelah melepaskan jas pengantin yang dikenakannya di atas sofa. Eve hanya mengikuti ke mana arah Tala berjalan.
Menghela nafasnya dengan panjang melihat sikap Tala terhadap dirinya yang sangat dingin, Eve memungut jas yang dikenakan Tala lalu berjalan ke arah koper untuk menyiapkan baju buat Tala yang sedang membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.
Mata Eve memandang ngeri melihat kelopak bunga-bunga mawar yang bertebaran rapi sehingga membentuk love tersebut. “Bagaimana bisa tidur jika kelopak bunga sebanyak ini. Kasihan sekali aku harus membersihkan kalian.” Ucap Eve yang berbicara dengan kelopak bunga tersebut.
Ketika Eve selesai dengan kegiatannya yang membersihkan kelopak bunga di atas tidur Eve dikejutkan dengan Tala yang keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya yang ramping sehingga otot perutnya yang berbentuk enam kotak itu terlihat belum lagi urat tangan dan bahunya yang lebar aura maskulin dalam diri Tala sangat menguar ke seluruh ruangan hingga membuat Eve menahan nafas ketika matanya melihat hal itu dan memalingkan wajahnya agar ia tidak melihat Tala saat ini.
Tala yang melihat reaksi Eve tidak mempedulikannya, langkah kakinya berjalan ke arah di mana Eve berada tapi bukan untuk menerkam Eve melainkan mengambil baju di atas tempat tidur yang telah Eve siapkan. Eve kembali terkejut karena dengan santainya Tala mengganti pakaian sedangkan di kamar ini masih ada dirinya.
“Apa dia sengaja? Dari dulu dia memang tidak tau malu.” Gerutu Eve dalam hati lalu Eve langsung cepat berjalan ke dalam kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya. Eve berjalan ke arah di mana kopernya berada saat membukanya betapa terkejutnya Eve melihat isi kopernya.
“Siapa yang menggantinya, bukankah tadi aku memasukkan piyama kenapa bajunya kurang bahan seperti ini?” Tanya Eve dalam hatinya.
“Jangan pernah lagi menyiapkan apapun atau menarik perhatianku.” Ucap Tala dengan dingin setelah selesai berganti pakaian dan melihat Eve yang masih mematung di hadapan kopernya.
Eve tersentak kaget dengan lamunannya dan menoleh ke arah Tala yang sedang menatapnya dengan dingin, “aku hanya melakukan tugasku sebagai seorang istri.” Jawab Eve dengan berani padahal dirinya sungguh ketakutan melihat Tala yang menatapnya seperti itu. Tapi ia harus melakukannya sesuai dengan apa yang dikatakan Adya kepada dirinya.
“Istri.” Ucap Tala dengan senyuman sinisnya lalu Tala berjalan mendekat ke arah Eve yang masih diam di tempatnya. Eve yang melihat hal itu segera memundurkan langkahnya, Eve terjebak di antara Tala dan dinding kamar hotel ini. Ia baru menyadari bahwa Tala hanya memakai celana piyama saja tidak dengan bajunya. Eve menelan salivanya dengan susah payah melihat Tala yang sangat dekat dengan dirinya apalagi tatapannya itu membuat Eve sangat cemas, takut, khawatir.
“Jangan berharap, istriku hanyalah Adya Parabawa.” Ucap Tala dengan dingin, Eve melihat jakun Tala yang naik turun membuat Eve tidak mau menjawab perkataan Tala karena itu sangat bahaya buat dirinya. Walaupun sebenarnya hatinya sangat sakit tapi ini harus ia terima.
“Tunggu.” Ucap Eve mencegah Tala yang hendak berjalan menjauh darinya walaupun ia takut tapi ia harus melakukannya, “bolehkah aku meminjam piyamamu.” Pinta Eve dengan takut-takut.
“Terserah.” Jawab Tala hal itu membuat Eve kebingungan namun akhirnya ia mengambil piyama suaminya itu lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah hampir 30 menit lamanya Eve berendam sekaligus merilekskan otot-ototnya yang pegal. Eve keluar dengan memakai piyama kebesaran milik Tala. Eve terlihat seperti boneka yang sangat menggemaskan lengan baju yang digulung beberapa kali gulungan begitu juga dengan celananya. Sebenarnya Eve ingin sekali hanya memakai baju piyamanya saja namun karena ia merasa tidak nyaman apalagi sekarang ada Tala suaminya jadi ia tidak bisa bebas melakukan hal itu.
Di atas tempat tidur Eve melihat Tala yang tidur membelakanginya membuat Eve bernafas dengan lega setidaknya ia tidak melihat wajah dingin dan tatapan tajam menusuk itu dari Tala.
Eve tidur menyamping sambil melihat punggung Tala yang kokoh dan kekar tersebut. Matanya menatap dengan sedih dan penuh penyesalan namun semuanya sudah berlalu sekeras apapun berusaha kita tidak akan pernah kembali ke masa lalu.
Mata Eve berkaca-kaca mengingat bagaimana kejadian yang menimpanya dirinya baru-baru ini. Ternyata keluarganya masih belum bisa menerima dirinya sepenuhnya.
Andai kata dulu ia tidak menerima ajakan dari ayah dan ibu yang ingin mengangkatnya sebagai anaknya mungkin Eve tidak akan mengalami hal ini. Tapi disatu sisi Eve sangat bersyukur bahwa ibu dan ayah angkatnya sangat menyayangi dirinya walaupun kakak angkatnya anak kandung dari ibu dan ayahnya sangat membenci dirinya dan ia harus menerima dan mengganti risiko yang diperbuat oleh kakak angkatnya itu yang entah hilang ke mana.
Gelapnya malam tanpa adanya bulan dan bintang yang menemani tergantikan dengan matahari yang menampakkan dirinya di arah timur membuat Tala mengerjapkan kedua matanya ketika sinar matahari yang mencuri celah untuk masuk ke dalam kamar.
Dapat Tala lihat pemandangan di depannya yaitu wajah istri keduanya yang putih dan mulus dengan hidung yang mancung serta bibirnya yang merekah bak delima. Mata melihat ada bekas air mata yang mengering di wajah putih mulus tersebut. Mengacak rambutnya sambil menguap untuk membuat pikirannya kembali tenang untuk menyadarkan dirinya bahwa ini sudah pagi. Berjalan dengan pelan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tidak lama setelah itu Eve pun terbangun dari tidur dan mimpinya yang nyenyak ketika mendengar suara pintu kamar mandi ditutup. Melihat ke sampingnya ternyata sang suami sudah tidak ada di sebelahnya. Menyandarkan kepalanya sambil melakukan sedikit peregangan tangan dan kepalanya.
Selama hampir 1 jam lamanya Eve menunggu Tala keluar dari kamar mandi namun suaminya tersebut nampaknya masih betah di dalam kamar mandi. Karena sudah tidak tahan, Eve berjalan ke arah kamar mandi untuk mengetuk pintu. Namun belum sampai tangan Eve mengetuk pintu, Nabastala membukakan pintu kamar mandi tersebut hingga membuat tangan putih Eve berada di depan wajah Tala.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” Tanya Tala dengan dingin dan wajahnya yang datar. Eve yang melihat Tala sekali lagi hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya segera tersadar.
“Maafkan aku.” Hanya itu yang bisa Eve keluarkan dari mulutnya seolah pikirannya hanya kosong begitu juga dengan otaknya pagi ini.
“Minggir.” Ucap Tala sambil menggeser badan Eve di depannya dengan kasar hal itu membuat badan Eve hampir terhuyung dan hampir saja ia tidak terjatuh karena berpegang pada dinding di samping pintu kamar mandi.
Eve yang melihatnya sangat terkejut melihat Tala yang mendorongnya dengan kasar, “kenapa dia menjadi sensitif, sebenarnya apa yang dilakukannya di dalam kamar mandi selama itu. Aku tau dia memang orang yang pembersih dan tidak suka kotor tapi apa harus ya mandi selama itu. Apa itu adalah kebiasaannya mandi selama itu?” Benak Eve bertanya-tanya mengingat bagaimana Tala dulu sangat pembersih dan mengaitkan dengan tingkah laku yang Eve ketahui itu. “Sudah lah jangan memikirkannya dari dulu dia memang selalu aneh.” Ucap Eve dengan dirinya.
“Kesayangannya Adya bawa istrimu ikut sarapan. JANGAN PERGI SENDIRI.” Ingat Adya pada pesannya hal itu membuat Tala mendengus kesal apalagi kalimat di ujungnya dengan huruf kapital tersebut.
Tala menunggu Eve dengan kesal saat melihat Eve keluar dari dalam kamar mandi padahal itu hanya lima belas menit bukan satu jam. Belum lagi ketika Tala melihat bagaimana rutinitas Eve yang wajib bagi perempuan yaitu skincare. “Jangan terlalu lama aku sudah sangat lapar. Gara-gara kamu Adya harus menyuruhku menunggumu.” Ucap Tala dengan dingin dan langsung pergi meninggalkan kamar dan berjalan ke arah ruang tamu di dalam kamar tersebut.
Eve yang mendengarnya segera bergegas memoleskan wajahnya sedikit dengan bedak dan memberikan pelembab bibir supaya bibirnya sehat dan terawat.
“Cie pengantin baru.” Goda Adya yang melihat Tala dan Eve berjalan bersamaan. Eve tersenyum malu dan canggung mendengar perkataan Adya sedangkan Tala memasang wajah dinginnya.
“Kesayangannya Adya kenapa wajahnya datar begini apa masih kurang semalam.” Goda Adya kepada Tala yang duduk di sampingnya sambil mencolek pipi Tala merasa gemas dan sangat senang menggoda suaminya ini. Sedangkan ibu Dhara dan ayah Davka tertawa mendengarnya keusilan Adya kepada Tala.
“Sayang ayo makan jangan dilihat kalau dilihat nggak bakalan kenyang.” Ucap ibu Dhara yang melihat ke arah Eve yang hanya diam memandang makanan di depannya.
“Eve kenapa kamu tidak mengambil makanan buat suamimu ambilkan ya aku sangat malas karena jari-jariku sedikit pegal.” Ucap Adya yang berusaha mendekatkan Eve dengan Tala. Dengan segera Eve melakukannya sedangkan Tala menatap khawatir ke arah Adya.
“Kenapa kamu tidak memberitahuku jika jari-jarimu sakit, apakah masih sakit?” Tanya Tala yang khawatir sambil memegang jari jemari Adya membuat Eve yang hendak mengambil nasi buat Tala terhenti namun ia melanjutkannya.
Adya yang diperlakukan seperti itu menatap ke arah Eve yang sempat terdiam, “aku tidak apa-apa kesayangannya Adya. Berhentilah memegang tanganku, aku harus makan.”
“Biarkan aku yang suapi tidak ada bantahan.” Ucap Tala dengan tegas hal itu lagi-lagi membuat Eve juga ingin merasakan perhatian lembut dari Tala. Sedangkan Adya memasang wajah memelasnya kepada Eve.
Eve yang melihatnya tersenyum dan mengisi makanan di piringnya untuk dirinya makan setelah selesai mengisi piring Tala dengan makanan.
Selepas sarapan kini Eve kembali sendiri ke dalam kamar hotel yang ditempatinya bersama dengan Nabastala. Sedangkan Tala ia tidak tau ke mana pergi suaminya tapi kata Adya tadi Tala pergi menemui sekretarisnya.
Satu jam lamanya Tala kembali ke dalam kamar dan melihat Eve yang sedang menonton saluran TV mengenai pengobatan herbal. Tala berjalan ke arah Eve dan memberikan map yang dibawanya kepada Eve.
Eve mengernyitkan dahinya dan melihat isi map tersebut menggigit bibirnya saat membawa keterangan di atas kertas putih dengan tinta hitam yang tergores rapi di dalamnya.
“Sesuai dengan surat kontrak itu kita hanya akan menikah selama kurang lebih dua tahun lamanya itu semua tergantung dari kesembuhan Adya. Tapi itu tidak akan lebih dari dua tahun. Jangan pernah mencampuri urusan pribadi masing-masing, aku hanya menganggap Adya sebagai istri sahku.” Ucap Tala dengan tajam dan dingin ia tidak mempedulikan ekspresi Eve yang sudah meneteskan air matanya.
“Segera tandatangani surat itu.” Dengan tangan gemetar Eve membubuhkan tanda tangannya walaupun hati dan pikirannya sama-sama tidak terima dan ingin menolak tapi lagi-lagi ia bisa apa. “Aku tidak akan pernah membuat hidupmu tenang.” Ucap Tala sambil memberikan cengkraman di wajah Eve yang sudah beruraian air mata dan menghempasnya dengan keras.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
amalia gati subagio
eve jalang elute drama queen sok tersakiti gak punya nilai tawar? dia demen jd pelakor dongok, ich mengerjakan perempuan cam eve ini!!
2023-01-26
0
Sunshine
Siapa itu yang memandang dari jauh?
2022-03-27
0
Fransiska Siba
bingung thor cerita nya sebenarnya Tala itu dendam apa sih sama Eva, benci tp tidak tahu apa?
2022-01-11
2